Dania - Menutup Mata (Cerbung ke - 18)

Jika hari ini mataku terpejam.
Jangan biarkan ada yang mengganggu.
Cukup jaga dan lindungi sekitarku. 

Jika hari ini mataku terpejam.
Jangan biarkan ada yang terlewat.
Cukup saja aku yang melewatkannya.

Jika hari ini mataku terpejam.
Biarkan semuanya melupakanku.
Cukup saja aku yang mengingat.

Jika hari ini aku tak membuka mataku selamanya.
Biarkan mereka mengingatku.
Dan katakan, maafkan aku jika aku tak mengenalnya. Nanti.

Hari nampak cerah, tak terasa sudah 3 tahun lamanya Dania bekerja, Dania sudah melanjutkan sekolah spesialis dan kini sudah menjadi dokter spesialis neurologi yang sangat handal, hari ini Dania sudah sangat bekerja keras, sehingga dia mendapatkan libur tiga hari dari rumah sakit tempat dia bekerja.
Masih teringat tiga tahun yang lalu saat Dania lulus sebagai dokter, Dhika datang dengan meninggalkan bunga mawar yang ia titipkan, tanpa bertemu terlebih dahulu. Dania yang saat itu mencari tidak berhasil menemui Dhika. Lagi-lagi saat itu Dhika meninggalkan Dania tidak berbulan-bulan hanya satu bulan saja, karena saat hari yang bersamaan Dhika di minta untuk menyusul ayahnya ke luar negeri karena ada urusan penting, setelah kembali Dhika dan Dania bertemu kembali dengan Dania yang statusnya sudah sebagai dokter, dan Dhika sebagai pengusaha.
Tiga tahun berlalu, Dhika kini sudah memiliki banyak cabang Cafe miliknya Dhicoffee, nama yang mulai ramai di perbincangkan oleh kalangan anak remaja karena kelezatan minuman dan makanannya.
Hari ini Dania dan sekeluarga berencana untuk bertamasya ke pantai mengajak mba Puspa teman Mas Ridwan, dan dua orang teman dokter Dania, Risa dan Shila. Ceritanya panjang mengapa Risa dan Shila bisa ikut, Risa adalah teman dekat Dania, sedangkan Shila adalah teman mereka berdua yang ingin ikut bertamsya, mereka bertiga terlibat operasi orang penting dan berhasil menyelesaikannya sehingga mendapatkan libur bersamaan. Shila ikut bertamasya karena dia tinggal hanya seorang diri sedangkan keluarganya semua di luar negeri.
Mereka bertamasya dengan menggunakan mobil milik Dhika, karena Dhika mempunyai beberapa mobil besar yang cukup untuk di pakai bertamasya. Otomatis Dhika ikut bertamsya.
Semua perlengkapan telah di siapkan, yang membawa mobil Dhika, sesekali bertukar dengan Mas Ridwan. Ibu, Bapa, Mba Puspa, Dania, Risa dan Shila duduk di belakang, dan mereka bersiap untuk pergi, tapi tiba-tiba, saat mobil akankeluar dari rumah Dania. Ada anak kecil yang berdiri di depan gerbang Dania.
“Sebentar Kak..!!” Ucap Dania.
“Kenapa De??” Tanya Dhika.
“Itu, ada Tony kak. Dania ingin mencoba ajak Tony.” Ucap Dania.
“Jangan lah Dan, bikin ribet! Lagi pula dia siapa?” Ucap Shila.
“Kamu gak tahu apa-apa Shil! Kasian dia kalo gak di ajak. Sebentar ya bu, pak?” Ucap Dania.
“Iyaa, ibu tunggu di mobil ya, jangan terlalu lama ya, Tony itu anak tetangga samping rumah yang selalu Dania ajak bermain Shil..” Ucap ibu.
Daniapun segera keluar dan menghampiri Tony yang dari adi memandangi Dania sekeluarga.
“Tony, sedang apa?” Tanya Dania.
“Eh kak Dania. Kakak mau kemana?” Tanya Tony.
“Kakak mau bertamasya, Tony mau ikut?” Tanya dania.
“Hmm, itu kak....” Ucap Tony sambil menunjukkan tas yang sudah berisi perbekalan tamasya.
“Wow... kamu selalu buat kakak terkejut, yoookk masuk!” ajak Dania bersemangat.
“Tapi, ibu Tony belum tahu kak..” Ucap Tony.
“Tenang aja, nanti kakak yang hubungi ya..” Ucap Dania.
Mereka berduapun langsung masuk ke dalam mobil.
“Hey Ton!” Sapa Dhika.
“Hello kak Dhika!” Ucap Tony.
“Bu, Tony ternyata sudah persiapan bawa perbekalan bu.Tapi ibu Tony belum tahu Tony di ajak main bu.” Ucap Dania.
“Wow kamu ini ya Ton, ada-ada saja, maafkan kami yang lupa mengajak Tony ya... yaudah nanti biar ibu yang telepon ibu Tony ya..” Ucap Ibu Dania.
Tony pun hanya mengangguk, dan duduk di samping Shila. Dan Shila langsung menggeser sedikit mendesak ke Risa. Rupanya Shila tak begitu menyukai anak kecil karena trauma masa lalunya yang pernah di buat celaka oleh anak kecil.
Mereka semua larut dalam obrolan dan permainan selama perjalanan. Tujuan tempat tamasya mereka adalah ke pantai. Pantai yang sangat terkenal karena keindahan dan kebersihannya.
Empat jam perjalanan membuat badan terasa pegal, semua yang duduk di belakang tertidur, sedangkan Dhika bergantian membawa mobil dengan Mas Ridwan. Sepertinya Mas Ridwan dan Dhika terlibat dengan pembicaraan serius.
“Mas, akhir tahun ini, Mas Ridwan kan akan menikah. Apa saja yang sudah Mas persiapkan?” Tanya Dhika.
“Banyak Dhik, dari mulai waktu, materi, tempat dan kesabaran sangat di uji. Apalagi, Dania adalah adik termanja, sehingga Mas Ridwan sendiri mencoba untuk meyakinkan Dania, bahwa bagaimanapun dia tetaplah adik Mas satu-satunya.” Ucap Mas Ridwan sambil fokus karena sedang menyetir mobil.
“Oh begitu mas, Dania manja ya? Tapi kalo di hadapanku, Dania selalu merasa dirinya hebat hhehe.” Ucap Dhika.
“Iya dia selalu seperti itu, padahal sedang mencari perhatian yang lain, Mas hapal betul.” Ucap Mas Ridwan.
“Semoga saja Mas Ridwan lancar sampai hari H ya Mas.” Dhika mendoakan.
“Terimakasih ya Dhik. Oh iya Dhik, jika nanti Mas menikah, Mas titip Dania pada kamu, karena Mas lihat kamu cukup bertanggung jawab dan menyayangi Dania.” Pesan Mas Ridwan.
“Hmm.. Saat ini Dhika hanya ingin Dania baik-baik saja tanpa merasa sakit dan sedih Mas, entah apa jadinya jika Dania terluka atau kenapa-kenapa.” Ucap Dhika.
“Iya, itu tandanya kamu ada perasaan sayang pada Dania.” Ucap Mas Ridwan.
“Mas, terimakasih untuk kepercayaannya.” Ucap Dhika.
“Jika terjadi apa-apa pada Dania, Kamu adalah orang yang pertama akan mas tanya alasannya.” Ucap mas Ridwan.
“Iya siap Mas.” Jawab Dhika.
“Ini adalah perjanjian antar lelaki, maka kamu harus menapatinya.” Ucap Mas Ridwan.
“Saya pastikan mas, Dania baik-baik saja.” Ucap Dhika.
“Mas pegang ucapan nya ya.” Ucap mas Ridwan sambil kembali fokus pada jalan.
Merekapun melanjutkan perjalanan, dan mengganti topik pembahasan, tanpa di ketahui ternya Dania mendengarkan dari belakang, sambil tersenyum malu. Dan kembali tertidur.
Tak terasa perjalanan lama pun berakhir dan mereka sudah sampai di tempat tujuan.
“Kita sampaai..” Teriak Mas Ridwan.
Semua yang duduk di belakang terbangun dan keluar satu persatu dari mobil. Ibu, bapa, Risa, Shila, Tony dan Dania.
“Akhirnya kita sampai yaa!” Ucap Shila merasa senang sambil membuka lebar tangannya.
“Iya akhirnya yaa..” Ucap Risa.
“Tony, gimana suka?” Tanya Dania.
“Iyaa kak, Tony suka!!” Jawab Tony.
“Tony, bareng Kak Dhika aja ya?” Ajak Dhika.
“okeey ka!” Jawab Tony dengan senyum lebar.
“Wah tumben Tony akrab sama kak Dhika?” Tanya Dania.
“Mungin karena kejadian waktu lalu De..” Ucap Dhika.
“Ohh iya iyaa...” Jawab Dania dengan wajah berpikir.
“Dania gak akan kenalin kita sama dia?” Tanya Shila sambil menunjuk ke arah Dhika.
“Oh iya sorry. Kak Dhika ini temen aku, Risa dan Shila mereka sama-sama dokter spesialis sama sepertiku kak.” Ucap Dania memperkenalkan.
“Aku Shila.” Ucap Shila sambil memberikan tangannya untuk bersalaman.
“Aku Risa.” Ucap Risa sambil meberikan tangan untuk bersalaman.
“Oh iya, saya Dhika.” Ucap Dhika sambil bersalaman bergantian dengan Risa dan Shila.
“Ris, ganteng ya?” Ucap Shila berbisik pada Risa.
“Itu temennya Dania Shil..” Ucap Risa berbisik.
“Oh, mereka kan belum nikah, sepertinya aku ada peluang.” Ucap Shila berbisik.
“Kamu itu Shil, jangan bicara seenaknya.” Ucap Risa.
Kemudian Tony langsung berlari ke arah pantai, Dhika langsung mengejarnya, ketika Dania hendak ikut menyusul tangannya langsung di tahan oleh Shila.
“Dan, biar aku aja yang susul, kamu bantu Mas mu siapkan tenda saja.” Ucap Shila.
“Oh begitu, iya kalo gitu Shil.” Ucap Dania.
Shila pun langsung berlari menyusul Dhika dan Tony, Dania membantu mba Puspa dan mas Ridwan memasang tenda, untuk penginapan tiga hari dua malam.
“Dan, kayanya kamu hati-hati, Shila naksir tuh sama Dhika.” Ucap Risa.
“Kamu ini Ris ada ada saja, sudah ah lagi pula aku dan Kak Dhika kan tidak ada ikatan apapun.” Ucap Dania.
“Kamu ini ya, aku kan teman dekat kamu pasti aku emberi tahukan yang terbaik.” Ucap Risa.
“iya Ris, terimakasih banyak loh ya.” Ucap Dania.
Merekapun terus merapihkan tenda, terdapat dua tenda besar disana. Agar wanita dan laki-laki terpisah. Ada tenda dapur dengan kursi-kursi agar saat acara makan malam bisa menikmati indah malam. Tidak lama, setelah semua selesai, Tony datang dengan berlari.
“Tony, kemana Kak Dhika dan Kak Shila?” Tanya Dania.
“Kaki kak Shila patah kak, saat berlari tadi. Kak Shila sendiri yang bilang. Sekarang Kak Dhika sedang menggendongnya kesini.” Ucap Tony dengan wajah cemas.
“Apa? Patah?” Ucap Risa dengan nada kaget.
“Ris, tolong siapkan tandu dan perlengkapan P3K ya, aku mau coba bantu Kak Dhika.” Ucap Dania.
“De, biar Mas saja yang bantu ya. Mas kan laki-laki.” Ucap Mas Ridwan.
“Iya Mas.” Jawab Dania.
“Hati-hati ya Nak.” Ucap Ibu.
“Iya bu. Pus, saya bantu Dhika dulu ya.” Ucap Ridwan.
“Iya Mas.” Jawab Puspa.
Ridwan pun langsung menyusul Dhika,Dania dan Risa menyiapkan tempat steril. Tidak lama Dhika dan Ridwan datang sambil menggendong Shila. Shila pun langsung di simpan ke atas tandu.
“Kok bisa kak?” Tanya Dania.
“De Nia cek dulu saja ya, Kak Dhika yakin dia gak kenapa-kenapa kakinya tersandung batu tadi, tapi kakak panik saat dia bilang kakinya patah, dia kan dokter jadi pasti lebih paham.” Ucap Dhika.
“Kak Dhika, Shila kayanya pura-pura, dari gejalanya sepertinya dia terkilir.” Ucap Risa.
“Huss, jangan bilang seperti itu Ris, lebih baik kita periksa. Terimakasih ya kak, Mas..” Ucap Dania.
Dania dan Risa pun langsung mendekati Shila, saat di lihat Shila sedang meringis kesakitan.
“Kok bisa Shil seperti ini?” Tanya Dania.
“Jangan banyak tanya deh Dan, mending periksa, kaki ku serasa patah.” Ucap Shila.
“Woy! Shila!” Panggil Risa sambil menepuk kaki Shila dengan bungkus kapas.
“Aww!! Kamu ini Ris, sakit tahu, kaki ku patah ini!” Ucap Shila.
“Kamu ini dokter tapi kaya bukan dokter Shil!” Ucap Risa.
“Kenapa ?” Tanya Shila.
“Coba kamu duduk, dan lihat!” Pinta Risa, dan Shila pun menurutinya.
“Kenapa?” Tanya Shila.
“Pertama, kamu bisa duduk, kalo yang patah kaki itu gak bisa bergerak karena sakit, dan lihat ini patah di dalam saja tidak karena saat kamu duduk jari jempol kaki mu ikut bergerak, apalagi patah tulang luar.” Ucap Risa, sambil menunjuk jempol Shila.
“Hmmm, ayo obati!” Ucap Shila sambil kembali tiduran karena malu.
“Yakin mau aku obati?” Tanya Risa.
“Iya lah.” Jawab Shila kesal.
“Sebentar Ris, aku mau bersihin luka dia dulu aja di lutut, kayanya kena kerang laut deh sobek gitu.” Ucap Dania.
“Untuk kerang laut, bukan kerang beracun!!” Ucap Risa.
“Aisssshh “ Shila menahan kesalnya.
“Udah bersih nih.”Ucap Dania. Dan Dania langsung keluar.
“Mau aku obatin?” Tanya Risa sekali lagi.
“Iyaa! Kamu banyak tanya banget sih!” Ucap Shila dengan nada kesal.
“okey, tahan ya!” Ucap Risa. Sambil memegang kaki Shila.
“AWWWWWWW!!!!!!” Teriak Shila amat kencang, Dania pun segera kembali mendekati Shila.
“Kenapa Shil, Ris?” Tanya Dania panik.
“Nih ngobatin anak satu.” Ucap Risa  sambil mengelap tangannya.
“Parah, Risa mau buat kaki aku makin patah!” Ucap Shila kesal.
“Bentar deh, Shil coba gerakin kaki kamu!” Ucap Dania.
Shila pun menggerakan kakinya, ternyata kakinya sudah tak sakit seperti sebelumnya dan sudah sedikit membaik.
“Lihat Shil, kaki kamu sudah lebih baik di banding tadi, kamu tidak meringis sakit lagi!” Ucap Dania.\
“Iya kaki akau sduah tidak skait lagi, terimakasih ya Ris!” Ucap Shila dengan nada malu.
“Iya sama-sama.” Jawab Risa.
“Kok bisa Ris?” Tanya Dania.
“Iya, dulu aku belajar pijet kaya gitu Dan, jadi sedikitnya paham.” Jawab Risa.
“Keren banget aku punya kawan kaya kamu!” Ucap Dania.
“Yaudah kamu istirahat dulu saja disini ya Shil? Nanti aku bawakan minuman hangat kesini.” Ucap Risa.
“Thanks ya..” Ucap Dania.
Dania pun meninggalkan Shila dan pergi menuju keluarga yang sedag berkumpul,Dhika pun ada di situ.
“Gimana De kakinya Shila?” Tanya Dhika.
“Ngga kenapa-kenapa kak, kakinya hanya terkilir.” Jawab Dania.
“Syukur kalao gitu, terus kakinya sudah bisa di gerakkan?” tanya Dhika.
“Bisa kak, tadi aku yang udah urus kok!” Jawab Risa.
“Yasudah, sekarang kalian siap-siap maka siang yaa, ibu sudah siapkan makan untuk kalian.” Ucap ibu.
“Horee, makan!!” Ucap Tony.
Merekapun mengambil makan masing-masing. Ibu duduk dekat bapak, Ridwan dekat dengan Puspa, Tony, Dhika, Dania dan Risa makan bersamaan, sedangkan Shila makan di atas tandu di dekat tenda dapur.
“Habis ini mau main apa Tony?” Tanya Dhika.
“Main apa ya kak, Volly pantai gimana kak?” Tanya Tony.
“Dania ingin ikut!”
“Aku juga!” Ucap Shila.
“Ya sudah nanti kita ajak Mas Ridwan dan Mba Puspa juga untuk bermain ya!” Ucap Dhika.
Mendengar seperti itu, Shila sangat kesal, karena dia juga ingin ikut bermain. Tapi karena kecerobohannya sendiri karena ingin menarik perhatian Dhika, malah membuat dirinya kini tak bisa ikut bermain.
“Duh, siapa yang masak ini sih?” Teriak Shila.
“Ibu aku Shil, kenapa?” Jawab Dania.
“Kurang asin, aku mau beli makanan saja ke tempat yang lain.” Jawab Shila sambil mencoba untuk berdiri.
“Kamu mau beli apa? Biar aku antar ya?” Dania bermaksud mengantar.
“ya sudah, De Nia beli makan kakak antarya?” Tawar Dhika.
“Bagaimana kalau kak dhika antar Shila saja? Kan Shila yang mau beli makanannya..” Ucap Shila.
“Oh mau begitu saja? Kakak sih bebas, hanya saja kaki mu kan masih sakit.” Ucap Dhika.
“Ya kan ada kak Dhika, jadi Kak Dhika bisa bantu aku berjalan.” Ucap Shila.
“Ya sudah kak Dhika, tolong bantu Shila ya kak? Dania disini biar menemani Tony saja.” Ucap Dania.
“Ya udah kakak pergi ya?” Ucap Dhika.
Mereka berduapun berjalan perlahan sangat jelas bahwa Shila ingin berjalan-jalan dengan Dhika, Shila memegang lengan Dhika agar kuat berjalan.
“Kak Dhika.....” Teriak Tony.
“Eh iya ada apa Tony?” Jawab Dhika membalikkan badan.
“Tony ikut ya? Tony ingin jajan.” Ucap Tony.
“Boleh dong... yuk!” Ucap Dhika.
“Ngapain sih anak kecil ini ikut? Kamu pati di suruh Dania ya?” Tanya Shila.
“Tidak...” Jawab Tony dengan wajah polos.
Merekapun segera mencari makanan di sekitaran pantai. Sedangkan di perkemahan Dania sedang mengobrol dengan Mas Ridwan, Mba Puspa, Risa, ibu dan bapak.
“Bagaimana bu, ibu senang di ajak kesini?” tanya Dania.
“Iya ibu senang sekali, tapi ibu lebih senang karena anak ibu berkumpul disini komplit, seperti waktu kalian masih kecil dulu.” Ucap ibu sambil tersenyum.
“Oh iya bu, dulu juga kita kan suka tamasya seperti ini kan hanya berdua? Sebelum Ridwan lahir.” Ucap Bapa.
“Cieee, om sama tante ini lagi nostalgia yaa..” Ucap Risa.
“Hhehe, sepertinya begitu Ris..” Ucap Dania sambil meledek ibu dan bapanya.
Mereka semua mengobrol, bercanda dan tertawa, karena momen yang sangat jarang di lakukan oleh keluarga Dania untuk bertamsya seperti itu, Ridwan yang bekerja di luar negeri sebagai arsitek hebat, dan Dania yang bekerja sebagai dokter, sangat membutuhkan waktu-waktu seperti ini dengan keluarga. Tiba-tiba ibu memulai candaan mengenai Ridwan, anak sulungnya.
“Kini Ridwan akan menikah, keluarga kita akan kedatangan keluarga baru yaitu Puspa, siapa yang tidak bangga punya menantu seorang  dokter. Hati-hati ya Nak Puspa, Ridwan ini paling rajin bangun pagi, jadi nak Puspa harus bangun lebih awal dari dia, hhehe..” Ucap ibu sambil bercanda.
“Iya bu, Puspa akan mengerti Mas Ridwan kelak jika sudah menjadi istri Mas Ridwan.” Ucap Puspa sambil tersenyum manis dan membetulkan jilbab nya.
“Iya, ibu yakin nak Puspa bisa.” Ucap ibu.
“Hmm, ibu mau di buatkan apa oleh Dania?” Ucap Dania.
“Ibu ingin teh hangat ya De, Bapa juga buatkan ya” Ucap Ibu.
“okey siap bu.” Jawab Dania.
Dania pun langsung pergi menuju tenda dapur di temani oleh Risa. Dan yang lain melanjutkan mengobrol. Ketika di tenda dapur.
“Dan, kamu gak takut kalo Shila menyukai Dhika?” Tanya Risa.
“Kamu ini Ris, sudah ah, Dania kan cantik jadi banyak yang mau.. hhehe..” Ucap Dania sambil bercanda.
“kamu ini Dan, nanti kalau Dhika memang suka sama Shila baru tau deh.” Ucap Risa.
Tiba-tiba saja ada suara teriakan dari tenda yang jaraknya tidak lebih jauh dari tenda keluarga Dania. Dania pun segera melihat ke depan sambil perlahan membawa teh untuk ibu dan bapak.
“Ada apa bu, pak?” tanya Dania sambil memberikan teh hangat.
“De, mending De Nia lihat kesana, sepertinya ada yang perlu pertolongan, tadi mas dengar ada gas meledak.” Ucap mas Ridwan.
“Oh gitu mas, iya Dania akan segera melihat kesana bersama Risa. Yuk Ris?” Ucap Dania sambil menengok ke arah Risa.
“iya ayo Dan, aku mau bawa peralatan dulu ya!” Ajak Risa.
Risa dan Dania pun segera mengambil obat-obatan dan segera melihat ke tenda yang bermasalah, setelah di lihat benar saja, tenda nampak terbakar dan ada dua orang meringis kesakitan karena luka bakar, dua-duanya adalah sepasang suami-istri.
“Tolong semuanya, jangan berkumpul disini, dan bantu hubungi ambulan 119.” Ucap Dania sambil mendekati korban tersebut.
Terlihat luka bakar berat di alami oleh sang istri, sedangkan suami mengalami luka di bagian wajah sebelah kanan dan tangan sebelah kanan. Dania dengan cepat menangani luka di tubuh wanita tersebut, sedangkan Risa mengobati laki-laki tersebut yang sedang meringis kesakitan, terlihat kedua korban masih berusia 40an. Tepat disana ada dua orang anak kecil wanita kembar identik, seusia Tony terlihat sedang menangis, mereka adalah anak dari suami-istri tersebut.
“Tenang ya adik manis, kakak sedang mengobati ibu mu, sekarang kalian berdua harus mendoakan.” Ucap Dania.
“iya kak...” Jawab anak kembar tersebut sambil menyeka air matanya.
Terlihat ibu tersebut meringis kesakitan. Tapi apa daya Dania dan Risa hanya membantu dengan obat-obat yang ada. Dania memberikan obat pereda sakit dan memberikan obat luka bakar di bagian luka. Namun tiba-tiba suami yang mengalami luka tersebut berbicara tak mengenakan.
“Punya wewenang apa kalian mengobati kami?” Ucap laki-laki yang terluka tersebut.
“Kami bertugas untuk menyelamatkan nyawa  orang yang sedang terluka seperti bapa ini.” Jawab Risa dengan pelan-pelan.
“Tolong bantu kami, dan jaga anak-anak kami, mereka sedang akan mengikuti perlombaan melukis besok disini.” Ucap laki-laki tersebut.
“Papa, aku ikut papa” Ucap salah stau anak kembar tersebut.
“Jangan nak, bawa piala kemenangan untuk papa dan mama ya.” Ucap pria tersebut.
Tidak lama, Dhika dan Tony datang bersama Shila.
“Gimana de? Sudah telepon ambulan? Atau kita bawa saja pakai mobil?” Tanya Dhika bermaksud membantu.
“Untuk apa? Kita juga kan perlu mobil” Ucap Shila berteriak.
“Hmm, tidak usah kak, ambulan kaan datang sebentar lagi. “ Jawab Dania.
Tidak lama suara sirine ambulan terdengar. Petugas di dalam ambulan segera keluar dan mengeluarkan tandu, dan segera di masukkan ke dalam ambulan, anak kembar tersebut bermaksud ingin ikut, namun Risa melarang mereka untk ikut karena ingat pesan dari pria korban terbakar tersebut.
“Kalian disini saja bersama kakak ya, nanti kalian punya teman baru.” Ucap Risa.
“Hmmm, papaaaa,, mamaaa.” Anak kembar tersebut menangis sambil memanggil nama orang tuanya.
Dania memeluk anak kembar berdua tersebut, sedangkan yang bertamsya disana membantu mengamankan barang-barang penting yang di bawa.
“Sudah kalian berdua tenang ya, mama dan papa kalian pasti akan sehat. Kakak jamin, sekarang kalian tetap disini, besok kan ada perlombaan melukis kan?” Tanya Dania menghibur.
Kedua anak tersebut menyeka air mata dan mengangguk, kemudian mereka ikut Dania dan Risa datang ke tenda milik mereka.
“Siapa ini De?” Tanya mba Puspa.
“Ini mba, anak yang tadi terbakar tendanya, orang tuanya di bawa ke rumah sakit karena mengalami luka bakar, sedangkan mereka berdua harus mnegikuti lomba melukis di pantai ini besok kak.” Jawab Dania.
“Oh begitu, wah Tony ada teman baru nih Ton, ayo kenalan.” Ucap Mas Ridwan.
“Hai, aku Tony.” Ucap Tony.
“Aku, Sara, dan ini saudara aku Nara.” Ucap Sara sambil menahan tangis.
“Hai Sara dan Nara, bagaimana bisa aku membedakan kalian berdua? Kalian sama.” Ucap Tony.
“Kamu cukup lihat rambut kami, Aku selalu ikat rambut, sedangkan Nara selalu di urai rambutnya.” Jawab Sara.
“Hai Nara, mengapa kamu terlihat pendiam?” Tanya Tony.
“Nara memang pendiam, maka dari iru aku harus menjaga Nara.” Ucap sara.
“Aku juga akan ikut menjaga Nara!” Ucap Tony.
“Nara, Sara, kalian udah makan?” Tanya Dania.
“Belum kak, tadi saat masak, gas kompor kami....” Ucap Sara.
“Sudah-sudah, kita makan yuk? Tadi ibu kakak sudah memasakkan makanan yang enak sekali, kamu pasti suka.” Ucap Dania menghibur.
“Ini anak-anak, ibu sudah ambilkan untuk kalian.” Ucap ibu.
“ Terimakasih.” Jawab Sara, mereka berduapun memakan makanan tersebut dengan lahap.
“Nanti sesudah makan, kakak akan ajak kalian jalan-jalan ya?” Ucap Dhika.
“Aku juga ikut!” Ucap Shila ketakutan tak di ajak.
“Oh iya Shil, kamu beli makan apa jadinya?” Tanya Risa.
“Disana ada warung makan yang cukup enak, aku sudah makan nasi tadi.” Jawab Shila.
“Ya sudah lebih baik kamu istirahat, tak usah ikut pergi, kaki kamu kan masih sakit.” Ucap Risa.
“Kamu itu ya terlalu ikut campur.!” Jawab Shila, sambil berjalan menuju ke arah Dhika perlahan.
Tiba-tiba Shila pura-pura terjatuh di depan Dhika agar di bantu Dhika. Dan Dhika pun membantu Shila berdiri.
“Apa yang kerasa sakit Shil?” Tanya Dhika.
“Ini.. Kaki..” Jawab Shila nada dengan pura-pura sakit.
 “Kak Dhika sudah, lebih baik Shila dengan saya saja, ayo Shil!” Ucap Risa sambil memegang kencamng tangan Shila.
Mereka berdua menuju arah tenda yang terdapat tandu untuk tidur.
“Kamu tidur disini, kalau kamu sakit, aku heran kamu kan dokter mengapa bisa sehina itu untuk mencari perhatian seseorang.” Ucap Risa memarahi Shila.
“Walaupun aku dokter, tapi aku itu wanita Ris, memang kamu tidak suka dengan Dhika? Sudah tinggi, pengusaha, dan ganteng lagi." Ucapan Shila menggoda. 
Risa yang kesal segera meningggalkan Shila danpergi menuju Dania dan lainnya.
"Gimana Shila, Ris?" Tanya Dania.
"Udah aman kok." Jawab Risa.
"Syukur kalo gitu." Ucap Dania.
"Eh iyaaa, Sara dan Nara, kalian sudah makannya? Bagaimana enak bukan masakan ibu kak Dania?" Tanya Risa menghibur.
"Iyaa, enak kak." Jawab Sara dan Nara bersamaan.
"Dania, kamu jadi mau ajakin mereka jalan-jalan?" Tanya Risa.
"Tony juga ikut!" Ucap Tony berteriak.
"Iya jadi Ris, ibu bapa mau ikut?" tanya Dania.
"Tidak, ibu dan bapak jaga disini saja." Jawab ibu.
"Mas Ridwan dan mba Puspa?" Tanya Dania.
"Tidak, mas mau ajak mba Puspa ke tempat lain saja." Jawab Mas Ridwan.
 "Okedeh kalo gitu, Dania akan pergi sebentar lagi, untuk menghibur Sara dan Nara." Ucap Dania.
"Iya kakak juga ikut ya De." Ucap Dhika.
"Iya aku juga ikut ya Dan.." Ucap Risa.
"Okeyyyy.. Dania siap-siap dulu kalau begitu." Ucap Dania.
Merekapun segera pergi dan berkeliling sampai matahari terbenam. Malamnya mereka menikmati makan malam yang di hidangkan oleh ibu Dania.
Keesokannya, Sara dan Nara mengikuti perlombaan melukis, setelah mengikuti perlombaan ternyata Sara dan Nara mendapatkan juara pertama dan kedua. Setelah mereka mendapatkan piala dan hadiahnya, mereka langsung bergegas menuju rumah sakit, di antar oleh Dhika dan Dania. Sesampainya di depan kamar ibu dan bapaknya.
"Kak, terimakasih sudah mendukung dan mengantarkan aku dan Nara." Ucap Sara.
"Iya sama-sama ya, sekarang kakak mau langsung pamit, kalian jaga ibu dan bapak kalian ya, karena mereka belum sadar, sedangkan kakak masih harus kembali untuk bersiap-siap pulang. " Ucap Dania.
"Iya kak. Kami pasti menjaga papa dan mama kami.." Ucap Nara. 
Kemudian Dania dan Dhika segera meninggalkan Sara dan Nara, sebelumnya Dania dan Dhika sudah menitipkan nomor teleponnya kepada suster yang merawat ibu dan bapa Sara. Dania dan Dhika segera masuk ke dalam mobil, dan segera kembali ke pantai. Setelah sampai ke pantai Dania di buat kaget dengan tingkah Shila.
"Ris, kenapa Shila?" Tanya Dania yang keheranan.
"Gak tau Dania.. Saat aku kembali kesini setelah mengantar ibu ke kamar mandi, Shila sudah seperti itu." Ucap Risa yang sama-sama kebingungan melihat Shila yang sedang menyiapkan makan malam dengan berbagai macam makanan.
"Mba Puspa tahu Shila masak seperti ini?" Tanya Dania.
"Ngga tau Dania, Mba Puspa tadi jalan-jalan ke pantai bersama Mas Ridwan." Jawab Mba Puspa.
"Cuma bapak yang tau nih.... bapak tau dia masak dari mana ini bahan-bahannya?" Tanya Dania penasaran.
"Bapak tadi cuma lihat Shila ambil kantung plastik berisi sayuran dari seorang pria De, udah gitu bapa jalan-jalan saja sendiri sambil menunggu ibumu dan bapak ini baru tiba disini belum ke perkemahan sama sekali." Jawab Bapa.
"Oh gitu yaa.. Hmm, yaudah yuk kita dekati kesana." Ajak Dhika.
"Iya kak." Jawab Dania.
Dania, Dhika, Ibu, Bapak, Risa, Mba Puspa, dan Mas Ridwan serta Tony pun menghampiri Shila yang sedang sibuk menyiapkan makanan.
"Heyy, akhirnya kalian datang juga." Ucap Shila dengan wajah tersenyum.
"Hey Shil, dalam rangka apa ini?" Tanya Dania.
"Hmmm, aku sengaja masak karena malam ini terakhir kita berlibur kan.."Ucap Shila dengan tersenyum lebar.
"Oh begitu..." Ucap Risa..
"Yaudah bu, pak, mba Puspa, ayo semuanya duduk sini, coba buatan Shila ya.. Shila jago masak kok.. di jamin enak." Ucap Shila.
"Iya nak, terimakasih ya sudah masak sebanyak ini." Ucap Ibu.
"Ya sudah ayo kita makan, tapi sebelumnya, biarkan aku berdoa di umurku yang bertambah hari ini." Ucap Shila, sambil menatap ke semua wajah di hadapannya.
"Shil, kamu ulang tahun hari ini?" Tanya Dania.
"Hmm,, iyaa Daann.." Jawab Shila sambil tersenyum.
"Ya sudah mari kita berdoa bersama, semoga di usia Shila yang bertambah ini, Shila dan kita semua selalu dalam keadaan sehat, di mudahkan rezekinya, di lancarkan kesulitannya, di dekatkan jodohnya, aamiiin" Doa Bapa.
"Aaamiiin" Semuanya menjawab bersamaan.
"Ayoooo, selamat makan!!!" Ucap Shila. 
Merekapun semuanya memakan masakan yang di hidangkan oleh Shila, makanan yang di buat Shila semua enak, dari mulai ayam goreng, cumi tepung, tumis sayur, ikan bakar, dan banyak lagi. Tony yang masih kecilpun menambah makanannya beberapa kali saking enaknya. Tiba-tiba saja Dania berbicara pada Shila.
"Shil, maafin aku sama Risa ya, yang gak tau hari ulang tahun kamu ini." Ucap Dania.
"Ngga apa Dania, maafkan aku juga yang selama ini merepotkan kalian semua." Ucap Shila.
"Iya Shila, maafin aku juga ya.." Ucap Risa.
"Iya Risa..." Jawab Shila sambil tersenyum.
Mereka semua pun melanjutkan perbincangan dan segera membereskan setelah semuanya selesai makan. Dhika dan Mas Ridwan segera bersiap-siap untuk mencuci piring, ibu dan bapak beristirahat di temani oleh Mba Puspa, Tony bermain dengan Risa, Shila dan Dania membuang sampah ke tempat yang agak jauh dari perkemahan milik mereka.
"Dan, sorry ya, kalo kemarin aku sempet bikin kamu dan Risa kesal." Ucap Shila.
"Sudah, aku sudah melupakan kok Shil." Ucap Dania.
"Duh ini banyak juga ya sampah kita, tempat sampahnya terlalu jauh ini." Ucap Shila menggerutu.
"Iyaa memang terlalu jauh, apalagi ini malam hari jadi sedikit gelap." Ucap Dania.
"Dania, aku ngerasa, kalau aku suka sama Dhika, tapi aku sadar kalau Dhika itu suka sama kamu, dan kamu cocok sama Dhika, aku bilang seperti ini bukan karena aku menyerah, tapi aku mau bersaing sehat sama kamu." Ucap Shila.
"Hhehe, Shila, Dhika juga belum jadi siapa-siapa aku, dan kamu berhak mau suka sama siapapun." Ucap Dania.
"Ah, kamu ini bisa sajaaa Dan..hhehe" Ucap Shila sambil tertawa.
Tiba-tiba bruukk!!! Dania di tabrak oleh lelaki besar yang berlari dari belakang badannya. Dania tiba-tiba tersungkur ke depan dan sedikit lambat untuk bangun. Melihat hal seperti itu, Shila langsung berteriak pada lelaki tersebut.
"Wooy!!jangan lari! "Ucap Shila sambil bersiap mengejar pria tersebut.
Tiba-tiba beberapa orang terlihat mengejar laki-laki tersebut. Pikir Shila orang yang mengejar pria yang bertubuh besar itu untuk membela dirinya, namun pada nyatanya sepertinya pria tersebut adalah seorang penjahat yang sedang di kejar oleh pengunjung lain.
"Shil...Jangan pergi.."Ucap Dania dengan suara melemah.
"Kenapa Dan?" Tanya Shila sambil berjongkok dan membantu Dania duduk.
"Kamu coba tenang ya, sepertinya aku di tusuk, dia bawa ponsel di saku aku. Aku butuh di jahit, tolong tahan darah jangan sampai banyak keluar." Ucap Dania seolah dirinya paham mengenai luka di tubuhnya.
"Sssssttt... kamu ini ya, seperti tidak mengenal bahwa temannya juga dokter.!" Ucap Shila sambil marah.
"Aku ngantuk Shil." Ucap Dania.
"Jangan!!! Jangan tidur!! ayo bangun." Ucap Shila sambil membantu Dania terbangun.
"Kamu jangan teriak minta tolong ya, aku malu." Ucap Dania.
"Hmm, Iyaa..." Ucap Shila. 
Tapi tidak lama..
"Toloooong!!! siapapun disini tolong bantu kami! ada yang terluka disini.!! Teriak Shila sambil menangis, karena melihat temannya sudah terlihat pucat dan semakin lemah.
Dan orang sekitar situ mendekati Dania dan Shila.
"Ada apa mba?" Tanya pemuda yang bermaksud menolong.
"Tolong bantu saya bawa orang ini kesana, saya sudah tidak kuat menggendongnya." Ucap Shila sambil menunjuk tenda miliknya.
"Oh gitu, iya siap mba." Ucap laki-laki itu sambil membopong Dania.
Darah Dania terus menetes sepanjang pasir pantai, Shila yang tidak kuat melihat Dania terus berjalan di belakang pria yang menggendong Dania tersebut. Saat tiba di perkemahan, Dhika dan Mas Ridwan segera menghampiri siapa yang datang dengan tergesa-gesa, saat itu gelap jadi tidak nampak jelas, semakin dekat, dan dekat, makin terdengar suara Shila.
"Tolong !! Kak Dhika, Mas Ridwan!!" Teriak Shila sambil melambaikan tangannya.
Dhika dan Mas Ridwan langsung berlari segera menjemput Shila.
"Mas Dhika?" Tanya pria yang menggendong Dania.
"Kenapa Dania?" Tanya Dhika sambil mengambil Dania dari gendongan pria tersebut.
"Kalian saling kenal? Oh iya, tadi ada penjahat yang menusuk Dania dari belakang." Ucap Shila.
"Ya sudah sekarang Mas bantu siapkan ruangan steril ya. Dhika hati-hati." Ucap Mas Ridwan.
Mas Ridwan segera bergegas kembali ke perkemahan dan menyiapkan yang di butuhkan, ternyata Risa ada disana dan segera membantu Mas Ridwan. Semua terlihat sangat begitu cepat tanpa panik, ibu dan bapak khawatir dengan Dania, Tony yang terlihat sedih karenamelihat keadaan Dania. Dhika yang menggendong Dania hanya mempu menatap Dania yang sudah tak sadarkan diri dengan wajah pucatnya, di belakangnya ada pria yang tadi menggendong Dania ikut menemani Dhika. Sesampainya di perkemahan, Dhika langsung menempati Dania di atas tandu yang sudah di siapkan di dalam tenda, peralatan kedokteran selalu ada dimana Dania berada, seperti pisau bedah dan alat jahit.
"Tolong bantu selamatkan Dania ya Shil, Ris." Ucap Dhika dengan baju berlumur darah.
"Kelihatannya Dania harus di bawa ke rumah sakit, tapi kamu berusaha dulu sebisa kami, untung ada alat infus disini, kak Dhika tenang aja." Ucap Risa. 
Risa dan Shila segera menangani Dania, mereka membersihkan luka yang bercampur darah dan pasir di tubuh Dania, setelah itu mereka menjahit luka tusuk yang ada pada diri Dania. Di luar tenda terlihat ibu dan bapak begitu khawatir, Mba Puspa yang menemani Tony agar tidak terus bersedih karena mungkin kali pertama melihat darah dimana-mana. Mas Ridwan duduk di dekat Dhika dan pria yang menolong tadi mendekati Dhika.
"Mas, yang sabar ya." Ucap Pria tersebut.
"Terimakasih ya, kalo ga ada kamu, mungkin Dania sudah kehabisan darah." Ucap Dhika.
"Iya terimakasih ya, oh iya kalian sudah saling mengenal?." Ucap Mas Ridwan.
"Ini sepupu aku mas, kebetulan sekali dia ada disini, namanya Afya." Ucap Dhika.
"Terimakasih ya Nak Afya sudha menolong anak ibu." Ucap ibu sambil menghampiri ke arah Dhika.
"Iya sama-sama bu, kalau begitu Afya mau kembali pada teman-teman ya mas, kasian takut mereka menunggu." Ucap Afya.
"Iya yaudah sana, terimakasih ya." Ucap Dhika.
Afya pun meninggalkan Dhika, tidak lama Risa dan Shila pun keluar dari tenda. Ibu, Mas Ridwan dan Dhika langsung menghampiri mereka.
"Gimana nak dengan Dania?" Tanya ibu.
"Hmm, kami sudah berhasil menjahit lukanya bu, hanya saja Dania belum sadar, kami berdua khawatir Dania kekurangan darah, tapi sejauh ini kita tunggu obat bius nya habis saja, mudah-mudahan Dania tersadar." Ucap Risa.
"Ya sudah, boleh kah ibu melihat Dania?" Tanya ibu.
"Boleh bu, yang penting Dania tidak kedinginan saja, jadi pintu tenda nya sedikit di tutup." Ucap Shila.
Ibu, Mas Ridwan dan Tony segera melihat ke dalam, sedangkan Puspa menemani Bapak di luar. Bapak tidak mau melihat Dania, karena jika bapak melihatnya, bapak akan begitu sedih, dan khawatir penyakit jantungnya kambuh. Ketika di dalam tenda, ibu mengusap dan mengecup kening Dania. Mas Ridwan memegang tangan Dania, dan Tony hanya melihat Dania sambil memegang tangan kiri Mas Ridwan.
"Ibu yang sabar ya, Dania pasti kembali sehat lagi, dia hanya perlu istirahat." Ucap Mas Ridwan.
"Iya Mas, yaudah yuk kita keluar." Ajak ibu.
Merekapun keluar dari tenda, selanjutnya mba Puspa dan Dhika yang melihat ke dalam.
"Kasian sekali Dania.. anak sebaik dia harus seperti ini." Ucap Puspa.
"Iya mba, semoga aja ngga kenapa-kenapa sama Dania." Ucap Dhika.
"Kamu juga yang savar ya Dhik, harus jaga Dania,mau bagaimanapun Mas Ridwan kan akan menikah, otomatis Dania tidak ada yang menjaga lagi, melihat kedekatan Mas Ridwan dengan Dania, Dania pasti akan sangat kehilangan Mas nya." Ucap Puspa.
"Iya mba, tenang saja, Dhika pasti akan jaga Dania, semampu Dhika." Ucap Dhika.
Dhika dan Puspa segera keluar dari tenda, dan membiarkan Dania beristirahat. Hari sudah semakin larut, bapak dan ibu harus segera berisitrahat di dalam tenda yang satunya, Tony juga tanpa sadar tertidur di karpet depan tenda, Risa dan Shila bersiaga menunggu di luar tenda, Mba Puspa dan Mas Ridwan berada di dekat Tony yang sedang tertidur sedangkan Dhika hanya berdiri menunggu Dania tersadar.
"Shil, memang obat biusnya berlaku untuk berapa jam?" Tanya Dhika.
"Hmm, harusnya satu jam lagi sudah sadar. Tapi jika Dania lelah bisa jadi ia langsung tertidur." Ucap Shila.
"Oh begitu, yasudah kalian berdua istirahat, kalian sudah bekerja keras hari ini." Ucap Dhika.
"Kamu salah kak Dhika. Kami ini dokter, sudah pasti menjaga pasiennya, kak Dhika lebih baik ganti baju dan istirahat." Ucap Risa.
"Aku tidak bisa tidur Ris. Ya sudah aku buatkan minuman hangat untuk kalian semua ya." Ucap Dhika sambil berjalan menuju tenda dapur.
Tidak lama, Shila ke dalam tenda melihat Dania sedang melamun. Saat itu belum ada yang tahu bahwa Dania sadar, karena Shilamasih harus memastikan Dania benar pulih atau belum, maka dari itu Shila memanggil Risa yang sedang duduk di dekat tenda.
"Ris, sorry kesini sebentar." Panggil Shila dengan suara pelan.
"Kenapa?" Tanya Risa dengan bergegas berdiri dan masuk ke dalam tenda.
"Tuh lihat, Dania membuka matanya tapi dia melamun." Ucap Shila.
"Haii Dania, apa kamu sudah merasa lebih baik?" Tanya Risa.
"Dan, kamu sadarkan?" Tanya Shila.
Tapi Dania hanya terdiam dan tak berbicara.
"Dan, kamu kenapa? kerasa mual atu pusing?" Tanya Shila.
"Shila, coba cek matanya, dia sadar atau belum. Aku mau coba tes darah dia, aku khawatir dia kekurangan darah." Ucap Risa.
"Sssssstttt,, hei kalian berisik." Ucap Dania.
Risa dan Shila yang sedang menyiapkan pengobatan Risa langsung terdiam. Mereka bersamaan menengok ke arah Dania.
"Daniaa????" Panggil Shila dan Risa.
"Apaa,,aku baik-baik saja kok." Ucap Dania.
"Terus kenapa kamu melihat ke atas terus, aku khawatir sekali ?" Tanya Shila.
"Kalo aku kasih tau, kamu jangan teriak. Tuh lihat ada apa di atas." Suruh Dania dengan suara pelan.
"HMmm.." Wajah Shila dan Risa langsung cemas melihat ke atas tenda.
"Aku mohon sama kalian sekarang buka pintu tenda selebar mungkin. Dan jangan bikin panik orang di luar." Ucap Dania.
"Okey Dan." Ucap Risa sambil perlahan membuka pintu tenda, sedangkan Shila langsung keluar tenda.
Melihat pintu tenda di buka lebar, Dhika langsung bertanya pada Shila dengan nada khawatir.
"Ada apa Shil? Ada apa dengan Dania?" Tanya Dhika.
"Di dalem tenda ada 3 lebah yang sangat beracun, kita semua ga ada yang sadar, kalau itu lebah sampai menyengat di antara kita, itu bisa mengakibatkan pembengkakkan parah atau bahkan bisa meninggal karena racunnya." Jawab Shila.
"Terus Dania gimana?" Tanya Dhika.
"Udah tenang aja, yang ngasih tau kita malah Dania kak." Ucap Shila.
"Okey kalau gitu, apa yang bisa kakak bantu? yang lain kasihan dah pada tidur." Ucap Dhika.
"Kita pindahin Dania keluar dulu, atau ngga kita usir lebahnya dari tenda." Saran Shila.
"Kakak ke dalam dulu kalau gitu, kakak mau lihat Dania." Pinta Dhika.
"Iya kak. tuh dia di dalem sama Risa." Ucap Shila.
Dhika pun langsung masuk ke dalam tenda dan melihat keadaan Dania. 
"De.. gimana keadaan kamu?" Tanya Dhika sambil perlahan mendekati Dania.
"Kak Dhika... Dania tidak apa-apa kok kak." Ucap Dania.
"Oh begitu.. Apa yang di rasa?" Tanya Dhika sambil menyelimuti Dania.
"Hanya lemas saja, selebihnya oke." Ucap Dania memastikan pada Dhika.
Tiba-tiba Risa membisikkan sesuatu pada Dhika. Dan Dhika mengangguk tanda setuju. Lebah yang ada di dalam tenda bukannya berkurang malah bertambah satu, dengan keadaan tenda yang kecil, Risa pun keluar agar tidak begitu pengap.
"Ris, kemana kamu?" Tanya Dania.
"Aku keluar sebentar ya Dan." Jawab Risa.
" De, udah siap?" Tanya Dhika mendadak.
"Siap apa kak?" tanya Dania kebingungan.
"Yaudah siap-siap ya sekarang."Ucap Dhika.
"Bentar kak ada apa?" Tanya Dania heran.
Tiba-tiba Dhika membopong Dania dengan penuh hati-hati khawatir dengan luka jahit dipunggungnya. Perlahan Dhika keluar tenda, Dania hanya menatap Dhika tanpa kata. Saat itu Risa dan Shila sudah menyiapkan tandu tempat tidur Dania di tenda dapur, agar Dania tetap hangat tidak kedinginan di luar. Perlahan Dhika membaringkan Dania, dan segera menyelimuti Dania, Shila dan Risa dengan cepat menyiapkan apa saja yang di perlukan oleh Dania. Melihat Shila dan Risa kesibukkan dan mengetahui bahwa ada lebah berbahaya di tenda, Mas Ridwan segera terbangun dan membantu mengusir lebah berbahaya tersebut, dan lebah tersebut berhasil keluar. Risa Tony pun segera bergegas masuk ke dalam tenda agar bisa beristirahat, sedangkan Mas Ridwan segera menengok Dania yang berada di tenda dapur.
"Gimana Dhik, Dania? sudah sadar? dia tersengat tidak?". Tanya Mas Ridwan.
"Tidak tenang saja Mas, biarkan Dania tidur disini, kebetulan tenda dapur ada pintunya, jadi bisa cukup hangat, lebih baik Mas Ridwan istirahat disini saja temani Dania.
"Ya sudah kamu juga istirahat dulu saja Dhik, biarkan Mas yang jaga disini, kalian juga Ris, Shil, kalian istirahat." Ucap mas Ridwan.
"Memang Mas ngga ngantuk?" Tanya Dania.
"Sudah, tidur saja ya de, jangan terlalu banyak gerak." Ucap Mas Ridwan.
Tidak lama Dania tertidur pulas.. Amat sangat pulas.. Hingga ia tidak sadar berapa lama ia tertidur.
Ketika ia terbangun, ternyata Dania sudah berada di tempat asing, di tubuhnya penuh dengan alat-alat bantu untuk hidup, dan di hadapannya ada seorang lelaki yang ia kenal menggunakan pakaian rapi untuk pernikahan, sedang menahan air matanya.
Terakhir yang Dania ingat, adalah bekas gigitan lebah di tangan kanan Dania.



Bersambung...












Comments

Popular Posts