Rain - Harapan anak Panti (Episode ke - 3)

Hujan semakin deras, angin kencang menyelimuti kota. Matahari sudah tak terlihat sinarnya. Malam datang, dan Rain masih menatap di dalam jendela rumah bak istana yang sudah ia tempati 2 tahun itu. Terdengar suara pintu rumah terbuka. Azzam baru pulang dari kantor nya. 
"Gimana Rain, sudah enakan? sudah makan? nenek kemana?" Tanya Azzam sambil membuka dasi di kerahnya. 
Ternyata Rain saat itu masih harus beristirahat sehabis operasi usus buntu pekan lalu. 
"Aku baik-baik saja, sedikit sakit saat bergerak karena bekas jahitan. Aku belum makan, nenek sedang ikut arisan tetangga." Jawab Rain sambil menggerakan kursi rodanya tersebut menuju kamarnya.
 Tiba-tiba Azzam bergerak menuju Rain, dan segera menarik kursi roda yang sedang di duduki Rain. 
"Zam, mau kemana? Jangan bercanda deh." Tanya Rain kebingungan.
"Ini sudah jam 7 malam, kamu kan harus minum obat, kenapa dari sekian banyak pelayan ngga ada yang kasih kamu makan sih?!." Ucap Azzam kesal sambil mendorong kursi roda menuju meja makan.
"Ngga gitu Zam, mereka semua sudah menawarkan aku makan dan minum obat kok, hanya saja perut ku masih begitu kenyang." Jawab Rain membela diri.
"Kenyang? Aku tanya sekarang kamu terakhir makan jam berapa?" Tanya Azzam berdiri di depan Rain.
"Hmm.. jam 8 pagi." Jawab Rain.
"Terus masih kenyang? Badan kurus gini mau diet? Ayo makan, aku temenin." Ucap Azzam sambil mengusap kepala Rain membuat jilbab Rain sedikit berantakan, dan kembali mendorong kursi roda milik Rain.
"Ih kamu tuh ya Zam." Ucap rain kesal sambil memperbaiki jilbabnya.
Mereka pun makan bersama di meja makan, di dampingi dengan 2 pelayan di samping nya.
"Ada yang mau aku obrolin sama kamu Zam." Ucap Rain sambil melirik ke pelayan di sebelahnya.
"Hmm? Apa? Oh iya, bi tolong tinggalkan kita berdua disini ya." Ucap Azzam kepada 2 pelayannya.
Pelayannya pun pergi. 
"Ada apa Rain?" Tanya Azzam membereskan makannya.
"Aku, ingin bertanya sesuatu, apa ada yang kamu sembunyikan lagi?" Tanya Rain penasaran.
"Hmm, tidak ada ko Rain. Memang kenapa?" Jawab Azzam kebingungan.
"Sampai kapan kamu menyembunyikan kuburan kedua orang tuaku?" Tanya Rain dan berhenti makan.
"Tidak ada yang aku sembunyikan, aku saja tidak tahu dimana kuburan kedua orang tuaku, dan nenek juga tidak memberitahukan itu pada ku." Jawab Azzam.
"Saat sakit seperti ini, aku rindu ibu panti." Ucap Rain menatap Azzam.
"Hmm, kalau begitu besok aku antar ke panti asuhan." Jawab Azzam menawarkan diri.
"Serius?" Tanya Rain dengan wajah tersenyum.
"Iya, serius, tapi ada syaratnya." Ucap Azzam sambil melahap makanannya.
"Apa?" Tanya Rain kesal.
"Kamu harus panggil aku kakak, karena mau bagaimanapun usia aku ini 2 tahun di atas kamu." Ucap Azzam sambil mengacungkan 2 jarinya.
"Hanya itu?" tanya Rain.
"Ada lagi, jangan beri tahu nenek, nenek kan sangat khawatir dan sayang sama kamu, dia melarang kamu pergi karena khawatir terjadi sesuatu sama kamu." Ucap Azzam.
"Sepakat. Aku janji ngga akan kasih tahu nenek kalau besok kita ke panti." Ucap Rain menghabiskan makannya. 
Tapi, tanpa mereka sadari, nenek sedang memperhatikan mereka dari depan pintu ruang makan.
"Kalian ini, mau membohongi nenek ya, setelah nenek susah payah membesarkan kalian.!!" Ucap nenek dengan nada tinggi.
Rain dan Azzam pun kaget mendengar suara nenek yang muncul dari belakang. 
"Hmm oo..oow.." Ucap Azzam melirik Rain.
"Hmm,, ups.." Ucap Rain mengedipkan mata karena ketahuan.
"Memangnya nenek akan melarang jika kalian pergi?" Tanya nenek.
"Hmm... tadi aku yang mengajak Rain ke panti nek." Ucap Azzam sedikit berbohong.
"Tidak, bukan begitu nek, tadi memang Nay yang minta, karena Nay sedang rindu keluarga di panti. Sudah lama tidak kesana..." Ucap Rain kepada nenek.
"Ya sudah, besok biarkan supir yang mengantar kalian, nanti nenek sumbang sedikit uang, tolong titipkan ke panti juga ya Nay. Ya sudah nenek mau istirahat dulu." Ucap nenek sambil pergi ke kamar.
"Nek, besok Azzam saja yang mengantar Nay." Ucap Azzam.
"Ya, terserah." Ucap nenek melambaikan tangan.
"Nenek tidak makan?" Tanya Rain.
"Tidak.. nenek sudah makan tadi bersama ibu-ibu arisan." Ucap nenek melanjutkan langkahnya. 
Nenekpun menuju kamar, Rain dan Azzam saling menatap.
"Ada apa dengan nenek?" Tanya Rain.
"Entah lah Nay, eh Rain maksud aku hihi." Ucap Azzam.
"Hmm, aku khawatir." Ucap Rain.
"Ya sudah yuk, aku antar kamu ke kamar." Ucap Azzam berdiri mendorong kursi roda Rain.
"Apa mungkin aku bisa panggil kamu kakak?" Tanya Rain.
"Why not?" Tanya Azzam.
"Nenek kenapa ya..." Rain mulai penasaran.
"Eh, sebentar deh. sekarang tanggal berapa Rain?" Tanya Azzam.
"Shhhh.. Hmmm.. Tanggal 18 Januari... Eh tunggu." Ucap Rain menghentikan kursi rodanya.
"Hmm, Aku hampir lupa.. Sepertinya kita harus memeluk nenek hari ini." Ucap Azzam memutarkan kursi roda Rain menuju kamar nenek.
"Aku juga, untung kamu tanya tanggal, hari ini kan tanggal meninggalnya kakek, setiap tahun kita selalu memeluk dan menemani nenek ke kuburan kakek kan. Ah kenapa bisa lupa, mana sudah gelap." Ucap Rain menutup wajahnya dan melirik ke jam tangan miliknya. 

Tibalah mereka di depan pintu kamar nenek.
Tuk .. tuk.. tuk.. Azzam mengetuk pintu.
"Ya masuk." Ucap nenek. 
Mereka berduapun masuk ke dalam kamar nenek, dan memeluk erat nenek. 
"Maafkan kami nek, kami tidak mengantar nenek ke makam kakek." Ucap Rain sambil memeluk nenek.
"Ya nek, maafkan Azzam juga yang lupa mengantar nenek ke makam." Ucap Azzam menyesal.
"Kalian ini kenapa, kita kan bisa mendoakan kakek dari sini tanpa ke makamnya, hanya saja nenek merasa rindu pada kakek, dan kalian juga sedang sibuk, Nay lagi sakit, jadi nenek tidak mau membebani kalian." Ucap nenek.
"Kami paham nek, udah jangan di lanjutkan." Ucap Rain sambil memeluk terus sang nenek.
"Ya sudah sekarang  kembali ke kamar kalian, sudah pada sholat kan?" Tanya nenek.
"Sudah kok nek..." Jawab Rain dan Azzam kompak.
"Ya sudah, Azzam antar Rain ke kamarnya ya, nenek juga mau istirahat." Ucap nenek.
"Oke nek." Jawab Azzam sambil mendorong kursi roda milik Rain. 
Rain dan Azzam keluar dari kamar nenek
"Udah, kamu ngga usah antar aku, aku bisa sendiri kok." Ucap Rain sambil menggerakan roda oleh tangannya.
"Kamu, kamu, kamu aja terus manggilnya, kakak gitu, atau abang, atau apa, kan besok aku antar ke panti asuhan." Ucap Azzam tersenyum meledek.
"Hmm, pengen banget di panggil kakak? ya sudah ngga usah jadi aja." Tanya Rain sambil masuk ke dalam kamarnya.
Azzampun tersenyum sedikit, setiap membuat Rain kesal, ada daya tarik dari Rain yang terlihat cantik bagi Azzam. Dan Azzam mulai nyaman bisa bersenda gurau seperti itu dengan Rain.
Azzam pun masuk ke dalam kamarnya dan beristirahat.

Besoknya, Azzam sudah siap mengantar Rain pergi ke panti asuhan. Saat mencari ke kamar Rain, Rain sudah tidak ada ternyata.
"Rain...... Rain.... " Panggil Azzam.
"Aku disini, di teras, ayo..." Saut Rain sambil menyiapkan bingkisan untuk panti.
"Sebanyak ini?" Tanya Azzam, melihat mobil di penuhi dengan bingkisan.
"Kamu belum pernah merasakan sih, jadi anak panti itu gimana." Jawab Rain sedikit cemberut.
"Heey, kamu itu sudah usia 25 tahun, masa masih seperti anak kecil cemberut gitu, iya aku memang tidak tahu, nanti kamu cerita saja di mobil ya, aku sudah pamit ke nenek, sudah ambil uang titipan nenek juga, jadi kita bisa langsung berangkat." Ucap Azzam sambil membukakan pintu mobil untuk Rain.
"Iya, nanti aku cerita. Aku juga sudah pamit ko pada nenek." Ucap Rain sambil masuk duduk ke dalam mobil.
"Ini, kursi roda mau di bawa?" tanya Azzam.
"Tidak usah, aku sudah baik-baik saja." Jawab Rain dari dalam mobil.
"Okedeh," Jawab Azzam sambil menyimpat kursi roda ke dalam rumahnya. 
Mereka pun pergi berdua menuju panti asuhan dimana Rain di besarkan.
"Orang panti tidak akan menyangka kamu sesukses sekarang kan." Ucap Azzam sambil menyetir mobil.
"Iya, justru itu aku bawa banyak bingkisan." Jawab Rain.
"Oh, jadi mau sombong...." Bercanda Azzam membuat Rain mulai kesal.
"Tuh kan kamu mulai lagi." Ucap Rain kesal.
"Okey, ceritakan, alasan lain kamu bawa bingkisan sebanyak ini untuk apa?" Tanya Azzam.
"Dulu, selagi aku masih di panti asuhan, hanya ada dua harapan jika ada tamu yang datang, pertama orang tua yang mau mengadopsi, dan kedua..." Cerita Rain terpotong karena azzam langsung menjawab.
"Bingkisan." Jawab Azzam dengan wajah yang pasti.
"Yap, baju, kue, permen, mainan, hiasan kamar, itu yang sangat di idamkan sama anak panti sambil menunggu orang tua untuk mengadopsi. Itu semua butuh beberapa tahun lamanya menunggu hadiah." Ucap Rain.
"Oh begitu, kenangan apa yang kamu ingat sampai sekarang?" Tanya Azzam.
"Banyak!! Aku pernah bertengkar memperebutkan hadiah, dengan seseorang yang usianya di atasku, di bawah ku juga." Jawab Rain sambil menahan tawanya.
"Hanya karena hadiah jadi bertengkar?" Tanya Azzam bertanta penasaran.
"Ngga ada kata 'hanya', semua yang datang dari dunia luar, begitu masuk ke pintu panti asuhan, itu semua berharga bagi aku dan anak panti lainnya." Jawab Rain.
"Hmm, oh begitu. Kamu pernah jatuh cinta dengan anak panti yg lain?" Tanya Azzam meledek.
"Tidak lah. Karena kami semua bersaudara, ada sih dulu teman aku yang kayak gitu, tapi sama kita semua di ingatkan, karena kalau seperti itu akan membutak keretakan di antara anak-anak panti." Ucap Rain.
"Oh begitu..." Jawab singkat Azzam sambil membuka ponselnya, entah siapa yang ia kirimi pesan. 
Merekapun melanjutkan perjalanan. Dan akhirnyapun tiba.
"Cerita sama kamu capek, nanggapi nya gitu aja, oke, iya kalau ga nanya yang ngga penting." Ucap Rain kesal sambil keluar mobil.
Azzam hanya tersenyum sambil membantu mengeluarkan bingkisan dari dalam mobil yang begitu banyak.
Saat masuk ke gerbang panti, semua mata anak panti tertuju pada mereka berdua, Azzam dan Rain. Semua hampir mengenal Rain disitu, kecuali anak-anak kecil yang baru saja masuk panti.
"Kak Raiiiiiin" Teriak anak-anak panti yang melihat Rain.
"Bunnnn, ada kak Rain.." Teriak salah satu anak panti asuhan yang memanggil ibu panti. 
Kemudian ibu panti datang dan menyambut Rain dengan pelukan hangat di tengah halaman panti.
"Rain, akhirnya kamu kesini nak." Ucap ibu Risya, nama dari ibu ketua panti.
"Bu, aku rindu ibu." Peluk mesra Rain pada bu Risya, melepas kerinduannya, di kelilingi oleh anak-anak panti yang masih kecil.
"Kaka, bawa hadiah apa." Tanya salah satu anak kecil sambil menarik-narik pelan jaket Rain.
"Oh, iya hampir lupa, bu perkenalkan ini Azzam, aku tinggal bersama nenek dan Azzam ini adalah cucunya, panjang sekali ceritanya, jadi ibu Azzam dan ibuku dulu berteman, dan di pertemukan oleh nenek yang sekarang tinggal bersama aku dan Azzam, sekarang Rain sudah bekerja dan sukses, aaah panjang sekali yang mau Rain ceritakan." Ucap Rain melepas rindu.
"Perkenalkan bu, saya Azzam." Ucap Azzam sambil bersalaman dengan bu Risya.
"Tampan sekali kamu nak, perkenalkan saya Risya, yang menjadi ibu pendidik panti disini." Ucap ibu Risya.
"Bu, ayo kita keliling." Ucap rain sambil menarik tangan bu Risya yang masih bersalaman dengan Azzam.
"Adik-adik, bingkisannya semua akan di bagikan di aula, jadi semua berkumpul di aula yaa.." Teriak Rain.
"Horrreee...." Teriak anak-anak sambil berlari ke aula dan memanggil teman-teman mereka.
Azzam hanya melihat wajah Rain yang begitu bahagia saat itu. Rain, ibu Risya dan Azzam berjalan menuju kantor, mereka berkeliling melihat keadaan panti yang sudah berubah keadaannya, Rain tidak ingin lepas dari genggaman  ibu berusia 50 tahun tersebut. Azzam yang dari tadi memperhatikan Rain, ikut senang melihat Rain senang.
"Jadi sekarang kamu sudah bekerja ya. Ibu bangga punya anak seperti kamu.." Peluk bu Risya pada Rain sambil mengelus jilbab Rain.
"Iya bu, dan Rain, ada niatan ingin jadi donatur tetap disini, apa boleh? Tanya Rain.
"Dengan senang hati nak." Jawab Ibu Risya.
"Nanti Azzam juga akan ikut jadi donatur juga kan Zam?" Tanya Rain sambil melotot.
"Oh? Oh iya, iya bu, saya juga." Jawab Azzam sambil tersenyum lebar.
"Bu, Azzam ini Direktur Utama di perusahaanku, dan aku wakilnya, jadi jangan khawatir jika ibu butuh sesuatu bisa langsung menghubungi aku atau Azzam." Ucap Rain bersemangat.
"Wah terimakasih banyak ya nak, kalian berdua sudah sangat baik, ibu doakan semoga kalian menjadi semakin sukses ya." Ucap bu Risya.
"Aamiin," Jawab Rain dan Azzam bersama-sama.
"Oh iya bu, saya tinggal dulu ya, saya mau berkeliling lagi sendiri." Ucap Azzam.
"Ya sudah, aku disini menemani ibu, nanti kamu menyusul ke aula ya!" Ucap Rain
"Iya Rainy, mari bu." Ucap Azzam tersenyum.

Hingga akhirnya mereka berduapun larut dalam pembicaraan, sambil berjalan menuju ke aula bersama-sama, terlihat ratusan anak panti sudah berdiri di aula. Namun Rain merasa khawatir karena apa yang di bawa olehnya tidak sebanyak dengan jumlah anak panti, hanya satu pertiganya.
"Sudah, tidak apa-apa. Kamu kan sudah tau, yang besar akan mengalah untuk anak yang kecil, jadi tidak masalah jika hadiahnya kurang." Ucap ibu melihat Rain yang khawatir kekurangan hadiah.
"Iya bu, maafkan Rain ya bu, Rain tidak mempersiapkan untuk itu." Ucap Rain menggenggam tangan ibu Risya.
"Ya sudah kamu langsung bicara di depan saja, oh ya Azzam mana?" Tanya bu Risya.
"Dia ke toilet bu, ya sudah Rain bicara di depan aula ya bu." Jawab Rain
"Iya sudah sana." Jawab ibu Risya. 
Rain pun bicara di depan anak-anak panti asuhan.
"Adik-adik semua, rasanya kakak sangat rindu bermain belajar bersama kalian di panti ini, ada banyak begitu kenangan yang tidak bisa kakak lupakan, sudah hampir 5 tahun kaka meninggalkan panti ini dan sudah banyak yang berubah, dan kakak mohon maaf jika hadiah yang kaka bawa tidak sesuai dengan jumlah kalian, maka dari itu di utamakan dari yang usianya termuda terlebih dahulu, baris di paling depan ya." Ucap Rain di depan aula malu-malu.
"Yahhh...." Desis beberapa anak panti.
"Iya lain kali kakak akan datang kesini dan membawa banyak hadiah lebih dari ini jumlahnya." Ucap Rain sambil mencoba menghibur. 
Tiba-tiba pintu aula bagian belakang, di buka lebar-lebar. Terlihat ada 10 orang masuk membawa banyak dus bingkisan dan banyak makanan, kue, serta permen, terlihat juga Azzam membantu 10 orang tersebut membawa hadiah.
"Adik-adik semuanya, kalian bebas memilih yang kalian suka dan yang kalian ingin makan, selama tidak ada yang bertengkar seperti apa yang kak Rain dulu lakukan!!" teriak Azzam.
"Horeeeeeeyyy.." Anak-anak pun langsung berlari mendekat ke arah Azzam mengambil hadiah dan makanan yang di siapkan oleh 10 orang petugas yang Azzam bawa, tampak senyum bahagia di bibir mereka.
Rain tersenyum saat itu kepada Azzam, langkahnya perlahan turun dari depan aula, menghampiri Azzam yang sedang kesibukan membagikan hadiah pada anak-anak panti.
Entah apa yang ia bisa ucapkan, ketika merasa Azzam yang ia lihat di depannya adalah seseorang yang bisa membuat senyumnya sempurna hari itu.



  


Comments

Popular Posts