Dania - Kain Emas (Cerbung ke - 19)

Lihatlah, matahari cerah.
Dan pepohonan menari-nari.
Burung berkicau riang.


Sedang engkau terbaring.
Dan tak tahu sampai kapan tersadar.


Berapa air mata yang mengkhawatirkanmu.
Bangunlah, bangunlah anakku..
Pancarkan senyum manismu.
Jangan biarkan kami lelah menunggu..

Entah berapa bulan si dokter pintar dan cantik ini tidak sadarkan diri, setelah kejadian di sengat oleh lebah beracun yang mematikan tempo hari, Dania belum sadarkan diri dan masih terkulai tak berdaya di rumah sakit.
Bapak, Ibu, Mas Ridwan kakak Dania, dan teman Dania semua mengkhawatirkannya, apalagi Dhika. 

Masih teringat betul ketika Dhika membopong Dania saat itu, saat dimana Dania tersengat, dia masih ingat betul Dania masih bisa tersenyum dan tidak mengatakan bahwa tangannya sudah tersengat. 

Bulan berganti, pernikahan Mas Ridwan pun telah tiba, hari ini bagian Dhika yang menjaga Dania di rumah sakit, karena Ibu dan Bapak harus menemani Ridwan yang akan menikahi Puspa, dokter cantik jelita dengan jilbabnya.

Memang sangat janggal, ketika Dania belum sadarkan diri kakaknya malah mengadakan pernikahan, tapi apa daya, karena Ridwan dan Puspa sama-sama bekerja di luar negeri, inilah saatnya mereka menikah di dampingi oleh ibu dan bapak.

Sebelum Ridwan pergi ke acara miliknya, Ridwan ingin menjenguk adiknya terlebih dahulu, seperti biasa, setiap Ridwan datang menjenguk yang ia bicarakan hanyalah meminta restu adik semata wayangnya, Ridwan tahu betul saat pertama kali dirinya mengenalkan Puspa pada Dania, rasa cemburu sebagai adik yang takut kehilangan kakaknya sangat terasa ketika Dania berkata takut kehilang Mas Ridwan, apalagi saat ini ketika mengetahui Ridwan akan menikah, entah apa yang akan Dania katakan jika terbangun nanti. 

Namun, semua sudah menyerah, Dania tidak terbangun lebih dari satu bulan lamanya, kali ini adalah permohonan izin Ridwan pada Dania. 

Langkah kecil Ridwan hampir tiba di depan pintu kamar Dania, saat itu Dhika membeli makanan terlebih dahulu di luar rumah sakit, sehingga Dania masih sendiri di kamar. 

Ridwan pun masuk ke dalam kamar, berdiri tepat di depan Dania sambil terheran, karena adik semata wayangnya itu menggunakan jilbab, rambut hitam panjangnya tidak terlihat, namun kini terlihat lebih cantik, tapi sayang ia masih tidak sadarkan diri. 

Tiba-tiba pintu kamar Dania terbuka, ternyata itu Dhika. 

"Eh mas.. silahkan duduk..Kok belum berangkat mas? nanti telat loh.."  Ucap Dhika. 
"Iya Dhik.. Dhik, Mas mau tanya.." Sebelum Ridwan menyelesaikan pertanyaan, tanpa sadar Dhika menumpahkan kopi yang ia pegang di tangannya. 
"Mas yang pasang?" Tanya Dhika terheran dan sedikit kagum sambil mencari lap untuk membersihkan tumpahan kopi.
"Loh baru saja mas yang mau tanya, siapa itu yang pakaikan jilbabnya?" Tanya Mas Ridwan.
"Dhika baru saja sampai mas, ini baru beli sarapan." Jawab Dhika terheran.

Kala itu Mas Ridwan dan Dhika keheranan, karena Dania yang cantik dengan rambut hitam yang indah, kini tidak terlihat sehelaipun darinya.

"Hmm, nanti biar mas yang tanya pada ibu, mungkin ibu tahu siapa yang memakai kannya. Lihat, dia cantik bukan?" Tanya Mas Ridwan.
"Iya Mas, Dania terlihat lebih cantik." Ucap Dhika sambil tersenyum.
"Dhik, Mas mau langsung ke acara pernikahan mas, mas titip Dania ya." Ucap Mas Ridwan.
"Oh iya Mas, Mas tapi tunggu dulu ya, saya sepertinya lupa bawa handphone, saya ambil dulu di mobil." Ucap Dhika.
"Oh gitu, ya sudah cepat ya.." Ucap Mas Ridwan.
"Iya Mas." Jawab Dhika dan segera berlari keluar kamar.

Tinggalah Ridwan seorang diri, dia mendekati Dania, dan.... Mata Dania terbuka..
Betapa kagetnya Dania, ketika melihat seseorang di hadapannya sudah rapi menggunakan jas pernikahan. Dania terus berusaha untuk memperjelas pandangannya, karena yang ia lihat masih samar-samar.

"Mas....." Panggil Dania dengan nada pelan. Mas Ridwan langsung mendekati Dania berdiri di samping Dania, sambil menekan tombol panggilan ke ruang dokter.
"Iya De.. Mas disini.. Ada apa De?" Ucap Mas Ridwan, tanpa sadar meneteskan air mata saking senangnya.
"Mas, ibu mana..?" Tanya Dania dengan nada lemah.
"Sudah, de.. jangan tanya macam-macam dulu, semuanya ada kok, hanya yang lainnya sedang beristirahat dulu. De Nia jangan dulu banyak gerak ya." Ucap Ridwan.

Mas Ridwan segera menelepon ibu dan memberikan kabar baik ini, agar saat pernikahan dirinya nanti, ibu bisa tenang menghadiri pernikahan Ridwan.
Dania masih terdiam sambil menatap langit-langit kamar, sesekali matanya terpejam, dan terbuka lagi.
Terdengar suara pintu kamar di buka, dan Dhika melihat bahwa seseorang yang dia kenal sudah sadarkan diri.
Dania juga menatap seseorang yang membuka pintu tersebut. Dania hanya terdiam dan tersenyum. Dhika mendekati Dania langkah demi langkah akhirnya penantiannya telah berakhir. 

"De Nia.. " Panggil Dhika.
"Kak Dhika, sedang apa disini? Dania ingin pulang. " Ucap Dania.
"Gimana De, sudah baikkan? " Tanya Dhika.

Sebelum Dania menjawab, Dokter dan perawat segera mendatangi Dania, Ridwan dan Dhika  menunggu di samping tempat tidur Dania.
Setelah dokter memeriksa dan perawat mengambil sampel darah Dania, Dokter memberi tahukan bahwa Dania belum bisa beraktivitas banyak, sehingga mereka harus menunggu periksa hasil tes darah agar lebih meyakinkan.
Setelah itu dokter dan perawat keluar meninggalkan kamar inap Dania.

"Mas, kok mas pakai baju rapi? Seperti mau menikah sajaa.. Mas tidak kerja?" Tanya Dania.
"De, dengarkan Mas baik-baik, hari ini adalah hari pernikahan  mas yang sudah mas tunggu, mas bersyukur De Nia tersadar hari ini, jadi mas menikah ingin meminta izin De Nia." Ucap Ridwan, sambil menggenggam tangan adik semata wayangnya.
"Hmmm. Loh mas kok menikah cepat, kita belum sempat melanjutkan liburan kita kemarin.." Dania menangis tersedu-sedu.
"Tenang dulu De.." Ucap Mas Ridwan. Namun Dania tetap menangis.
"Tiga bulan, sembilan hari. De Nia tertidur di atas ranjang, tidak sadar." Ucap Dhika sambil menatap Dania.
"Tiga bulan? " tanya Dania.
"Iya De, hari ini sudah bulan Desember tanggal 12, hari pernikahan Mas, tanggal yang ade sarankan pada mas." Ucap Mas Ridwan sambil mengecup kening adiknya.
"Hmm, tapi kenapa, kenapa Mas ngga menunggu Dania sampai Dania tersadar terlebih dahulu. " Ucap Dania sambil menghapus air matanya sedang Ridwan terus memeluknya.

Kemudian ibu dan bapa masuk ke dalam kamar, ibu memeluk Dania dengan penuh rasa rindu.

"Akhirnya doa ibu terkabul nak.." Ucap ibu sambil mengeluarkan air mata.
"Bu,, maafkan Dania yang sudah buat khawatir ibu dan bapak, tapi.. hari ini mas Ridwan menikah bu.. Mas Ridwan jahat, tidak mau menunggu Dania terlebih dahulu." Ucap Dania.
"De, ibu mengerti perasaan ade, tapi ade juga harus mengerti perasaan Mas Ridwan, Mas Ridwan sudah berumur 28 tahun, sudah waktunya menikah. Mas Ridwan sayang sama ade, buktinya pagi ini Mas memaksakan diri untuk datang kesini meminta izin pada ade." Ucap ibu sambil meneteskan air mata mengelus kening Dania.
"Hmmm, maafkan Dania mas, Dania hanya menyusahkan. Semoga pernikahan mas hari ini di lancarkan, Mas harus segera pergi sekarang, ibu dan bapak juga, nanti telat loh! Dania janji, Dania akan datang ke acara Mas Ridwan." Ucap Dania sambil mencoba untuk tersenyum.

Tiba-tiba semua mata terbuka lebar, semua terdiam mendengar Dania bicara seperti itu.

"Ade yakin mau datang nak?" Tanya ibu.
"Iya buu, nanti biar Dania di antar oleh Kak Dhika saja, ibu sekarang berangkat dengan mas Ridwan supaya tidak telat." Ucap Dania."Ibu tidak mau meninggalkan ade disini." Ucap ibu.
"Bu, yakin sama Dania ya. Dania sudah baik-baik saja." Ucap Dania.

Ibu pun tersenyum, dan mulai mengangkat tas yang sebelumnya di simpan di meja. 

"Ayo nak. kita berangkat, nanti telat, ade ibu tinggal ya sayang, Dhika, ibu titip Dania ya." Ucap ibu sambil tersenyum dan lebih semangat untuk menghadiri pernikahan Mas ridwan.
"De, Mas tinggal ya, mas akan menunggu De Nia disana." Ucap Mas Ridwan.
"Bapa tinggal ya De." Ucap Bapa.

Dania hanya tersenyum yang menyiratkan bahwa dia setuju. Kemudian semuanya pergi , tinggalah Dhika dan Dania di dalam kamar. 

"De, apa kabar?" Tanya Dhika sambil mendekati Dania.
"Kak Dhika.. maafkan sudah merepotkan.." Ucap Dania. 

Tidak lama Dania mencoba berdiri, masih amat sangat lemah untuk melangkah. 

"Mau kemana De? Tanya Dhika."Mau ke kamar mandi kak.." Ucap Dania.
"Ya sudah hati-hati, perlu kakak panggilkan perawat?" Tanya Dhika.
"Tidak usah kak." Jawab Dnaia sambil tersenyum.

Dania pun melangkah demi langkah, sambil berbicara pada Dhika.

"Kak, Dania bermimpi panjang, dalam mimpi Dania..." Tiba-tiba Dania mendadak berhenti bicara.
"Kenapa de, ada apa?" Tanya Dhika.
"Siapa yang pakaikan ini kak?" Tanya Dania sambil menatap pada cermin.
"Kakak tidak tahu de, tapi De Nia lebih pantas memakai jilbab seperti itu, hmm, tapi jika tidak nyaman De Nia bisa lepas." Ucap Dhika.
"Hmmm, semua menjadi jelas. Dania bermimpi, Dania terjatuh ke dalam lubang yang paling dalam, padahal Dania sedang berada di atas gedung tertinggi saat itu, entah dimana itu, di dalam lubang tersebut Dania sendirian kak, Dania menunggu setiap pagi, siang dan malam, tidak bisa memanjat naik, udara disana sangat sesak, sangat gelap, tapi tiba-tiba ada seorang wanita tua menggunakan jilbab putih, ia menarik Dania kak menggunakan kain panjang berwarna keemasan, Dania perlahan memanjat menggunakan kain tersebut, setibanya di atas, kain tersebut berubah menjadi jilbab, dan wanita tua tersebut memasangkan jilbab pada Dania, setelah itu dia pergi, Dania pun duduk karena lelah, tanpa sadar Dania menutup mata dan tertidur, ketika bangun, Dania benar-benar terbangun dari sakit Dania. Mungkin ini memang petunjuk agar Dania bisa lebih dewasa kak." Ucap Dania.
"Iya, tapi itu hanya sebuah mimpi, jika De Nia nyaman, pakailah, bukankah setiap wanita dewasa di agama kita di anjurkan menutup aurat?" Tanya Dhika.
"Iya kak.. Mungkin ini teguran juga untuk Dania" Dania pun tersenyum.

Kemudian Dania segera membawa pakaian gantinya ke kamar mandi. Setelah keluar dari kamar mandi tersebut, Dania sudah terlihat rapi dengan rok panjang dan jilbabnya. Seketika itu pula Dhika melihat kagum sekagum-kagumnya pada Dania. 

"Kak Dhika siap?" Tanya Dania.
"De Nia? iya, ayo kakak antar ke pernikahan mas Ridwan." Jawab Dhika terkaget melihat 

Dania sudah rapi nan cantik dengan jilbabnya untuk pergi ke acara pernikahan.
Mereka pun keluar dari kamar, sebelum naik ke dalam mobil, Dhika sudah meminta izin pada dokter agar membiarkan Dania pergi ke pernikahan kakak nya, dan dokterpun mengizinkannya, walapun dengan memberi syarat, Dania tidak bisa terlalu lama berdiri. 
Dania dan Dhika pun bergegas datang ke tempat pernikahan Ridwan. 
Terlihat Dania sangat ingin sekali menghadiri acara tersebut, Dhika yang sedang menyetir terus memperhatikan Dania, karena khawatir terjadi sesuatu dengan Dania. 
Mobil melaju kencang dan tibalah mereka ke acara pernikahan Ridwan, ketika mereka datang ternyata acara belum di mulai, karena Mas Ridwan sang kakak setia menepati janjinya untuk menunggu Dania hadir di tengah-tengah mereka. 
Daniapun melangkan perlahan memasuki gedung yang amat besar tersebut, semua mata melirik ke arah Dania yang tengah berjalan sepanjang karpet merah menuju kursi dimana Mas Ridwan duduk.
Dania yang sangat cantik dengan balutan jilbabnya, tersenyum manis kepada yang hadir, terutama pada keluarga dan saudara yang sangat mengenal Dania. Dania pun menghampiri Mas Ridwan dan berdiri di sampingnya, saat itu di dekat Mas ridwan tengah duduk penghulu, ayah Mba Puspa dan saksi akad, sedangkan mba Puspa akan muncul ketika akad telah di ikrarkan. 

"Ayo mas, kita mulai." Ucap Dania sambil memegang pundak mas Ridwan. 

Kemudian semua pun bersiap-siap untuk menyaksikan momen penting ini, akad nikah yang sakral pun di ikrarkan, dengan lancar. Tidak lama dari itu Mba Puspa datang dengan gaun pernikahan yang amat sangat cantik, dengan jilbab yang menutup dadanya, dengan mahkota di kepalanya, semua terbelalak melihat kecantikan sang dokter cantik ini, setelah semua adat di jalani oleh Mas Ridwan dan Mba Puspa, merekapun berdiri di pelaminan dan menyambut  saudara-saudara serta rekan yang hadir. 
Dania yang sedikit meneteskan air mata, karena haru bahagia, menatap sang kakak yang kini sudah berdiri berdampingan dengan Puspa, tiba-tiba pandangan Dania mulai kabur, Dania segera mencari kursi untuk segera duduk. Dania mencari kursi terjauh agar semua keluarga tidak memperhatikannya, namun tanpa sepengetahuannya Dhika mengikuti setiap Dania melangkah. Namun tiba-tiba, Dania tidak sadarkan diri ketika bersandar di kursi, Dhika segera menghampiri dan membopongnya untuk kembali di bawa ke rumah sakit, Dhika membawanya tanpa sepengetahuan keluarganya, karena takut mengganggu acara penting tersebut. Mobil Dhika melaju sangat kencang menuju rumah sakit. 
Sesampainya di rumah sakit, perawat langsung membawanya ke kamar yang di tinggalkan sebelumnya. Dokter langsung memeriksa Dania yang masih belum sadarkan diri, begitu cemasnya Dhika, karena dirinya lah yang bertanggung jawab atas Dania selama keluarganya masih berada di acara pernikahan. Ketika dokter keluar, Dhika di panggil ke ruangan dokter, sepertinya ada hal serius yang harus di bicarakan. 
Setelah di ruangan, dokter berbicara serius dengan Dhika, yang membuat Dhika kaget dan tidak menyangka dokter berbicara seperti itu. 
Dokter tersebut bicara pada Dhika, bahwa.....







(Bersambung..)

Comments

Popular Posts