Rain - Terjebak dalam Mimpi (Episode ke - 6)
Hari ini adalah awal bulan, telah terlewat seminggu mereka berlibur di pantai, rasanya semua karyawan ingin kembali ke dua minggu belakang.
Berbeda dengan Rainy Anaya Mentari, setelah alerginya muncul saat games petualangan (Episode-5), Rain lebih sering terdiam di dalam ruangan, sehabis pulang kerja Rain selalu langsung masuk ke dalam kamarnya, hingga nenek angkatnya, dan Azzam sulit menemuinya di rumah dan di kantor.
Entah apa yang membuat Rain seminggu ini terlihat murung, semua bertanya-tanya, apakah Rain malu? Atau Rain tidak mau berbaur lagi? Pastinya Rain sedang menghindari teman-teman di lingkungannya.
Mau sedekat apapun Azzam dengan Rain, Azzam tidak mau mengganggu privasi Rain, begitupun dengan jajaran direksi lainnya, Dimas dan Hanif. Saat di kantor, mereka benar-benar bekerja, jika ada rapat mereka rapat, tapi Rain selalu kembali ke ruangannya.
Namun hari ini, di waktu istirahat kerja, saat Azzam hendak menuju mushola, Azzam melewat ruangan wakil direkturnya tersebut, ternyata Azzam memergoki Rain sedang menangis di ruangannya, terlihat jelas dari jendela luar, melihat hal tersebut, tentu Azzam tidak mungkin diam saja, ketika melihat wakil direkturnya yang sudah dari kecil bersamanya itu menangis. Karena Azzam sudah berjanji pada dirinya bahwa ia akan menjaga Rain.
Azzampun masuk tanpa permisi.
"Zam! Kenapa tidak mengetuk dulu?" Tanya Rain.
"Sudah jelas di depan mata kamu menangis, aku harus tahu alasannya apa." Jawab Azzam.
"Tidak, aku tidak menangis." Jawab Rain sambil menggenggam tissu.
"Ada waktu nanti malam?" Tanya Azzam.
"Mau apa?" Tanya Rain.
"Aku mau sebelum kita pulang ke rumah, kamu cerita kepadaku, ada apa." Jawab Azzam sambil berjalan menuju pintu.
"Tidak mau." Jawab Rain sambil merapikan jilbabnya.
"Aku tidak bertanya kamu mau atau tidak, aku hanya memberitahukan bahwa aku akan menemuimu di Cafe taman, dekat rumah." Jawab Azzam sambil berjalan keluar menuju mushola.
Betapa kesalnya Rain mendengar seperti itu, dia berpikiran untuk tidak datang, tapi di sisi lain, Azzam adalah orang yang selama ini menjaga dia dari kecil, meskipun sebelumnya Azzam dan Rain sempat berpisah karena Rain di masukan ke panti asuhan oleh ayahnya sendiri.
**
Sore pun datang, ternyata Azzam sudha tidak ada di ruangannya, Rain pun bergegas keluar kantor dan pulang ke rumah, di perjalanan, mulanya Rain tidak akan ke Cafe menemui Azzam, tapi karena ia tidak tega akhirnya Rain memberanikan diri untuk ke Cafe taman. Siapa sangka di cafe taman tersebut Rain bertemu dengan band nya Ryan yang sedang live music disana.
"Rain"? Sapa Ryan yang baru saja muncul dari pintu masuk di dalam Cafe.Rain pun berjalan ke atas, menaiki satu demi satu anak tangga. Setibanya di atas, Rain melihat sosok tampan tersebut sedang memainkan bunga yang ada di atas meja.
"Ryan? Lagi apa kamu?" Tanya Rain, dengan nada canggung pada seseorang yang pernah kagum padanya.
"Aku biasa tampil disini Rain, kamu cari Azzam ya? Dia duduk di meja VIP di lantai atas." Ucap Ryan.
"Pantas cafe ini penuh terus, ada artis band terkenalnya sih, ya sudah aku ke atas dulu ya Yan?" Pamit Rain.
"Assalamualaikum" Ucap Rain membuka ruangan VIP tersebut.Tuk tuk tuk..
"Waalaikum salam, eh Rain, duduk Rain, aku sudah pesankan minuman kesukaan mu." Ucap Azzam.
"Oh ya, terimakasih Zam." Ucap Rain sambil membuka jaketnya.
"Aku gak suka basa-basi, aku cuma mau tanya, kamu ada masalah apa? kenapa akhir-akhir ini kamu terlihat aneh?" Tanya Azzam.
"Aneh gimana?" Tanya Rain.
"Semua karyawan tahu, kamu kadang menangis sendiri." Ucap Azzam.
"Hmmm." Gumam Rain.
"Ayo, kamu kan sudah menganggap aku sebagai kakak, ayo jelaskan apa yang terjadi, apakah Dimas, atau Hanif membuat kamu marah? Apa si Ryan yang di bawah buat kamu kesal? Apa Sica? Atau nenek?" Tanya Azzam penasaran.
"Aku gak yakin kamu bakal percaya Zam." Ucap Rain.
"Kenapa Rain, jangan buat aku khawatir Rain!" Ucap Azzam.
"Akhir-akhir ini, aku mimpi seram kak, kadang membuat aku sampai menangis dan terbangun." Ucap Rain.
"Hehehe, ya ampun, hanya karena mimpi?" Tanya Azzam tertawa.
"Hmm, ngga cuma mimpi biasa Zam, tapi mimpi itu jadi kenyataan. Mimpi itu datang lagi." Ucap Rain sambil meneteskan air mata.
"Lagi? Kamu pernah mimpi seperti itu sebelumnya?" Tanya Azzam.
"Dulu sebelum bertemu kamu, aku hampir setiap hari seperti itu Zam, makanya kenapa dulu meskipun aku akselerasi, tapi aku takut untuk bekerja karena selalu terbawa mimpi sebelumnya, termasuk saat aku pertama kali bertemu kamu, malam sebelumnya aku bermimpi bertemu dengan seorang nenek yang melambaikan tangan padaku (Episode 1), dan aku coba ikuti, akhirnnya aku bertemu sama kamu dan nenek dalam mimpiku yaitu nenek angkat kita." Jawab Rain.
"Masa sih serius? Terus apa yang kamu mimpikan, sampai membuat kamu bersedih akhir-akhir ini?" Tanya Azzam.
"Aku mimpi ada seseorang jatuh dari gedung. Aku mimpi anak tertabrak truk di depanku, dan semua itu menjadi nyata esok harinya Zam. Aku sangat tertekan akan hal itu." Ucap Rain sambil mengelap tissu menghapus air matanya.
"Pesanan.." Teriak pelayan dari luar pintu.Rain dan Azzam terkejut, dan kemudian mempersilahkan mereka untuk masuk.
"Ya ampun bikin kaget saja." Ucap Azzam setelah pelayan tersebut keluar.Tapi tiba-tiba saja, ada yang melempar batu dari luar ke arah jendela dekat Azzam. Kemudian pecahan tersebut hampir saja mengenai tubuh mereka berdua. Tapi mereka berdua keburu menghindar menjauhi jendela sebelum pecahan tersebut mengenai tubuh mereka.
"Hmm.." Rain hanya terdiam.
"Terus apa yang buat kamu menangis tadi siang?" tanya Azzam.
"Aku, aku mimpi kamu celaka Zam, saat aku terpeleset ke pinggir sungai, kamu menyelamatkan aku, tapi kamu dan aku juga ikut terbawa. Jadi aku memutuskan untuk tidak dekat-dekat dengan kamu." Ucap Rain.
"Kamu percaya kalau seperti itu? Disini tidak ada sungai Rain, dan jangan jadi alasan kamu akan menghindari aku, karena bagaimanapun aku akan selalu jaga kamu, seperti kakak menjaga adiknya." Jawab Azzam tegas.
"Tapi, ini beda, mimpi aku itu selalu nyata Zam," Ucap Rain sambil memegang gelas yang ada di atas meja depannya.
"Rainy Anaya Mentari, kita itu kan manusia beragama, ngga seharusnya kamu takut seperti itu, satu hal yang harus kamu lakukan adalah berdoa meminta perlindungan-Nya." Ucap Azzam.
"Tapi, kalau ternyata kamu benar kecelakaan karena aku gimana?" Tanya Rain.
"Aku celaka, bukan kehendak aku, ataupun kamu, tapi pasti karena kehendak-Nya, sekarang kita harus lebih waspada saja." Ucap Azza.
"Satu hal yang ini aku jelaskan, aku pernah bermimpi kita sedang duduk disini, kemudian jendela itu pecah Zam." Ucap Rain sambil ketakutan.
"Mana, tuh lihat, tidak pecahkan?" Tanya Azzam.
"See? You not believe me!" Ucap Rain sambil menatap wajah Azzam dengan tatapan marah.Azzam hanya terdiam, seolah tidak menyangka, ia segera bangkit dan melihat apa yang terjadi di luar sana, ternyata anak-anak bermain melempar batu, dan batu tersebut terlempar terlalu tinggi sehingga mengenai jendela cafe.
"Kamu ngga kenapa-kenapa?"Tanya Azzam khawatir.Namun, perkataan Rain tidak Azzam dengarkan, dibukalah pintu tersebut, dan benar saja, saat Azzam hendak keluar, ia bertubrukan dengan pelayan yang sedang membawa kopi panas, kopi tersebut tumpak mengenai kemeja Azzam, pelayan tersebut pun segera meminta maaf, dan segera kembali ke bawah.
"Masih tidak percaya?" Tanya Rain.
"Itu hanya anak kecil Rain! Mereka sedang bermain. Kamu lebih baik istirahat.!" Ucap Azzam sambil menuju ke pintu untuk keluar dari ruang VIP.
"Jangan keluar Zam, ada pelayan yang akan masuk membawa kopi panas pesananmu." Ucap Rain.
"Aku sudah bilang, mimpi ku ini bukan mimpi biasa Zam!" Ucap Rain.Tidak lama, Azzam turun ke tangga, dia perhatikan setiap sudut anak tangga, ternyata benar, anak tangga kedua paling bawah, ada sebuah kelereng yang warnanya hampir sama dengan karpet yang etrpasang di tangga, Azzam mengambil kelereng tersebut, dan segera memasukkannya ke dalam saku celana.
"Rain, kamu hanya perlu istirahat.!" Ucap Azzam sambil berjalan keluar dan menunggu Rain untuk segera keluar dari ruangan VIP.
"Sebelum kamu ke bawah, kamu harus lihat ada kelereng di lantai, jika kamu tidak melihatnya, kamu akan terjatuh Zam." Ucap Rain.
"Kamu mulai berbicara ngawur, mana ada kelereng disini, kalau ada pelayan yang tadi naik tidak mungkin sampai ke ata, karena terinjak oleh dia lebih dulu!" Ucap Azzam.
"Terserah" ucap Rain smabil memakai jaket.
"Aku tunggu di bawah Rain." Ucap Azzam.
Azzampun segera menuju kasir dan masuk ke dalam mobilnya, di dalam mobil tersebut, Azzam benar-benar masih belum bisa percaya, namun semua fakta sesuai dengan ucapan Rain sebelumnya. Antara percaya atau tidak, Azzam masih menduga-duga, tidak berani bilang pada Rain, Azzam hanya ingin menjaga tanpa sepengatahuan Rain.
Tidak lama dari situ, Rain pun segera masuk ke dalam mobil, Azzampun mengendarai mobilnya menuju ke rumah, disana terdapat beberapa lampu lalu lintas, di perempatan terakhir, tepat di lampu lalu lintas, mobil Azzam berhenti, di sampingnya terdapat sebuah jalan menanjak yang hanya bisa di gunakan satu jalur, dan di ujung tanjakan terlihat truk terpakir sedang menghadap ke arah mobil Azzam.
Entah apa yang membuat lama, lampu lalu lintas tidak kunjung berubah hijau membuat Azzam sedikit kesal dan di tambah dengan keadaan rain yang hanya terdiam seribu bahasa, dan tanpa di sadari, truk yang semula terpakir di jalan tanjakan tersebut, turun dan melaju tanpa seorang supir di dalamnya menuju ke bawah ke arah tepat mobil Azzam berhenti.
"Zam, itu truk di sebelah kanan kamu, kok turun kesini! Ini kan belum hijau Zam!" Ucap Rain.Lampu belum juga hijau. Truk semakin dekat.
"Mana?" Azzam pun melihat ke kanannya, dan benar saja truk itu semakin kencang.
"Kamu keluar dari sini Rain!!!!!" Teriak Azzam.Tapi sebelum Azzam menjawab, truk tersebut cepat menyambar mobil Azzam. Terlihat disana Rain menangis seorang diri, melihat Azzam yang tidak tahu bagaimana keadaannya.
"Kamu gimana?" Tanya Rain sambil keluar mobil.
**
Tiba-tiba saja, Azzam terbangun dalam tidurnya.
"Astaghfirullah, ternyata itu hanya mimpi." Ucap Azzam yang tertidur di ruang kerjanya.Tubuhnya maih gemetar, mengingat mimpi yang ada dalam tidurnya itu. Tidak terdiam lama, Azzam langsung keluar ruangannya untuk segera menuju ke mushola. Terlihat Rain sedang menangis di dalam ruangannya.
Azzampun segera masuk ke dalam ruangannya tanpa permisi.
"Zam! Kenapa tidak mengetuk dulu?" Tanya Rain.Tidak lama Azzam kembali ke ruangan Rain. Dan teringat sesuatu.
"Sudah jelas di depan mata kamu menangis, aku harus tahu alasannya apa." Jawab Azzam.
"Tidak, aku tidak menangis." Jawab Rain sambil menggenggam tissu.
"Ada waktu nanti malam?" Tanya Azzam.
"Mau apa?" Tanya Rain.
"Aku mau sebelum kita pulang ke rumah, kamu cerita kepadaku, ada apa." Jawab Azzam sambil berjalan menuju pintu.
"Tidak mau." Jawab Rain sambil merapikan jilbabnya.
"Aku tidak bertanya kamu mau atau tidak, aku hanya memberitahukan bahwa aku akan menemuimu di Cafe taman, dekat rumah." Jawab Azzam sambil berjalan keluar menuju mushola.
"Rain, apa kamu bermimpi seperti ini ketika tadi malam?" Tanya Azzam dengan penasaran.Rain pun teheran dengan pertanyaan Azzam yang sesuai dengan apa yang ia tangisi saat ini. Tapi Rain tidak berani untuk bertanya kepada Azzam, karena khawatir jika dirinya berbicara tentang apa yang ia alami saat ini.
"Zam, kenapa kamu tahu hal itu?" Tanya Rain.
"Apa kamu mimpi seseorang terjatuh?" Tanya Azzam.
"Iya, aku mimpi seperti itu." Jawab Rain sambil menyeka air matanya.
"Apa kamu menangis karena bermimpi aku terbawa arus sungai?" Tanya Azzam.
"Kenapa kamu bisa tahu"? Tanya Rain.
"Ah, tidak, aku hanya menebak. Aku ke mushola dulu ya, Oh ya, kita tidak usah ke Cafe ya, aku hanya bercanda, hihi." Ucap Azzam lalu keluar dari ruangan Rain.
Saat hendak berwudlu, Azzam di buat kaget oleh sesuatu, ketika ia hendak menyimpan jam tangan di sakunya, ia menemukan kelereng merah marun yang sama percis sesuai dengan apa yang ada dalam mimpinya tadi di ruang kerjanya. Wajahnya semakin panik. Azzam tidak mampu menyampaikan hal ini pada Rain, namun ia mencoba menyambungkan dari dua sisi, bahwa dirinya dan Rain, sepertinya sedang mengalami hal serupa, yaitu mendapatkan mimpi yang tidak biasa.
Azzampun segera sholat dan kembali ke ruang kerjanya.
Ia berpikir keras, mengapa ia bisa mengalami hal tersebut, ia duduk di kursi dimana ia bekerja. Dan tiba-tiba saja, orang di luar berteriak.
"Gempa.... Gempa...!!!" Teriak karyawan dari luar ruangan.Belum sempat Azzam berdiri, tiba-tiba lantai ruangan mereka ambruk ke bawah.
Tidak lama Rain membuka pintu ruang kerja Azzam.
"Zam!! Gempa Zam!! Ayo keluar, sebelum ruangan ini roboh.!" Ucap Rain.
Bruuuukkk!!!!!
**
Ternyata, itu adalah mimpi, Azzam langsung saja menelepon Rain yang sedang berada di ruangannya.
"Rain tolong ke ruangan aku sekarang ya." Ucap Azzam dan langsung mematikan teleponnya.Tidak lama Rainpun masuk ke dalam ruangan Azzam.
"Ada apa Zam?" tanya Rain.**
"Apa kamu tadi lihat aku berjalan ke mushola?" Tanya Azzam .
"Iya aku lihat kok, masa kamu lupa, kan kamu mengajak aku untuk ke cafe taman dekat rumah. Tadi kamu mau sholat Ashar kan?" Uacp Rain.
"Bukannya aku sudah membatalkan kamu ya?" Tanya Azzam.
"Oh di batalin nih? Ya sudah.. Orang kamu ngga bilang apa-apa." Ucap Rain.
"Ngga ucap batal? hmmm, okey berarti sekarang kembali ke awal, bentar aku mau coba tanya ke kamu, kenapa kamu terlihat sedih akhir-akhir ini, apakah karena gara-gara kamu mimpi aku terbawa arus sungai?" Tanya Azzam dengan hati-hati.
"Hmm, Zam, kenapa kamu bertanya seperti itu?" Ucap Rain terkejut.
"Aku cuma ingin memastikan saja, apakah kamu bermimpi aku terkena tumpahan kopi dan terjatuh di atas tangga karena sebuah kelereng?" Tanya Azzam.
"Iya aku mimpi seperti itu Zam." Ucap Rain.
"Kamu mimpi aku terbawa arus sungai tidak?" Tanya Azzam.
"Iya Zam." Jawab Rain.
"Kamu mimpi aku tertabrak truk tidak?" Tanya Azzam.
"Truk? Tidak, aku tidak mimpi itu." Ucap Rain.
"Kemudian kamu mimpi kantor kita terkena gempa lalu lantainya ambruk tidak?" Tanya Azzam.
"Tidak Zam, ada apa... kamu harus jelaskan ini Zam! Nanti keburu pulang kerja." Ucap Rain.
"Pulang kerja? Sebentar tadi kamu juga bilang kau mau sholat Ashar ya?" Tanya Azzam.
"Iya Ashar.." Ucap Rain.
"Oke fix, aku sekarang sadar, kalau ini adalah mimpi, aku ke mushola itu untuk sholat dzuhur Rain, karena sedang istirahat kerja!!." Ucap Azzam.
Tiba-tiba saja, mata Azzam pun terbangun, terlihat ia sedang tertidur di dalam mobil yang terpakir di depan cafe taman. Terlihat Rain sedang menunggunya di depan mobil Azzam, waktu sudah mulai malam.
Tok tok tok, Rain mengetuk mobil Azzam. Azzam pun membuka jendela mobilnya.
"Rain, sorry kamu nunggu lama ya, yok kita pulang!" Ucap Azzam.Merekapun menuju ke taman, disana terdapat beberapa tukang jualan, Rain dan Azzam memilih duduk di kursi dekat sungai, karena ada tukang jualan telur gulung kesukaan Rain.
"Kok pulang?" tanya Rain.
"Apa lagi? Kita kan sudah selesai." Ucap Azzam.
"Zam, kita masuk saja belum, masa sudah pulang lagi?" Tanya Rain kesal.
"Kita belum masuk cafe?"Tanya Azzam.
"Iya, kamu ketiduran di mobil Zam!" Ucap Rain.
"Sorry, sorry, tapi kalau kita ke cafe kayanya nanggug, lebih baik kita ke taman saja bagaimana?" Tanya Azzam.
"Iya Zam, ayo." Jawab Rain dan masuk ke dalam mobil Azzam.
Tidak sengaja syal Rain terjatuh ke tepi sungai, Rain pun segera turun ke tepi sungai, sungai tersebut dangkal, arus nya tidak deras, saat hendak turun Rain malah terpeleset dan jatuh, melihat hal tersebut Azzam segera membantu Rain untuk naik, dirinya tidak turun ke sungai hanya mengulurkan tangannya, namun karena tepian sungai sangat licin, akhirnya Azzampun terjatuh.
Mereka berdua tersenyum dan tertawa. Tapi Rain yang lebih keras tertaanya.
"Ssssttt, berisik sudah malam Ren, ayo naik! Nanti dingin, kamu kan alergi!" Ucap Azzam.Merekapun akhirnya segera menuju kedalam mobil dan pulang ke rumah. Sedangkan Azzam sedang berpikir keras, tentang apa yang telah ia alami hari ini begitu berbeda dengan hari biasanya.
"Zam, semua mimpi aku jadi kenyataan, akhir-akhir ini aku sedih karena aku mimpi kecelakaan beberapa kali dan semua menjadi nyata, tapi ada satu mimpi menyeramkan yang berubah jadi hal unik, yaitu aku mimpi kamu terjatuh ke sungai, sama seperti sekarang saat membantu aku, bedanya dalam mimpi kamu terbawa arus yang deras, disini sebaliknya. Apa mungkin mimpi yang ada kaitannya sama kamu berubah menjadi kebalikannya?" Tanya Rain.
"Mimpi? Jadi mimpi itu sungguhan?" Tanya Azzam terkejut.
"Iya, aku mimpi seperti itu." Ucap Rain.
"Hmm.. Sudah-sudah, sekarang cepat naik, nanti kamu masuk angin, nanti aku di marahi nenek." Ucap Azzam sambil memikirkan sesuatu.
"Iya iya." Jawab Rain.
Comments
Post a Comment