Rain - Bukan waktu yang tepat, aku pergi (Episode ke - 12)

Kita saat itu tertawa bermain di pantai bersama, tiada hujan, tiada panas, suasana teduh mendukung kami bermain air di pantai.
Dan, Azzampun membuka matanya.
"Ternyata hanya mimpi." Ucap Azzam sambil menatap lampu kamar.
Azzampun menutup matanya kembali, dan membukanya dengan cepat sambil tersadar, bahwa dirinya kini berada di kamar asing, bukan kamar miliknya sendiri. Dia pegang kepalanya yang begitu terasa sakit. Azzam mulai tersadar bahwa dirinya kini sedang di rumah sakit, setelah kejadian kemarin, mengantar Rain yang masuk ke rumah sakit AM Hospital. Ya, Rain, Azzam berpikir dia harus segera mencari Rain, saat dia duduk di kasurnya untuk bangun berdiri, dia melihat seorang gadis berjilbab tidur di kasur yang berbeda namun satu ruangan dengannya. Terlihat dia belum terbangun. Rain, ya itu Rain, dalam hati Azzam.
Azzampun kembali tidur merasa tenang bahwa Rain ada disampingnya.
"Zam." Panggil Rain.
"Ya? Kamu sudah bangun Ren?" Tanya Azzam tanpa melihat Rain. 
Namun Rain tidak menjawab lagi. Azzampun menatap Rain yang berada di sisi kiri. Ternyata Rain hanya mengigau, dan memanggil nama Azzam.
"Hmmm. Lebih baik aku tidur lagi." Ucap Azzam sambil memejamkan matanya. 
Dan Azzampun tertidur.
Baru saja Azzam akan tertidur nyenyak, suara pintu terbuka, dan ternyata dokter datang ke kamar tersebut.  Azzampun langsung terbangun dan duduk.
"Dok, bagaimana keadaan Rain?" Tanya Azzam sambil mencoba untuk berdiri, tapi masih sangat lemah.
"Tuan duduk saja, ini bukanlah kejadian yang parah seperti tempo hari tuan. Jadi Rain hanya perlu istirahat saja. Saya kasih obat untik saja untuk menghilangkan gatal di tubuhnya." Ucap sang dokter.
"Terimakasih ya dok." Ucap Azzam.
"Jangan sungkan tuan, bagaimanapun tuan dan nona adalah pemilik rumah sakit AM Hospital ini, jadi tidak perlu segan seperti itu." Ucap dokter.
"Tidak ko, saya tetap harus berterimakasih." Ucap Azzam.
"Baik kalau begitu saya tinggal ya tuan, mungkin sebentar lagi nona juga akan sadar." Ucap dokter tersebut sambil keluar kamar.
Azzampun kembali tertidur di kasurnya, menengok ke sebelah kanan tepat pada kasur Rain.
Tiba-tiba saja, Rain memanggil Azzam, Azzam pikir Rain mengigau lagi, tapi ternyata Rain memang sudah sadar.
"Azzam... Azzam ko ga nyaut." Ucap Rain.
"Eh Ren, dah bangun kamu?" Tanya Azzam.
"Sudah ko.. Zam, aku ingin pulang." Ucap Rain.
"Sehat dulu, baru bilang pulang." Ucap Azzam.
"Aku serius Zam.. Aku tidak mau disini." Ucap Rain sambil menatap pada langit  kamar.
"Iya, nanti biar Rony yang urus ya." Ucap Azzam.
"Iya Zam... Zam aku lapar, tapi gak mau makanan rumah sakit." Ucap Rain.
"Serius? Ya udah aku ambil buat kamu ya." Jawab Azzam sambil melepas jarum infus di tangannya, tanpa sepengetahuan Rain. 
Azzam pun langsung berjalan keluar menuju kantin, semua staf di rumah akit memperhatikan Azzam, dan mengikuti Azzam dari belakang, karena mereka khawatir bahwa pemilik rumah skait tersebut membutuhkan bantuan.
"Sudah, kalian kembali kerja sana, saya bisa sendiri." ucap Azzam sambil terus berjalan.
"Baik pak." Jawab mereka yang berada di belakang. 
Lalu azzampun menuju kantin, dan membeli makanan yang Rain suka. Saat kembali ke kamar, ternyata Rain sudah duduk saja di sofa.
"Loh, kok kamu sudah bisa jalan kaya gitu." Ucap Azzam khawatir sambil menyimpan makanan di meja.
"Aku bosan Zam, kamu beli apa?" Tanya Rain.
"Aku beli Onigiri ayam mayo nih kesukaan kamu." Ucap Azzam sambil membukakan makanan tersebut.
"Waah terimakasih Zam, aku bisa sehat lagi nih." Ucap Rain.
"Ishh. Nih makan, kalau kamu sudah sehat, kita pulang, biaya rumah sakit mahal." Ucap Azzam sambil mencari pakaiannya untuk berganti baju.
"Heuuuu, kamu jahat banget, dasar direktur pelit!" Ucap Rain sambil makan. 
Namun Azzam tidak menjawab apapun, dia hanya tersenyum karena Rain sudah bisa marah seperti itu pertanda Rain sudah sehat.
"Rain, nanti aku panggil supir ya, untuk antar kamu pulang." Ucap Azzam.
"Loh, kamu mau kemana memang? Aku ikut kamu!" Ucap Rain.
"Ngga bisa, kamu harus istirahat." Jawab Azzam.
"Azzam mau kemana memang?" Tanya Rain.
"Aku mau beli sesuatu, dan kamu tidak boleh ikut!" Ucap Azzam.
"Aku kan bisa jadi penasehat yang baik Zam! Memang kamu mau beli apa? Baju? Celana? Buku? Tas? emua yang kamu beli itu kan aku yang antar, kenapa kamu gak mau aku ikut, apa kamu mau beli hadiah buat pacar kamu?" Ucap Rain ketus.
"Hmm, terus aja terus, kamu itu makin sakit karena terlalu banyak nonton drama, pacar apanya, pacar dari mana, aku itu gak suka pacar-pacaran kaya gitu, ada perusahaan yang aku urus, aku gak punya waktu untuk urus itu semua." Ucap azzam sambil memakai jaket dan duduk dekat Rain.
"Lalu kamu mau kemana?" Tanya Rain.
"Ada urusan Ren, tadi dokter bilang kamu memang harus istirahat. Kamu nurut sama dokter dong!" Ucap Azzam sambil memakan onigiri yang ia beli tadi.
"Iya, aku bakal pulang dengan supir." Ucap Rain tidak melanjutkan makannya, dan segera berganti baju.
 Setelah berganti baju Rain langsung mencari ponselnya.
"Handphone kamu kayanya masih di mobil, nanti biar supir yang ambil ya." Ucap Azzam.
"Iya. Tolong panggil supirnya sekarang. Aku mau pulang." Ucap Rain dengan cemberut.
"Hmm, msa wakil direktur kaya gini aja marah, kaya anak kecil." Ucap Azzam sambil menghubungi supir. 
Tidak lama supir datang, dna Rain langsung segera menuju ke mobil tanpa pamit pada Azzam. Tapi Azzam hanya tersenyum melihat tingkah laku Rain yang menggemaskan, Azzam paham, bahwa Rain sepertinya sudah mulai menunjukkan bahwa ia tidak ingin jauh dengan Azzam.
Dan benar saja, setelah memastikan Rain pulang ke rumah, ternyata Azzam pergi menuju toko perhiasan, ya dia membelikan cincin untuk Rain karena besok adalah hari ulang tahun Rain, Azzam akan melamar Rain di hari ulang tahunnya tersebut.

Azzampun mencari cincin yang paling cocok dengan Rain, dengan cepat dia pulang agar Rain tidak curiga, tapi sesampainya Azzam pulang ke rumah, beberapa pembantu berkumpul di ruang tv.
"Ada apa ini, kok pada kumpul?" tanya Azzam, namun ia langsung berlari, khawatir dengan keadaan Rain.
Benar saja Rain pingsan di tengah rumah.
"Rain... Rain kenapa bi? Sudah panggil ambulan?" Tanya Azzam duduk di samping Rain yang sedang pingsan.
"Sudah tuan. Tadi mba Rain sempat teriak kesakitan setelah makan ini." Ucap bibi sambil menunjukkan tumis capcay.
"Bi.....  sayur ini apa bibi kasih ebi?." Ucap Azzaam sambil mengusap wajahnya.
"Iya tuan, tuan, yang masak adalah koki baru, saya lupa memberi tahu bahwa mba Rain selain alergi seafood, mba Rain alergi ebi." Ucap bibi  dengan wajah bersalah. 
"Astaghfirullah  bibi, kok bisa, terus gimana ini ambulan sudah sampai mana?." Ucap Azzam sambil bingung harus melakukan apa.
"Tuan ambulannya terjebak macet." Ucap salah satu pelayan. 
"Ya sudah Rain biar saya yang bawa, bi tolong siapkan baju ganti Rain, nanti Rony sekretaris saya akan kesini, titipkan pakaiannya pada Rony." Ucap Azzam sambil membopong Rain ke dalam mobil. 
"Baik tuan." Ucap bibi. 
Azzampun segera pergi menuju rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit perawat disana segera menyiapkan kamar rawat khusus untuk Rain. Tidak lama dokter datang menangani Rain. 
Satu jam berlalu, rain masih belum sadar dan tertidur di kasur, Azzam yang mulai lelah tidur di sofa, saat itu Rony datang, tapi karena melihat Azzam tertidur, sehingga Rony hanya menyimpan tas bawaan Rain saja. 
Waktu terus berjalan, sudah hampir jam 3 sore, Rain belum juga tersadar, Azzam yang sudah terbangun, mencoba menghubungi orang di kantor, agar urusan pekerjaan tidak terbengkalai. 
Tidak lama dari itu. Rain mulai sadar, ia melihat Azzam sedang berdiri menggenggam ponselnya di samping jendela. 
"Zam, kamu lagi apa?" Tanya Rain.
"Ren, alhamdulillah kamu sudah sadar." Ucap Azzam.
"Iya, terasa sesak sedikit, tapi tidak seperti tadi di rumah." Ucap Rain.
"Iya, lihat wajah kamu saja di penuhi bintik merah karena alergi." Ucap Azzam.
"Zam, padahal baru kemarin ya, sekarang aku sudah di rumah sakit lagi." Ucap rain.
"Ngga apa, rumah sakit itu tempat paling tenang ko." Ucap Azzam.
"Lebih tenang kamar aku lah Zam." Ucap Rain.
"Iya iya.. terus sekarang apa yang dirasakan sama kamu?" Tanya Azzam.
"Tidak ada, aku baik-baik saja, dan ingin pulang." Ucap Rain.
"Untuk kali ini, ikuti aku ya, kamu perlu istirahat disini, besok baru kita bisa pulang." Ucap Azzam.
"Hmm. Aku ingin segera ke kantor Zam besok." Ucap Rain.
"Kantor itu sudah di urus oleh mba Sinta dan Rony, jadi santai aja ya." Ucap Azzam.
"Aku ingin jalan-jalan Zam." Ucap Rain.
"Jalan-jalan di sekitar taman sini aja ya?" Tanya Azzam.
"Baiklah. Iya Zam.. Ayo.. Eh.." Saat hendak terbangun, Rain kaget melihat kakinya tidak bisa digerakkan.
"Kenapa Rain?" tanya Azzam.
"Zam, kaki aku kenapa Zam, kenapa ga bisa digerakkan? Zam kenapa ini?" Tanya Rain sambil menangis dan mencoba untuk berjalan namun gagal lagi.
"Sebentar ya Sabar Rain, aku panggil dokter." ucap Azzam sambil menekan tombol disamping kasur Rain.
Namun Rain tetap menangis. Tidak lama, doketer segera melakukan pemeriksaan pada Rain. Dan kemudian segera mendatangi azzam yang sedang duduk di sofa. 
"Gimana dok? Tanya Azzam.
"Alergi yang di alami oleh mba Rain ini sudah parah mas, jadi kalau bisa jauhkan dari seafood dan makanan lainnya yang membuat dia alergi, syaraf kakinya terganggu karena pengaruh obat alergi yang melumpuhkan beberapa sistem syaraf lainnya, karena untuk mengobati alergi." Ucap dokter.
"Tapi rain bisa berjalan lagi kan dok?" Ucap Azzam.
"Bisa kok, nanti jika pengaruh obat hilang rain baru bisa berjalan lagi, sekitar menunggu 3-4 jam." Ucap dokter.
"Syukur kalau begitu, terimakasih dok." Ucap Azzam.
"Ya, mari." Ucap dokter sambil keluar kamar. 
Azzampun menghampiri Rain yang sedang menangis. 
"Gimana udah denger kata dokter?" Tanya Azzam.
"Sudah." Jawab Rain sambil menyeka air matanya.
"Jangan khawatir, tadi aku sudah siapkan kursi roda, jadi kita tetap bisa jalan-jalan ya." Ucap Azzam sambil membawa kursi roda.
"Azzam.... terimakasih.. hmm iya aku mau jalan-jalan." Ucap Rain. 
Azzampun langsung membantu Rain untuk naik ke kursi roda. setelah Rain duduk di kursi roda, mereka berduapun jalan-jalan di taman rumah sakit. 
"Zam, ternyata indah ya rumah sakit milik nenek." Ucap Rain.
"Rumah sakit ini kan aku yang urus, jadi pasti indah." Ucap Azzam sambil mendorong kursi roda.
"Azzam kok jawabnya ketus gitu sih, kamu ga ikhlas ya dorong kursi roda, sini aku aja yang jalanin sendiri." Ucap Rain.
"ih apaan sih Rain, orang biasa aja juga, jangan terlalu sensitif, cepet tua." Ucap Azzam sambil tetap mendiring kursi rodanya. 
Merekapun berkeliling di taman yang sangat indah, dipenuhi bunga-bunga, melewati jembatan di atas sungai, dan terdapat kursi-kursi taman.
Merekapun berhenti sejenak. Azzampun duduk di kursi taman di samping Rain, sedangkan Rain asik memandangi sekitarnya. 
"Azzam malam ini kamu menginap di rumah sakit?" Tanya Rain.
"Kenapa memang?" Tanya Azzam.
"Kamu kan tahu aku takut rumah sakit." Ucap Rain.
"Iya aku nginap ko, lagi pula nenek kan tidak ada, siapa yang akan jaga kamu." Ucap Azzam.
"Terimakasih Azzam." Jawab Rain sambil tersenyum. 
Azzam tahu, kalau Rain itu takut rumah sakit, dan ia lebih mengerti karena besok adalah hari ulang tahun Rain, mana tega ia meninggalkan Rain sendiri di rumah sakit. 
Saat jalan menuju kamar. Rain tiba-tiba bicara pada Azzam. 
"Azzam, terimakasih untuk semuanya ya, aku selalu merepotkan, tapi entah kenapa aku ngga merasa malu lagi kalau sakit, apalagi setelah bersama dengan kamu selama ini, buat aku malah jadi bergantung, terimakaish ya."Ucap Rain.
"Hmm, aku tau, udah biasa aja." Jawab Azzam dengan nada cuek, padahal ia tersenyum sambil mendorong kursi roda.
"Kenapa, kamu marah ya? Maaf kalau kamu ngga suka apa yang aku ucapin tadi, aku ralat deh, aku gak akan repotin kamu lagi setelah ini." Ucap Rain.
 Azzampun berhenti tidak  mendorong lagi. Ia berjalan dan berjongkok di depan Rain.
"Ren, kamu ini udah aku anggap kaya adikku aku sendiri, jadi jangan merasa seperti itu." Ucap Azzam.
"Azzam masih ingin aku panggil kakak?" Tanya Rain.
"Hmm, kenapa kamu bertanya seperti itu?" Tanya Azzam.
"Dari dulu kan Azzam selalu ingin aku panggil kakak." Jawab Rain.
"Terus?" Tanya Azzam.
"Mulai sekarang aku bakal coba hilangin perasaan aku ke kamu, aku akan terima kamu layaknya kakak aku, lagi pula nenek juga tidak akan setuju." Ucap Rain.
"Hilangin? jadi selama ini?" Tanya Azzam.
"Iya, aku memang tidak tahu diri, setelah aku di ajak masuk ke dalam rumah mewah itu, aku malah menyukai cucu nya. sangat bodoh." Ucap Rain.
"Hmm, udah ah, bahasan apa sih ini buat aku geli saja, yuk masuk kamar sudah maghrib." Ucap Azzam sambil kembali beridir dan mendorong kursi roda. 
Tanpa sepengetahuan Azzam, Rain meneteskan airmata, dan tanpa sepengetahuan Rain, Azzam malah tersenyum bahwa perasaannya ternyata tidak bertepuk sebelah tangan, namun benar apa yang dikatakan Rain, nenek pasti tidak akan setuju, mengingat mereka berdua adalah cucu angkatnya. 
Mereka tiba di kamar, dan segera sholat maghrib. 

Tidak lama mereka makan malam bersama. Waktu terus berjalan, Azzam asyik dengan laptop mengerjakan pekerjaan kantor, dan Rain hanya tiduran sambil menonton TV. Waktu terus menuju jam 10 malam. 

Azzam terus memikirkan, apakah ini waktu yang tepat untuk melamar Rain? tapi kondisinya, nenek tidak ada disini, jadi Azzam berpikir  sebaiknya dia simpan saja dulu cincin tersebut. Dia akan coba cari kue dan bunga untuk hadiah Rain besok. 

Melihat Rain sudah tertidur, Azzam bergegas keluar untuk membeli yang ia butuhkan. jam 2 malam ia baru kembali, ia hias kamar rumah sakit, Azzam juga sudah menghubungi Rony dan sekretaris Rain untuk memanggil beberapa perwakilan karyawan untuk merayakan ulang tahun Rain agar tidak terasa sepi. 

Kamar sudah selesai di hias hingga adzan subuh, Azzam sholat, dan setelah sholat Azzam pergi.

Ketika terbangun, Rain dikejutkan dengan hiasan kamar, kue, bunga, hadiah dan beberapa teman yang hadir disana, namun tak ada Azzam disana.









Comments

Popular Posts