Rain - Fokusmu bukan Aku (Episode ke - 13)
Saat itu hujan deras, semua menikmati kue dan hidangan yang ada di kamar rumah sakit, Rain hanya duduk berusaha untuk tersenyum dengan teman-temannya sebari mencari Azzam yang entah kemana.
Saat itu Rain hanya bisa tersenyum memendam rasa bingung dn bertanya kemana Azzam? Apa dia pergi lama? Entahlah, yang jelas, dihari bahagianya ini, Rain merasa kesepian.
Sesekali Rain melihat ponselnya, namun Azzam tidak memberi kabar padanya. Rain khawatir terjadi sesuatu pada Azzam.
Waktu terus berjalan, hari makin malam, karyawan yang berkunjung sudah waktunya pulang. Tinggal Rain, Rony dan Sinta.
Rain pun memutuskan untuk tidur dan istirahat. Namun tiba-tiba ada yang membuka pintu kamarnya, Rain pikir itu Azzam, namun ternyata perawat yang hendak memberikan obat suntik pada infusan Rain. Kemudian perawat tersebut keluar lagi. Dan pintu tertutup lagi.
Rain pun menutup matanya kembali membelakangi pintu kamar, dan pintu kamarnya terbuka lagi, Rain pikir itu perawat, Rain tetap menutup matanya.
Namun Rain heran, mengapa perawat tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Diapun membuka matanya. Begitu terkejut dia ketika melihat sosok di hadapannya.
Esok harinya.
Saat Azzam bangun untuk sholat subuh, ia terkejut karena Rain sudah tidak ada di kamar, Azzam segera sholat dan bergegas mencari Rain. Saat Azzam mencoba bertanya pada karyawan rumah sakit, mereka memberi tahu bahwa Rain sedang di taman lantai paling atas. Azzam langsung berlari karena khawatir pagi itu sudah turun hujan.
Saat Azzam tiba di lantai paling atas, dia melihat Rain sedang berteduh di bawah tempat duduk, untung saja ada canopy di atasnya sehingga Rain tidak kehujanan. posisinya memang berada di tengah sih, tapi syukurnya Rain masih bisa melambaikan tangannya pertanda dia baik-baik saja.
Azzampun menghampiri Rain mengambil payung besar yang sudah di sediakan oleh satpam.
Rain yang saat itu di rawat karena alergi yang di idapnya, menjadikan hari ulang tahunnya dirayakan di rumah sakit. Azzam yang mendekor semuanya, namun ketika karyawan kantor hadir, Azzam sang Direktur Utama malah tidak ada.
"Mas Rony, tolong kesini sebentar." Panggil Rain.
"Iya mba, ada apa?" Tanya Rony sekretaris Azzam.
"Azzam kemana ya? Dia tidak ada." Tanya Rain.
"Mba Rain sepertinya lupa ya, hari ini kan ada rapat tender dengan perusahaan Amerika, jadi Mas Azzam langsung berangkat tadi pagi." Ucap Rony.
"Hmm, oh iya saya lupa kalau hari ini tanggalnya, tapi kenapa Mas Rony tidak menemani?" Tanya Rain.
"Saya di suruh untuk disini mba. Lagi pula Mas Azzam pergi menggunakan pesawat perusahaan, jadi Insyaa Allah aman." Ucap Rony.
"Pulangnya kapan mas?" Tanya Rain.
"Sepertinya nanti malam, atau tidak besok mba." Jawab Rony.
"Ya sudah, terimakasih mas, silahkan lanjutkan." Ucap Rain.
Tidak lama Rony menjauh, ada Dimas dan Hanif disitu, dua Direktur tersebut menghampiri Rain sambil membawa hadiah masing-masing.
"Nih Rain untuk kamu." Ucap Hanif.
"Nih dari aku juga" Ucap Dimas.
"Ahh, terimakasih banyak ya, lagi pula aku kan sudah dewasa, tak apa tak ada hadiah juga." Ucap Rain sambil tersenyum.
"Tak apa, gimana sudah mendingan?" Tanya Hanif.
"Sudah, hanya bekas merah-merah nya belum sembuh betul." Ucap Rain.
"Ya sudah kamu istirahat saja dulu, lagi pula pekerjaan sudah kami handle bertiga." Ucap Dimas.
"Iya terimakasih banyak ya, aku merepotkan. huhu" Ucap Rain merasa bersalah.
"Tak usah minta maaf, selama kita sering keluar negeri, kan kamu yang handle disini, kita memang sudah seharusnya bekerja seperti itu." Ucap Hanif.
"Iya betul." Ucap Dimas.
"Ya sudah kami berdua langsung kembali ke kantor lagi ya, beberapa karyawan nanti akan bergantian kesini, jadi kamu tenang saja." Ucap Hanif.
"Hmm, terimakasih ya." Ucap Rain.
"Kamu jaga kesehatan ya Rain, kita pergi." Ucap Dimas.
"Hati-hati ya." Ucap Rain.
Hanif dan Dimas pun pamit kepada semua, dan kembali ke kantor. Begitu pula dengan beberapa karyawan yang lain ada beberapa yang pulang untuk rolling, dan ada yang standby seperti Rony dan Sinta sekretaris Rain.
Saat itu Rain hanya bisa tersenyum memendam rasa bingung dn bertanya kemana Azzam? Apa dia pergi lama? Entahlah, yang jelas, dihari bahagianya ini, Rain merasa kesepian.
Sesekali Rain melihat ponselnya, namun Azzam tidak memberi kabar padanya. Rain khawatir terjadi sesuatu pada Azzam.
Waktu terus berjalan, hari makin malam, karyawan yang berkunjung sudah waktunya pulang. Tinggal Rain, Rony dan Sinta.
"Mas, lebih baik kalian berdua pulang, saya ingin istirahat sendiri." Ucap Rain.Lalu Sinta dan Rony pun bergegas pulang, tinggalah Rain seorang diri di kamar rumah sakit. Dia membuka ponselnya. Tak ada satu pesanpun di balas oleh Azzam. Rain terus menutup dan membuka layar ponselnya, sesekali menelepon, namun tidak di angkat.
"Baik mba, kalau begitu saya pamit, jika terjadi sesuatu saya pasti langsung datang kesini." Ucap Rony.
"Terimakasih banyak sudah merapikan kamar ini seperti sedia kala." Ucap Rain.
"Sama-sama mba." Jawab Sinta dan Rony.
Rain pun memutuskan untuk tidur dan istirahat. Namun tiba-tiba ada yang membuka pintu kamarnya, Rain pikir itu Azzam, namun ternyata perawat yang hendak memberikan obat suntik pada infusan Rain. Kemudian perawat tersebut keluar lagi. Dan pintu tertutup lagi.
Rain pun menutup matanya kembali membelakangi pintu kamar, dan pintu kamarnya terbuka lagi, Rain pikir itu perawat, Rain tetap menutup matanya.
Namun Rain heran, mengapa perawat tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Diapun membuka matanya. Begitu terkejut dia ketika melihat sosok di hadapannya.
"Azzam." Ucap Rain sambil meneteskan air mata.Azzampun segera ke kamar mandi, dan Rain sgeera menghabiskan makanannya. Saat Azzam keluar kamar mandi, Rain sudah tertidur nyenyak, Azzam hanya mampu menatap Rain dalam diam. Azzam masih belum menyangka bahwa dia menyukai Rain, yang sama-sama di angkat sebagai cucu oleh seorang nenek tua yang pernah mengangkat ibu mereka masing-masing tersebut. Dan setelah itu Azzam bersiap tidur di sofa.
"Selamat milad Rainy Anaya Mentari." Ucap Azzam sambil tersenyum manis dan memberikan bunga untuknya.
"Aku kira kamu tidak akan datang Zam" Ucap Rain sambil menghapus air matanya dan kemudian duduk.
"Mana mungkin aku melupakan hari ini." Ucap Azzam sambil mengelus kepala Rain yang tertutup oleh jilbab tersebut.
"Kamu sudah makan Zam? Aku lapar." Ucap Rain.
"Hmmm, aku sudah bisa menebaknya kalau kamu kelaparan, aku bawakan ini." Ucap Azzam sambil mengeluarkan sushi.
"Ah, kamu memang terbaik Zam!" Ucap Rain sambil mengambil makanannya.
"Pelan-pelan makannya." Ucap Azzam sambil memperhatikan Rain.
"Zam, aku ingin pulang." Ucap Rain.
"Iya tapi besok ya. Aku lihat alergi ditanganmu sudah menghilang." Ucap Azzam.
"Iya sudah nih, Zam tapi aku lihat perkiraan cuaca besok sudah mulai musim hujan." Ucap Rain.
"Hmm, akhir-akhir ini kan cuaca tidak bisa di tebak, kamu harus tetap bawa perseidaan obat-obatan, dan jas hujan, jangan lupa sepatu anti hujan juga." Ucap Azzam.
"Ah, aku mulai bosan." Ucap Rain sambil melahap sushi.
"Jangan begitu!" Ucap Azzam sambil mengetuk kepala Rain menggunakan tangannya.
"Ya sudah aku mau bersih-bersih dulu ganti baju, setelah makan nanti jangan lupa sikat gigi, wastafel kan di luar kamar mandi." Ucap Azzam.
"Siap pak!" Ucap Rain sambil gerakan tangan seperti orang hormat.
Esok harinya.
Saat Azzam bangun untuk sholat subuh, ia terkejut karena Rain sudah tidak ada di kamar, Azzam segera sholat dan bergegas mencari Rain. Saat Azzam mencoba bertanya pada karyawan rumah sakit, mereka memberi tahu bahwa Rain sedang di taman lantai paling atas. Azzam langsung berlari karena khawatir pagi itu sudah turun hujan.
Saat Azzam tiba di lantai paling atas, dia melihat Rain sedang berteduh di bawah tempat duduk, untung saja ada canopy di atasnya sehingga Rain tidak kehujanan. posisinya memang berada di tengah sih, tapi syukurnya Rain masih bisa melambaikan tangannya pertanda dia baik-baik saja.
Azzampun menghampiri Rain mengambil payung besar yang sudah di sediakan oleh satpam.
"Sudah tahu hujan, kenapa ke atas, masih betah di rumah sakit?" Tanya Azzam saat sudah sampai di depan Rain.Lalu Azzam dan Rain pun ke bawah dan segera bergegas pulang ke rumah mereka. Setibanya di rumah, mereka di buat terkejut karena ada sosok yang mereka rindukan menyambut mereka.
"Tadi belum turun hujan, aku ingin melihat matahari terbit disini." Ucap Rain.
"Ya kenapa tidak membangunkan aku?" Tanya Azzam.
"Aku tidak mau membangunkan kamu, tadi kamu terlihat sangat pulas." Ucap Rain.
"Ren...... Kamu itu tidak perlu mengkhawatirkan aku, kamu hanya fokus pada dirimu sendiri. Kamu tahu betapa aku khawatir tadi saat bangun tidak melihat kamu ada di kasur? Aku khawatir karena hujan sangat deras. Jadi jangan mencoba memikirkan kondisi aku, jika kamu ingin pergi tolong bawa aku, jika kamu butuh sesuatu panggil saja aku." Ucap Azzam sambil jongkok di hadapan Rain.
"Iya, aku minta maaf, tapi kamu jangan egois seperti itu, kamu punya rasa khawatir kan, aku pun sama, saat kemarin kamu pergi untuk tanda tangan perjanjian saja aku khawatir, karena kamu tidak ada kabar." Ucap Rain.
"Hmmm. Iya maaf. Kamu boleh khawatir, tapi tetap fokus dulu dengan diri kamu ya, karena bagaimanapun lelaki itu yang melindungi wanita, bukan sebaliknya." Ucap Azzam sambil tersenyum
"Iya Azzam." Jawab Rain sambil tersenyum.
"Yaudah nih pake jaket aku, kita turun ya. Untung payung nya besar." Ucap Azzam sambil memakaikan jaket pada Rain.
"Iya Zam, aku ingin pulang.
"Nenek!" Panggil Rain dan Azzam bersamaan.Azzam dan Rain pun segera memeluk nenek mereka tersebut.
Comments
Post a Comment