Rain - Tunangan (Episode ke - 15)

Seharian Rain bekerja terus di dalam ruangannya, dia terlalu fokus pada laptopnya dan tidak sadar ada yang berdiri di hadapannya. 
"Assalamualaikum." Ucap Azzam. 
"Waalaikum salam, sini masuk Zam." Ucap Rain sambil mengingat lagi kejadian tadi pagi, saat Nata masa lalu Azzam, ada di ruangan Azzam. 
"Sibuk? Ada yang ingin aku bicarakan." Ucap Azzam. 
"Lumayan, aku lagi cek laporan investasi sampai dengan bulan ini. Boleh, mau ngobrolin apa Zam?" Ucap Rain smabil duduk ke sofa yang ada di depan meja kerjanya. 
"Tadi, ada Nata kesini." Ucap Azzam.
"Iya aku lihat." Ucap Rain. 
"Oh lihat? kenapa ga gabung aja." Ucap Azzam. 
"Ngga lah, kamu lagi serius. Gimana Zam apa yang mau di bicarakan?" Tanya Rain. 
"Nanti malam, kamu ikut makan malam ya? Sama Nata." Ucap Azzam.
"Dalam rangka apa? investasi?" Tanya Rain. 
"Ngga, di luar pembahasan itu. Dia ngajak makan malam aku, dan aku udah bilang mau bawa kamu kesana." Ucap Azzam. 
"Loh kenapa ajak aku?" Tanya Rain.
"Ngga kenapa-kenapa, soalnya nanti pulangnya aku mau minta antar kamu beli baju." Ucap Azzam mencoba mencari alasan agar Rain mau ikut. 
"Okey deh kalau gitu. Sampai ketemu nanti malam ya? Kita bawa mobil masing-masing saja kan?" tanya Rain. 
"Ngga, kita pergi bareng aja, naik Cooper aku." Ucap Rain.
"Okey siap pak direktur!" Ucap Rain sambil senyum. 
"Ya sudah, lanjut lagi sana, aku mau ke bawah, cek karyawan kita." Ucap Azzam. 
"Yap, bye!" Ucap Rain sambil meledek. 
Azzam pun keluar ruangan, dan segera berkeliling menyapa semua karyawan. Malam pun datang, setelah sholat Isya, Rain langsung bersiap-siap, ia merapikan pakaian dan jilbab yang ia kenakan. Tidak lama dari itu Azzam mengetuk pintu ruangannya. Dan Rain mempersilahkan masuk. 
"Hmm, aku tidak suka kamu pakai parfum sewangi ini. Biasanya juga tidak pakai." Ucap Azzam. 
"Azzam ih, aku kan malu, masa mau ketemu Nata tidak wangi." Ucap Rain.
"Kamu yang apa adanya itu aku suka. Yuk berangkat." ucap Azzam sambil tersenyum.
"Hmm kamu ini, yaudah ayo." Ucap Rain sambil membawa tas dan mantelnya. 
Diperjalanan mereka mengobrol dan bercanda satu sama lain layaknya adik dan kakak. 
"Zam aku ingin sosis panggang." Ucap Rain.
"Iya aku berhenti di tempat jualan yang kamu biasa beli kan?" tanya Azzam.
"Asyik, tapi ingin di bayarin." Ucap Rain.
"Iya cerewet, nih aku sudah parkir, silahkan turun, cepat ya, soalnya udah mendung nih, nih uangnya kau pakai mayonais dan saus ya." Ucap Azzam sambil memberi uang untuk membeli sosis.
"Siap pak bos." Jawab Rain. 
Setelah membeli sosis panggang, Rain dan Azzam bergegas melanjutkan perjalanan menuju restauran yang ia akan tuju. Tidak lama kemudian mereka sampai. Sesampainya disana, terlihat Nata sudah duduk menunggu. Dan menyambut Azzam. 
"Loh dia jadi ikut?" Tanya Nata memandang sinis Rain.
"Iya, dia aku ajak." Ucap Azzam sambil menyiapkan kursi untuk Rain.
"Iya silahkan duduk, semakin banyak semakin ramai." Ucap Nata sambil tersenyum. 
"Selamat malam mbak" Ucap Rain. 
"Aku udah pesan makanan enak dan mahal Zam, aku dah pesan juga makanan kesukaan kamu. Udang saus kacang." Ucap Nata menghiraukan ucapan selamat malam Rain.
"Loh? Aku sudah ngga suka itu Nat, tapi, thanks." Ucap Azzam. 
"Kenapa ga suka? Kamu kan suka banget menu itu." Ucap Nata. 
"Azzam sekarang lebih suka cumi saus mushroom mbak." Ucap Rain.
"Ga usah so tau deh, Azzam itu dulu benci banget cumi, karena pernah tersedak. ya Zam?" Tanya Nata sambil tertawa.
"Nat, aku sekarang memang suka cumi-cumi seperti apa yang di ucapkan Rain." Ucap Azzam sambil tersenyum. 
"Oh gitu ya? Kamu banyak berubah ya. Eh coba ini deh aku mau suapin kamu." Ucap Nata memberikan sesendok kue cheesecake. Namun dengan sengaja ia menumpahkan air ke baju Rain dan belum sempat menyuapi Azzam. 
"Rain, sorry, aku gak sengaja." Ucap Nata tersenyum dalam hati.
"Gak apa-apa mbak. Aku ke kamar mandi saja dulu ya." Ucap Rain sambil berdiri dan kesal. Ia pergi menuju kamar mandi. 
Ketika Rain ke kamar mandi, Azzam dan Nata asyik berbicara, Rain segera mengeringkan pakaiannya, setelah dari kamar mandi Rain melihat ke arah mereka yang sedang asyik bicara. 
Rain duduk dan melanjutkan makan. Tapi Nata berulah lagi, kini ia menumpahkan sup panas ke baju Rain. Rain sudah tidak sabar menghadapi Nata dan segera berdiri. 
"Nat, ko gak hati-hati sih.!" Ucap Azzam dengan nada marah. 
"Biasa aja kali Zam, Rain sorry ya, nih." Ucap Nata dengan memandang sinis dan memberikan serbet makan pada rain. 
"Ngga apa-apa, duh cuma ini panas dan bau amis, aku langsung pamit saja ya? Terimakasih sebelumnya untuk jamuannya." Ucap Rain sambil membersihkan baju dan bersiap membawa tas dan mantelnya. 
"Loh ko pulang? diluar hujan Rain" Ucap Nata sambil pura-pura khawatir. 
"Tak apa, aku pulang saja." Ucap Rain.
"Aku antar ya Rain? Aku pulang juga ya Nat?" Tanya Azzam. 
"Kamu disini saja Zam. rencananya kan aku memang makan berdua dengan kamu. Ngapain bawa adik kamu segala." Ucap Nata. 
"Ngomong apa sih kamu Nat?" Tanya Azzam mulai marah. 
"Kamu harusnya kasih tau ke dia, kalau kita akan bertunangan." Ucap Nata dengan kesal.
"Tunangan?" Tanya Rain kebingungan..
"Kamu ngga tahu? Loh Zam gak cerita ke dia?" Tanya Nata dengan sinis.
"Nat, kamu ngawur ya, kapan juga aku jawab mau tunangan sama kamu." Ucap Azzam mulai emosi.
"Zam, kamu sendiri yang bilang ke aku mohon untuk bantu kamu." Ucap Nata. 
"Sorry, kayanya aku beneran duluan ya, kalian bahas itu berdua aja. Terimakasih." Ucap Rain langsung pergi keluar. 
Rainpun bergegas keluar, meski hujan deras. Azzampun menyusul Rain. 
"Zam, temani aku! Kalau tidak, aku tidak akan investasi!" Ucap Nata. 
"Terserah! Kamu belum cukup dewasa Nat! Kamu ngga berubah masih sama seperti dulu!" ucap Azzam dengan marah. 
Azzampun segera menyusul Rain. Azzam sangat khawatir karena Rain memiliki alergi parah terhadap hujan. Dia berlari ke sekitar restauran, namun Rain sudah tidak terlihat. Azzampun segera bergegas menuju mobil dan berkeliling mencari Rain. Azzam menelepon berulang kali pada Rain, namun tidak Rain angkat teleponnya. 
"Rain, dimana kamu, ini hujan sangat deras." Ucap Azzam bergumam dalam mobilnya. 
Mata Azzam terus mencari keberadaan Rain. sejam berkeliling, Azzam belum juga bertemu dengan Rain. Azzam tahu jelas tidak ada bus disini, tidak ada taksi yang melewat, sudah pasti Rain harus berjalan kaki menuju shelter bus dengan jarak tempuh yang begitu jauh. 
"Ya shelter! Rain pasti kesana!" Ucap Azzam sambil menancap gas menuju shelter. 
Benar saja, Rain sedang terlihat menunggu bus disana. bajunya sudah basah, tangannya sudah mulai memerah, wajahnya juga. Sudah pasti terlihat Rain kesakitan karena menahan alergi parahnya tersebut. Rain terlihat menangis. 
Azzam merasa sangat sakit melihat Rain seperti itu, dia bergegas parkir dan menyusul Rain yang sedang duduk di pojokan shelter. Karena sudah larut, hanya ada tiga orang saja yang menunggu bus disana jadi tidak begitu ramai. Azzam segera membawa perlengkapan Rain, jas hujan, payung, baju ganti, handuk, dan obat miliknya. 
Azzam datang dari arah belakang, karena tempat parkir berada di belakang. Untungnya shelter tersebut cukup besar, ada toilet disana. Azzam langsung mendekati Rain dan menghapus air hujan yang ada di wajah Rain yang sudah terlihat kesakitan. Ia lap wajah Rain yang basah karena hujan. 
"Kenapa tidak langsung di lap. Kamu kesakitan ya Ren?" Ucap Azzam yang langsung jongkok di hadapan Rain dan mengelap air hujan di wajahnya tersebut, Azzam lap tangan Rain yang basah untuk megurangi alergi Rain.
"Zam, tidak usah.". Ucap Rain sambil menangis dan menahan tangan Azzam.
"Diam, kamu itu keras kepala ya." ucap Azzam sambil terus mengelap tangan dan wajah Rain.
"Ganti baju dulu sana. Ini tas perlengkapan kamu. Ada toilet disana, cukup bersih tadi aku sudah cek." Ucap Azzam.
"Terimakasih Zam." Rain langsung berdiri dan bergegas ke kamar mandi. 
Azzam terus duduk dan menunggu Rain keluar dari kamar mandi. Azzam khawatir Rain pingsan, karena Rain cukup lemah jika alerginya sedang kambuh. Namun syukurlah Rain segera keluar dari toilet dengan pakaian dan jilbab yang kering , meskipun tangan, kaki dan wajahnya masih tetap merah gatal.
"Sudah?" Tanya Azzam.
"Sudah Zam, terimakasih." Ucap Rain dengan suara pelan. 
"Ayo pulang?" Ajak Azzam sembari membawa tas pakaian basah milik Rain. 
"Aku naik bus saja." Ucap Rain. 
"Kenapa?Aku sudah menjemput kamu kesini." Ucap Azzam. 
"Aku tidak mau merepotkan kamu Zam." Ucap Rain. 
"Jika kamu bicara seperti itu lagi, lebih baik kita tidak usah bertemu selamanya." Ucap Azzam sambil bergegas meninggalkan Rain yang masih terduduk.
Azzam yang berjalan meninggalkan Rain sepertinya tidak sadar bahwa Rain tidak mengikutinya, saat dia melihat ke belakang, Azzam sudah melihat Rain dalam keadaan terjatuh ke lantai. 
Azzam yang melihat hal tersebut langsung membanting tas yang ia bawa, dan segera membawa Rain dengan membopongnya, dan membawa bekas pakaian basah yang ia bawa sebelumnya untuk dimasukan ke dalam mobil. Azzam langsung menuju rumah sakit milik perusahaannya tersebut. Sesampainya disana, Rain langsung ditangani oleh dokter. 
Azzam merasa bersalah karena meninggalkan Rain sebelumnya. Azzam merasa bersalah karena tidak ada di samping Rain saat dia kesakitan.  Tidak lama dokter keluar dari ruang periksa. 
 "Gimana dok?" Tanya Azzam.
"Mas Azzam, mba Rain tidak separah biasanya, dia juga sudah sadar dan bisa di ajak bicara di dalam. Tapi untuk menjaga kestabilan tubuhnya, baiknya menginap saja dulu disini." Ucap dokter tersebut.
 "Terimakasih dok, iya sepertinya Rain akan menginap saja disini. Terimakasih banyak dok." Ucap Azzam.
"Saya tinggal ya mas." Ucap dokter sembari meninggalkan Azzam. 
Azzampun masuk ke dalam ruangan tersebut. Dan duduk disebelah Rain. 
"Rain, apa yang sakit?" Tanya Azzam.
"Tidak ada, kita pulang yuk Zam, kasian nenek di rumah." Ucap Rain.
"Nenek sudah aku kabari, dan nenek bilang aku harus menjagamu disini, nenek tidak bisa kesini karena masih belum sehat. Jadi kamu tidak usah memikirkan dulu nenek ya." Ucap Azzam.
"Baiklah. Kamu lebih baik pulang Zam." Ucap Rain.
"Kenapa? Aku ingin jaga kamu disini." Ucap Azzam.
"Aku hanya merepotkan kamu terus Zam, tidak bosan menemani terus aku di rumah sakit? Lagipula kamu kan akan segera bertunangan, tidak baik jika terus bersama aku." Ucap Rain.
"Sudah berhenti, siapa juga yang akan bertunangan, ini hanya pilihan pekerjaan, aku memilih untuk tidak melanjutkan dan lebih baik memutuskan investasi dengan Nata." ucap Azzam.
"Jangan Zam. Ini masa depan kantor." Ucap Rain.
"Ren, kantor kita itu kantor terhebat, dan terbesar. Kita tidak membutuhkan hal kecil seperti perusahaan Nata." Ucap Azzam sambil tersenyum.
"Zam, kamu memilih aku?" tanya Rain sambil tersenyum.
"Memilih kamu? Tidak Rain. Kamu sudah aku anggap seperti adikku sendiri. Kamu itu bukan pilihan. Karena kamu adalah prioritas aku." Ucap Azzam.
"Hmm. Tapi..." Ucap Rain sambil berpikir sedih, ternyata Azzam hanya menanggap Rain sebagai seorang adik.
"Sudah jangan terlalu banyak pikiran. Istirahatlah." Ucap Azzam.
"Ya sudah, aku akan tidur." Ucap Rain langsung rebahan. 
Azzam langsung memakaikan selimut kepada Rain.
"Zam, kamu beneran tidak pulang?" Tanya Rain.
"Tidak. Aku menunggu disini, cerewet sekali." Jawab Azzam.
"Nata dia pulang?" Tanya Rain.
"Belum tahu, nanti aku coba beri kabar." Ucap Azzam.
"Jangan, biarkan saja dia." Ucap Rain.
"Iya. Ya sudah aku tidak akan memberinya kabar." Ucap Azzam sambil duduk di kursi samping kasur Rain.
"Loh kamu ga nanya kenapa aku bilang itu?" Tanya Rain.
"Aku lebih pintar dari kamu. Sudah tidur sana." Ucap Azzam sambil memejamkan mata duduk di kursi.
"Kamu tidur di sofa saja sana." Ucap Rain.
"Cerewet banget sih! Tidur aja, berisik ih." Ucap Azzam sambil membuka lagi matanya.
"Iya. Iya. Aku tidur." ucap Rain, sambil memejamkan mata. 
Azzampun tersenyum ke arah Rain tanpa sepengetahuan Rain, dan akhirnya memejamkan matanya lagi. Rain dan Azzampun tertidur.










Comments

Popular Posts