Dania - Terpendam (Cerbung ke - 11)
Malam ini hujan tidak menepi, seandainya tidak terlalu larut, mungkin Dania akan lama bersamanya.
Sejam berlalu Dania tiba di rumahnya, keluarga Dania yang khawatir akan tangan Dania yang terluka segera menyuruh Dania istirahat, entah seperti apa sakit yang Dhika rasakan karena ia perlu 5 jahitan di tangannya.
Dania masih melamun memandangi langit-langit kamarnya, nyatanya kasur nyamannya kini tak mampu menyenyakkannya. Suara hujan di atas genting memecahkan suara sunyi di rumahnya. Dia masih tidak mempercayai kejadian 7 jam sebelumnya, yang membuat Dania terjebak dan terluka, hingga akhirnya sosok yang sudah menghilang tiga bulan, datang kembali untuk melindunginya.
Sebelum pulang ke rumahnya Dania dan Dhika sempat untuk membeli makanan terlebih dahulu, disana keduanya bercerita, awalnya Dania menceritakan kejadian saat penjahat yang dia temui 7 jam sebelumnya itu, namun ketika suasana sepi tak bersuara, Dhika menjelaskan alasannya tak menghubungi Dania selama tiga bulan.
Ternyata Dhika mempunyai penyakit serius dibagian perutnya, dan orang tuanya memiliki kerabat dokter hebat di Jerman, sehingga berangkatlah Dhika dan keluarga ke Jerman, entah penyakit apa yang di derita namun setelah di operasi, Dhika mengalami alergi yang sebelumnya dia tidak miliki, alergi seafood, setiap kali memakan makanan tersebut tubuh Dhika akan berubah menjadi merah dan gatal, alergi itu bahkan menyiksa Dhika. Dan akan membuat Dania lebih berhati-hati lagi.
Satu jam, Dua jam,, Dania belum juga bisa tidur, ia memikirkan bagaimana Dhika bisa muncul secara tiba-tiba lagi dan menolongnya dari penjahat yang hampir membunuhnya.
Esok harinya..
Mobil mewah berwarna hitam sudah terparkir di depan rumah Dania..
Tiiddiiid... Suara klakson mobil berbunyi, Dania yang tengah bersiap-siap berangkat kuliah belum menyadari suara klakson mobil siapa itu, kaki Dania yang masih terasa sakit karena terkilir menyulitkan Dania ketika berjalan, maka dari itu Dania harus pergi lebih awal agar tidak terlambat.
Setelah sarapan, Dania pun berangkat, tanpa ia sadari mobil siapa yang terparkir di luar gerbang rumahnya.
Saat membuka gerbang rumah, Dania berjalan perlahan dan tidak menyadari bahwa ia di ikuti sebuah mobil, setelah 5 menit berjalan, Dania menyadari ada mobil yang mengikutinya, karena masih teringat kejadian kemarin, Dania mulai merasa takut dan mempercepat langkahnya meskipun merasa sakit di kakinya, tidak lama suara klakson mobil di tekan beberapa kali dan sangat kencang, namun Dania menghiraukannya, langkah Dania semakin capat ketakutan, karena Dania tidak berhenti maka mobilpun melaju kencang dan berhenti di depan Dania, langkah Dania terhenti, ketika jendela mobil terbuka, terlihat wajah laki-laki dengan menggunakan kaca mata hitam.
Kemudian merekapun melanjutkan perjalanan sambil bercerita banyak hal, tak terasa perbincangan mereka harus berakhir karena mereka sudah sampai di tempat kuliah Dania.
Ketika sampai di kelas, teman-teman Dania menanyakan kaki dan tangan Dania yang di perban, ia menceritakan betapa berbahayanya jika pergi seorang diri, apalagi ketika pergi malam. Seharian Dania kuliah dan melanjutkan praktikum di sore hari, praktikum kali ini cukup melelahkan karena keadaan Dania yang sedang kesakitan, hingga waktu makanpun ia lupakan, untungnya besok hari libur sehingga Dania bisa istirahat untuk memulihkan kaki yang terkilir dan luka di tangannya. Malam sudah datang, sambil menunggu Dhika menjemputnya, Dania duduk di dekat pos satpam kampusnya agar dekat dengan gerbang, merasa tidak nyaman dengan kakinya yang makin terasa sakit, dia pijat-pijat kakinya.
Tak lama lampu mobil meyorot Dania, ya, Dhika sudah tiba, dia turun dan menghampiri Dania.
Dania menatap ke jendela luar, memandangi lampu-lampu kota, sesekali ia membuka jendela mobilnya, dan menutupnya kembali. Dhika yang menyadari sikap Dania mulai mengajak Dania berbicara.
Karena hari semakin larut, Dhikapun segera menyalakan mobilnya dan segera pergi menjemput Aya. Tanpa sepengetahuan Dhika, ternyata Dania memandangi Dhika dari jendela kamarnya, Dania yang hanya bisa terdiam, merasa tidak nyaman di hati nya.
Esok harinya, Dania mendapat pesan di ponselnya dari Dhika, bahwa Dhika akan menjemputnya jam 1 siang, sambil mengirim sebuah foto, foto tiket pertunjukan drama teater kesukaan Dania. Saat membaca pesan itu wajah Dania berubah menjadi merah, entah malu atau senang, setidaknya Dhika mampu membuat kesal Dania semalam hilang.
Sambil membantu ibunya membereskan rumah Dania tak henti-hentinya melihat jam, 4 jam lagi, 3 jam lagi, 2 jam lagi..... Hingga menunjukkan pukul setengah satu siang, Daniapun segera bersiap-siap.
Ada yang nampak berbeda hari ini, Dania yang biasanya memakai stelan pakaian tomboy, hari ini dia memakai baju dres hingga bawah lutut berwarna coklat, sepatu kets, dan membawa tas selempang, rambut yang di urai dan tak lupa jaket tipis di gantungkan di tasnya. Namun waktu cepat berlalu, hingga sudah menunjukkan pukul setengah dua siang, tapi mobil Dhika belum terdengar bunyi klaksonnya.
Daniapun sedikit mulai sedih, khawatir bahwa Dhika akan membatalkan jalan-jalannya tersebut.
Setelah keluar rumah Dania meyakinkan bahwa mobil tersebut adalah mobil Dhika, setelah melihat warnanya, betul itu adalah mobil Dhika. Dhika yang melihat Dania sudah berdiri di depan pintu rumah, segera keluar dari mobilnya. Daniapun berjalan menuju mobil.
Lampu Studio dimatikan sehingga sedikit kesulitan saat mencari tempat duduk sesuat pada tiket, kaki Dania yang masih terasa sakit sedikit menyulitkan Dania ketika menaiki anak tangga untuk mencari barisan kursi, Dhika yang saat itu di sampingnya dengan siaga menjaga Dania khawatir Dania terjatuh. Kursi pun mereka dapatkan, dan keduanya sama-sama serius menikmati pagelaran teater.
Pagelaran Teater berlangsung 3 jam, mereka berdua sama-sama menikmati alur ceritanya. Dhika sangat tahu selera pagelaran apa yang di inginkan Dania, sehingga saat ada yang menjual tiket teater Dhika langsung membelinya, tanpa bertanya lebih dulu.
Ini adalah kali pertama Dania dan Dhika berjalan bersama, Dhika yang cuek namun selalu memberikan kejuatan kecil untuk Dania, membuat Dania selalu nyaman.
Berbeda hal dengan Dania, Dania yang masih menganggap dirinya dengan Dhika hanya sekedar berteman membuat dirinya canggung, karena mengajak menyaksikan pagelaran teater tidaklah murah, berarti Dhika memang membuat Dania spesial di hari itu.
3 jam berlalu....
Semua penonton pagelaran keluar dari studio, berbeda hal dengan Dhika dan Dania, mengingat kaki Dania yang harus berjalan perlahan, mereka menunggu studio sepi dan baru keluar studio.
Saat mereka sudah berada diluar studio, Dhika menawarkan Dania untuk pergi ke Mall untuk berbelanja, namun karena Dania tidak terlalu suka pergi ke Mall, Dania lebih memilih bermain ke pasar malam, kemudian merekapun segera menuju mobil, dan berkeliling mencari pasar malam, seperti yang kita ketahui, pasar malam adalah tempat sederhana namun penuh keceriaan, ketika tiba di pasar malam, Dania sejenak menghentikan langkahnya, mengingat kejadian yang di alami sebelumnya di pasar malam, Dhika hadir ketika Dania mencari cincin yang hilang pemberian ibu yang ia tidak kenali sebelumnya seorang diri di bawah gerimis. Dan hari ini Dania tersenyum manis karena bisa pergi bersama Dhika. Dhika seseorang yang dingin, namun penuh perhatian dan pengertian, dia selalu hadir tanpa di minta ketika Dania kesepian. Dhika, sosok yang lambat laun mulai menjaganya, dan melindungi Dania.
Hari sudah menunjukkan pukul 7 malam, sudah waktunya mereka menyelesaikan wahana bermain, terakhir permainan yang diinginkan adalah bianglala, wahana santai dimana setiap orang bisa menikmati pemandangan kota ketika posisinya sudah di paling atas.
Saat itu Dania dan Dhika sudah menaiki bianglala, ketika sudah di paling atas, Dhika dan Dania menikmati pemandangan kota.
Dhika dengan sigap mengambilkan belanjaan Aya, dan segera menyimpannya di bagasi mobilnya. Dhikapun langsung memasuki mobilnya, saat Dania hendak masuk mobil untuk duduk di bagian depan, Aya langsung masuk lebih dulu duduk di depan. Dania yang merasa tidak enak, mengalah untuk duduk di belakang. Dan mobil merekapun mulai melaju menuju rumah.
"Tau gitu aku pulang sendiri!" Ucap Dania kesal pada dirinya sendiri.
Brrruuukk!!! ada seseorang yang tidak sengaja menabrak rak makanan kaleng tepat di depan Dania, terlihat rak tersebut bergerak akan menimpa anak kecil berusia 3 tahun yang sedang berjalan terpisah dengan ibunya. Melihat seperti itu, Dania tidak tinggal diam, dia langsung berlari meskipun kakinya merasa sakit, mau bagaimanapun anak tersebut harus diselamatkan tanpa mementingkan keselamatan dirinya sendiri. Saat rak makanan tersebut bergerak dan hampir mengenai anak kecil tersebut, Dania langsung memeluk erat anak kecil tersebut, semua makanan kaleng mengenai dirinya, namun ia hiraukan, rak tersebut hampir mengenai badan Dania, namun tidak jadi, karena ada seorang laki-laki yang menahannya, entah darimana asalnya, pemuda tampan dengan stelan kaos dan celana jeans itu menyelamatkan Dania dan anak kecil tersebut, setelah rak besar itu di buat ke posisinya semula, nampak semua makanan kaleng berserakkan. Semua orang menyaksikan kejadian tersebut, dan si ibu dari anak tersebut datang menarik anaknya.
Setibanya Dania dan Dhika di parkiran mobil, merekapun langsung masuk ke dalam mobil, namun terlihat wajah Aya yang sedikit kesal langsung bertanya pada mereka berdua.
Setelah keduanya masuk ke mobil, Dhika langsung menjalankan mobilnya, sejenak mereka terdiam, dan Dhika mulai bertanya.
Mobil pun langsung di rem mendadak oleh Dhika. Dania merasa gugup dan takut, melihat sosok sedingin Dhika, bisa marah seperti itu. Tiba-tiba Dania menangis.
Apakah kamu pernah merasa bahagia lalu sakit?
Apakah kamu pernah merasa sedih lalu tertawa?
Terpuruk ketika jatuh?
Merasa besar ketika memiliki sesuatu?
Mungkin kamu pernah merasa tidak di adili.
Kamu juga merasa tidak dimengerti.
Seolah hanya air mata yang mengerti.
Apa daya hanya mampu memendam.
Sesaat kebahagiaanmu, itu milikmu.
Jika Tuhan mengambilnya, maka itu bukan hak-mu.
(Bersambung...)
Satu jam, Dua jam,, Dania belum juga bisa tidur, ia memikirkan bagaimana Dhika bisa muncul secara tiba-tiba lagi dan menolongnya dari penjahat yang hampir membunuhnya.
Esok harinya..
Mobil mewah berwarna hitam sudah terparkir di depan rumah Dania..
Tiiddiiid... Suara klakson mobil berbunyi, Dania yang tengah bersiap-siap berangkat kuliah belum menyadari suara klakson mobil siapa itu, kaki Dania yang masih terasa sakit karena terkilir menyulitkan Dania ketika berjalan, maka dari itu Dania harus pergi lebih awal agar tidak terlambat.
Setelah sarapan, Dania pun berangkat, tanpa ia sadari mobil siapa yang terparkir di luar gerbang rumahnya.
Saat membuka gerbang rumah, Dania berjalan perlahan dan tidak menyadari bahwa ia di ikuti sebuah mobil, setelah 5 menit berjalan, Dania menyadari ada mobil yang mengikutinya, karena masih teringat kejadian kemarin, Dania mulai merasa takut dan mempercepat langkahnya meskipun merasa sakit di kakinya, tidak lama suara klakson mobil di tekan beberapa kali dan sangat kencang, namun Dania menghiraukannya, langkah Dania semakin capat ketakutan, karena Dania tidak berhenti maka mobilpun melaju kencang dan berhenti di depan Dania, langkah Dania terhenti, ketika jendela mobil terbuka, terlihat wajah laki-laki dengan menggunakan kaca mata hitam.
"Hmmmmmm, Kak Dhika, sedang apa disini?" Tanya Dania dengan nada terkejut.Daniapun memasuki mobil.
"Yuk masuk De, nanti kakak cerita." Ajak Dhika.
"Tadi, Dania kira kakak penjahat, jadi Dania berjalan dengan kencang menghindari mobil kakak." Ucap Dania karena merasa bersalah.Dania pun terdiam, di dalam hatinya bertanya, dimana kak Dhika kuliah? Jurusan apa?, mau bertanya namun gengsi Dania terlalu besar.
"Iya ngga apa-apa De, lagi pula salah kakak juga yang tidak mengabari, karena pergi cepat-cepat khawatir Dania pergi duluan." Jawab Dhika.
"Loh, jadi kakak sengaja menjemput Dania? Gimana tangan kakak yang di jahit? masih terasa sakit? Tanya Dania, menutupi rasa senangnya.
"Kakak tau, kaki De Nia kan sedang terkilir, lagi pula sekalian juga kakak berangkat kuliah, kalo soal luka, beginilah baru di ganti perban tadi pagi, perih sih karena belum kering." Jawab Dhika menahan sakit tangannya.
Kemudian merekapun melanjutkan perjalanan sambil bercerita banyak hal, tak terasa perbincangan mereka harus berakhir karena mereka sudah sampai di tempat kuliah Dania.
"Makasih banyak ya kak, berkat kakak, Dania jadi tidak terlambat!" Ucap DaniaDhika pun mengangguk, Dania pun keluar mobil dan berlari kecil, mobil Dhika pun melaju perlahan.
"Iya sama-sama De, nanti pulang jam berapa? Tanya Dhika.
"Hmm, Dania ada praktikum sore ini kak, jadi sepertinya pulang malam.." Jawab Dania.
"Oh begitu, ya sudah nanti malam kakak jemput De Nia ya, tunggu kakak di tempat terang dan ramai!" Tanya Dhika.
"Loh kakak gak usah menjemput, Dania hanya akan merepotkan!" Jawab Dania dengan nada rendah.
"Gak apa-apa, kakak juga nanti pulang malam, tunggu kakak ya?." Pinta Dhika.
"Okey kak! Sebelumnya terimakasih kak, Dania masuk dulu ya kak! Jawab Dania.
Ketika sampai di kelas, teman-teman Dania menanyakan kaki dan tangan Dania yang di perban, ia menceritakan betapa berbahayanya jika pergi seorang diri, apalagi ketika pergi malam. Seharian Dania kuliah dan melanjutkan praktikum di sore hari, praktikum kali ini cukup melelahkan karena keadaan Dania yang sedang kesakitan, hingga waktu makanpun ia lupakan, untungnya besok hari libur sehingga Dania bisa istirahat untuk memulihkan kaki yang terkilir dan luka di tangannya. Malam sudah datang, sambil menunggu Dhika menjemputnya, Dania duduk di dekat pos satpam kampusnya agar dekat dengan gerbang, merasa tidak nyaman dengan kakinya yang makin terasa sakit, dia pijat-pijat kakinya.
Tak lama lampu mobil meyorot Dania, ya, Dhika sudah tiba, dia turun dan menghampiri Dania.
"Sini De tas nya..!" Pinta DhikaKemudian mereka berdua masuk kedalam mobil, dan mobilpun melaju pulang. Di perjalanan Dania nampak pucat, dia diam tak mengeluarkan suara, sama hal nya dengan Dhika, Dhikapun tak mengeluarkan suara, seolah ada beban di pikirannya.
"Gak usah kak, gapapa ko.." Jawab Dania.
Dania menatap ke jendela luar, memandangi lampu-lampu kota, sesekali ia membuka jendela mobilnya, dan menutupnya kembali. Dhika yang menyadari sikap Dania mulai mengajak Dania berbicara.
"De, gimana tadi kuliahnya lancar?" Tanya Dhiuka.
"Lancar kok kak, kaka kenapa malam ini nampak murung? tadi pagi kakak nampak biasa saja?" Tanya Dania penasaran.
"Oh, ngga kenapa-kenapa kok De, kakak cuma lagi bingung aja, tadi mamah kakak nelepon, kakak di suruh menjemput anaknya temen mamah kakak, cuma agak males aja karena jemputnya harus malam ini ke bandara, hehe." Jawab Dhika dengan nada malas.
"Loh terus kenapa malas kak? memang siapa yang kakak jemput malam ini? dia dari mana kak? Tanya Dania.
"Iya males aja karena pasti malem banget, namanya Ayana, kaka suka panggil dia Aya, dia seangkatan sama kakak De, dia sama kaya De Nia jurusan kedokteran, tapi sudah mulai koas, magang untuk bantu praktik dokter di rumah sakit, dia dari Oxford, Inggris De." Jawab Dhika.
"Wah keren ya Kak Aya, Dania jadi pengen deh. hehe. Kak gimana kalo Dania juga ikut jemput kak Aya? Biar kakak ada temennya, oh iya Kak Aya nanti tinggal dimana kak? Tanya Dania.
"Hmmmmmm,, Jangan, De Nia gak usah ikut ya, De Nia kan lagi sakit juga kaki nya, gapapa biar kakak saja yang menjemputnya sendirian. nanti Aya tinggal di rumah kakak De, rumah kakak ada beberapa kamar kosong soalnya, nih sebentar lagi kita sampai De."Dhika mulai mengalihkan pembicaraan, agar Dania tidak memaksa untuk ikut menjemput.Wajah Dania mulai berubah, ketika mobil sampai depan gerbangnya dia langsung bergegas keluar mobil, tas nya saja hampir di tinggalkan karena Dania ingin cepat segera masuk ke dalam rumah.
"Terimakasih ya kak, hati-hati kalo nanti jadi menjemput!" Daniapun segera meninggalkan Dhika, ia berjalan sambil menahan rasa aneh di dada nya, tanpa menoleh ke belakang Dania langsung memasuki rumahnya.Dhika belum menyalakan mesin mobilnya, dia memandangi ponselnya, melihat sikap Dania seperti itu membuat Dhika khawatir Dania marah karena tidak diizinkan ikut menjemput Aya, namun hasilnya nihil, Dania tidak mengangkat telepon dari Dhika.
Karena hari semakin larut, Dhikapun segera menyalakan mobilnya dan segera pergi menjemput Aya. Tanpa sepengetahuan Dhika, ternyata Dania memandangi Dhika dari jendela kamarnya, Dania yang hanya bisa terdiam, merasa tidak nyaman di hati nya.
"Ada apa dengan aku ini, Kak Dhika mau menjemput siapapun itu kan haknya Kak Dhika, kenapa harus kesal begini!!" Dania berbicara pada dirinya sendiri.Handphone Daniapun berdering lagi, ternyata Dhika tetap menelepon Dania, Daniapun mencoba untuk mengangkat teleponnya.
"Hallo?? Tanya Dhika.Daniapun tersenyum dan amat senang, karena baru kali ini Dhika mengajaknya jala-jalan. "Iya kak, mudah-mudahan besok Dania pulih, jadi bisa main bersama kakak yaa!" Jawab Dania.
"Hallo kak, ada apa kak?" Tanya Dania seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
"Maafkan kakak ya De, De Nia jadi tidak bisa ikut menjemput, De Nia istirahat saja, kalo besok sudah pulih, kakak bakalan ajak De Nia jala-jalan, semau Dania ya..!" Ajak Dhika.
"Iya De, yasudah, kakak matikan teleponnya ya, sepertinya Aya sudah menunggu kakak."Tanpa mendengar suara Dania membalas, telepon Dhikapun sudah terputus. Dania yang baru saja mau menjawab, tak sempat karena Dhika langsung mematikan teleponnya, sambil dengan penuh rasa penasaran memikirkan hari esok, Daniapun memaksakan matanya untuk segera tidur, agar besok ketika jalan-jalan bersama Dhika, keadaan Dania sudah pulih.
Esok harinya, Dania mendapat pesan di ponselnya dari Dhika, bahwa Dhika akan menjemputnya jam 1 siang, sambil mengirim sebuah foto, foto tiket pertunjukan drama teater kesukaan Dania. Saat membaca pesan itu wajah Dania berubah menjadi merah, entah malu atau senang, setidaknya Dhika mampu membuat kesal Dania semalam hilang.
Sambil membantu ibunya membereskan rumah Dania tak henti-hentinya melihat jam, 4 jam lagi, 3 jam lagi, 2 jam lagi..... Hingga menunjukkan pukul setengah satu siang, Daniapun segera bersiap-siap.
Ada yang nampak berbeda hari ini, Dania yang biasanya memakai stelan pakaian tomboy, hari ini dia memakai baju dres hingga bawah lutut berwarna coklat, sepatu kets, dan membawa tas selempang, rambut yang di urai dan tak lupa jaket tipis di gantungkan di tasnya. Namun waktu cepat berlalu, hingga sudah menunjukkan pukul setengah dua siang, tapi mobil Dhika belum terdengar bunyi klaksonnya.
Daniapun sedikit mulai sedih, khawatir bahwa Dhika akan membatalkan jalan-jalannya tersebut.
"Kenapa belum datang,, padahal acara teater tinggal setengah jam lagi.." Dania bergumam dengan dirinya sendiri.Tidak lama suara klakson mobil terdengar, tanpa melihatnya, Dania segera pamit dan pergi menghampiri mobil yang terparkir di depan rumahnya.
Setelah keluar rumah Dania meyakinkan bahwa mobil tersebut adalah mobil Dhika, setelah melihat warnanya, betul itu adalah mobil Dhika. Dhika yang melihat Dania sudah berdiri di depan pintu rumah, segera keluar dari mobilnya. Daniapun berjalan menuju mobil.
"Hei De, maaf ya kakak telat.." Dhika meminta maaf.Mereka berdua segera masuk ke dalam mobil, dan mobil pun melaju kencang. Setibanya Dania dan Dhika ke tempat tujuan, mereka langsung memasuki studio besar dimana Teater itu di laksanakan. Wajah bahagia yang nampak pada diri Dania seolah menghilangkan amarah Dania karena telat di jemput Dhika. Dania dan Dhika terlambat datang, dan pagelaran teater sudah berlangsung setengah jam.
"Ayoo kak, nanti kita telat nonton tetaternya kak!! Ajak Dania.
Lampu Studio dimatikan sehingga sedikit kesulitan saat mencari tempat duduk sesuat pada tiket, kaki Dania yang masih terasa sakit sedikit menyulitkan Dania ketika menaiki anak tangga untuk mencari barisan kursi, Dhika yang saat itu di sampingnya dengan siaga menjaga Dania khawatir Dania terjatuh. Kursi pun mereka dapatkan, dan keduanya sama-sama serius menikmati pagelaran teater.
Pagelaran Teater berlangsung 3 jam, mereka berdua sama-sama menikmati alur ceritanya. Dhika sangat tahu selera pagelaran apa yang di inginkan Dania, sehingga saat ada yang menjual tiket teater Dhika langsung membelinya, tanpa bertanya lebih dulu.
Ini adalah kali pertama Dania dan Dhika berjalan bersama, Dhika yang cuek namun selalu memberikan kejuatan kecil untuk Dania, membuat Dania selalu nyaman.
Berbeda hal dengan Dania, Dania yang masih menganggap dirinya dengan Dhika hanya sekedar berteman membuat dirinya canggung, karena mengajak menyaksikan pagelaran teater tidaklah murah, berarti Dhika memang membuat Dania spesial di hari itu.
3 jam berlalu....
Semua penonton pagelaran keluar dari studio, berbeda hal dengan Dhika dan Dania, mengingat kaki Dania yang harus berjalan perlahan, mereka menunggu studio sepi dan baru keluar studio.
Saat mereka sudah berada diluar studio, Dhika menawarkan Dania untuk pergi ke Mall untuk berbelanja, namun karena Dania tidak terlalu suka pergi ke Mall, Dania lebih memilih bermain ke pasar malam, kemudian merekapun segera menuju mobil, dan berkeliling mencari pasar malam, seperti yang kita ketahui, pasar malam adalah tempat sederhana namun penuh keceriaan, ketika tiba di pasar malam, Dania sejenak menghentikan langkahnya, mengingat kejadian yang di alami sebelumnya di pasar malam, Dhika hadir ketika Dania mencari cincin yang hilang pemberian ibu yang ia tidak kenali sebelumnya seorang diri di bawah gerimis. Dan hari ini Dania tersenyum manis karena bisa pergi bersama Dhika. Dhika seseorang yang dingin, namun penuh perhatian dan pengertian, dia selalu hadir tanpa di minta ketika Dania kesepian. Dhika, sosok yang lambat laun mulai menjaganya, dan melindungi Dania.
"Heiiii!!!" Dhika membuat Dania terkejut.Mereka berduapun segera mencari wahana bermain, seperti biasa wahana yang diutamakan adalah wahana yang dinginkan oleh Dania.
"Huuuft... Kak Dhika, gimana udah beli tiket wahananya?" tanya Dania sambil senyum manja.
"Tadaaaaa!!!" Dhika menunjukkan beberapa tiket wahana yang Dania ingin coba.
Hari sudah menunjukkan pukul 7 malam, sudah waktunya mereka menyelesaikan wahana bermain, terakhir permainan yang diinginkan adalah bianglala, wahana santai dimana setiap orang bisa menikmati pemandangan kota ketika posisinya sudah di paling atas.
Saat itu Dania dan Dhika sudah menaiki bianglala, ketika sudah di paling atas, Dhika dan Dania menikmati pemandangan kota.
"Kak, bagaimana Kak Aya?" Tanya Dania.Namun Dania hanya terdiam saat Dhika menanyakan seperti itu, setelah permainan bianglala selesai, merekapun bergegas pulang, Dania pun berjalan perlahan, di sampingnya Dhika menemani. Ketika mereka berdua menuju mobil, Dhika mendapat telepon, Dania sedikit mengintip ponsel Dhika, ternyata ada panggilan dari nama "AYA", Daniapun mencoba seolah-olah tidak tahu.
"Gak gimana-gimana kok, Kak Aya sedang bersama ibu kakak di rumah De." Jawab Dhika.
"Oh, begitu kak, sepertinya Kak Aya dekat ya dengan kakak.."
"Iya deket biasa aja de, kenapa de? Cemburu ya? hhehe" Tanya Dhika sambil tertawa.
"Siapa Kak?" Tanya DaniaDania hanya terdiam dan mengangguk tanda setuju. Mereka berduapun pergi menjemput Aya, dalam hati Dania merasa penasaran sosok seperti apakah Aya, mahasiswi kedokteran yang kuliah di luar negeri itu. Setibanya sampai di depan Mall, Dhika yang bersura lembut segera menelepon Aya, dan Aya ternyata sedang menuju ke mobilnya, ketika Dania melihat sosok Aya, betapa kagumnya Dania ketika melihat sosok wanita di depannya, berparas cantik, dewasa berambut lurus panjangnya sampai pundak, tinggi, dengan stelah blazer dan celana jeansnya, begitu manis dan feminin. Dania dan Dhika keluar mobil sambil menunggu Aya datang. Ketika Aya sampai di mobil Dhika, Aya memandang dan tersenyum pada Dania, Dania yang hanya menatap Aya dan memberikan balasan senyum.
"Aya." Jawab Dhika singkat.
"Oh, Kak Aya, ada apa memang kak?" Tanya Dania.
"Dia minta di jemput, dia lagi di mall, oh ya, de temenin kakak dulu ya untuk jemput Kak Aya?" Ajak Dhika.
"Hah?? Dania?? Hm.... iya ayo kak, Dania khawatir Kak Aya marah kalo telat di jemput!" Jawab Dania tanda menyetujui sambil berpikir keras, mengapa dadanya semakin berdebar ketika Dhika mengajak Dania menjemput Aya.
"Oh oke kalo kamu setuju, kakak nanti kabari Mas mu atau ibu mu dulu ya supaya tidak khawatir." Ucap Dhika.
Dhika dengan sigap mengambilkan belanjaan Aya, dan segera menyimpannya di bagasi mobilnya. Dhikapun langsung memasuki mobilnya, saat Dania hendak masuk mobil untuk duduk di bagian depan, Aya langsung masuk lebih dulu duduk di depan. Dania yang merasa tidak enak, mengalah untuk duduk di belakang. Dan mobil merekapun mulai melaju menuju rumah.
"Oh iya, siapa ini Dhik?" Tanya Aya.Mendengar perkataan seperti itu Dhika hanya terdiam, padahal Dania sudah merasa kesal, terlihat tidak nyaman.
"Ini adik kelas aku Ya, kenalin namanya Dania" Jawab Dhika.
"Iya nama aku Dania Kak!" Jawab Dania.
"Oh..." Jawab Aya.
"De, nanti kakak anter De Nia dulu ya?" Tanya Dhika.
"Oh,, iya kak, Dania ikut saja kak" Jawab Dania dengan nada pelan.
"Loh, loh?? Kok pulang? Dhika, aku mau minta anter dulu beli keperluan buat di rumah ya, aku mau cemilan juga...." Ucap Aya tanda tidak setuju jika Dania pulang lebih dulu.
"Hmmm,, ya sudah kak, Dania gimana kalo turun disini aja?" Tanya Dania.
"Oh gitu, emang rumahmu deket sini Dania?? ya sudah turunin aja Dhik!" Ucap Aya.
"Mana mungkin aku turunin Dania, ini sudah jam 9 malam Ya!" Jawab Dhika.Sementara Dania yang duduk di belakang sedang murung, seolah kesal melihat keduanya sedang bercandaan. Ketika sampai di supermarket, Aya turun lebih dulu, di susul oleh Dania, dan Dhika. Kemudian mereka semua masuk ke dalam supermarket, nampak Aya berdekatan dengan Dhika, Aya memegang tangan Dhika, sementara Dania di biarkan berjalan jauh di belakangnya, seolah Dhika dan Aya tidak menganggap Dania ada.
"Aku aja yang udah 5 tahun di luar negeri dan baru kesini biasa aja, gak kamu khawatirin.." Jawab Aya.
"Iya iya, kamu kan pemberani Ya, hhehe" Jawab Dhika santay tertawa.
"Tau gitu aku pulang sendiri!" Ucap Dania kesal pada dirinya sendiri.
Brrruuukk!!! ada seseorang yang tidak sengaja menabrak rak makanan kaleng tepat di depan Dania, terlihat rak tersebut bergerak akan menimpa anak kecil berusia 3 tahun yang sedang berjalan terpisah dengan ibunya. Melihat seperti itu, Dania tidak tinggal diam, dia langsung berlari meskipun kakinya merasa sakit, mau bagaimanapun anak tersebut harus diselamatkan tanpa mementingkan keselamatan dirinya sendiri. Saat rak makanan tersebut bergerak dan hampir mengenai anak kecil tersebut, Dania langsung memeluk erat anak kecil tersebut, semua makanan kaleng mengenai dirinya, namun ia hiraukan, rak tersebut hampir mengenai badan Dania, namun tidak jadi, karena ada seorang laki-laki yang menahannya, entah darimana asalnya, pemuda tampan dengan stelan kaos dan celana jeans itu menyelamatkan Dania dan anak kecil tersebut, setelah rak besar itu di buat ke posisinya semula, nampak semua makanan kaleng berserakkan. Semua orang menyaksikan kejadian tersebut, dan si ibu dari anak tersebut datang menarik anaknya.
"Terimakasih ya de, mas, maafkan ibu ya de.." Ibu dari anak tersebut meminta maaf, sambil mengambil anak tersebut.Satpam dan karyawan di supermarket tersebut datang untuk membereskan makanan kembali ke rak nya semula. Tiba-tiba pria tampan yang menyelamatkan Dania menghampiri Dania.
"Iya bu, sama-sama bu." Jawab Dania sambil berdiri, namun Dania merasakan sakit tak tertahankan di bagian kakinya, rupanya kaki yang sebelumnya pernah cedera, kini bertambah sakitnya.
"Kamu gak kenapa-kenapa?" Tanya pria tampan tersebut.Diam-diam Farel menyukai Dania di awal kali bertemu dengan Dania, tanpa sepengetahuannya, Farel yang khawatir dengan keadaan Dania terus menanyakan keadaan Dania, tempat tinggal dan lain-lain, sementara itu, tidak jauh dari jarak mereka berdua, terlihat Dhika sedang memperhatikan mereka, Dhika pun semakin dekat melangkah menuju mereka bedua.
"Ngga kenapa-kenapa kok mas, mas nya sendiri gimana? pasti sakit ya?" Tanya Dania.
"Ngga kenapa-kenapa juga kok, kok kamu bisa senekad itu? itu kan bukan rak makanan yang kecil" Tanya Pria tampan tersebut.
"Aku ga bisa bayangin mas, kalo rak setinggi itu harus menimpa anak kecil, di depan mata aku lagi, oh iya terimakasih ya mas aku sampe lupa." Jawab Dania.
"Iya sama-sama, jarang banget jaman sekarang ada orang kaya kamu, oh iya nama kamu siapa?Aku Farel, kamu kesini sendiri?" Ucap Pria tampan tersebut.
"Hmm, aku Dania, aku kesini sama temen kok, cuma gatau kemana mereka." Jawab Dania sambil menahan sakit di kaki nya.
"De, kamu kenapa?" Tanya Dhika khawatir.Dhika pun memperhatikan Farel dari ujung kepala sampai ujung kaki nya, begitupun Farel yang bertanya-tanya siapa laki-laki yang terlihat akrab dengan Dania.
"Hmm, ngga kenapa-kenapa kok kak!" Jawab Dania.
"Ini temen kamu Dan?" Tanya Farel, dan Dania pun mengangguk.
"Tadi Dania menyelamatkan anak kecil yang hampir tertimpa rak ini, (sambil menunjukkan rak makanan kaleng yang tinggi di sampingnya)." Ucap Farel.
"Ngga kak, sebenernya Farel ini yang menyelamatkan Dania, dia tahan rak setinggi ini kak, supaya Dania dan anak kecil tadi ga kenapa-kenapa." Jawab Dania.
"Terimakasih ya, kamu udah menyelamatkan Dania, apa kamu terluka?" Tanya Dhika.Dania memperhatikan sikap Dhika, sepertinya Dhika sedang menyembunyikan amarah, entah karena Dania yang tidak mengikuti berjalan di belakangnya, entah karena Dania malah merepotkan dia bawa ke supermarket. Kemudian Dania dan Dhika pun pergi meninggalkan Farel, namun ternyata Handphone Dania tertinggal di lantai, karena tadi menyelamatkan anak kecil, dan Farel yang menemukannya, Farel yang langsung berlari dan mencari Dania, namun sepertinya Dania sudah meninggalkan supermarket tersebut.
"Ngga kok, mending kamu jagain Dania, kayanya kakinya sakit daritadi." Jawab Farel.
"Tanpa kamu pinta, itu udah jadi tanggung jawab aku yang membawanya kesini." Jawab Dhika.
Setibanya Dania dan Dhika di parkiran mobil, merekapun langsung masuk ke dalam mobil, namun terlihat wajah Aya yang sedikit kesal langsung bertanya pada mereka berdua.
"Kenapa lama sekali, ini sudah malam, Dania kenapa? sepertinya kaki kamu sakit?" Tanya Aya.Aya dan Dania pun terdiam, wajah Aya yang terlihat penasaran, apa yang akan di bicarakan dengan Dania dan Dhika, mengapa Dhika yang awalnya bersifat lembut menjadi terlihat lebih tegas. Sesampai di rumah Dhika, Aya pun keluar mobil dan segera masuk ke dalam rumah, sedang Dania yang awalnya duduk di belakang, ia berpindah ke depan. untuk menemani Dhika.
"Ngga kenapa-kenapa kak, maaf Dania membuat kalian berdua menunggu.." Jawab Dania.
Dhika hanya diam dan langsung menjalankan mobilnya.
"Ya, nanti aku anter kamu lebih dulu ya, aku ada perlu dulu sama Dania." Ucap Dhika dingin.
"Jangan lah, kalo kamu anter aku dulu, kamu jadi 2 kali lebih jauh." Jawab Aya.
"Iya kak, udah gapapa, antar Dania saja dulu gimana?" Tanya Dania.
"Kalo ada yang keberatan, silahkan turun dari sini.!" Jawab Dhika tegas.
Setelah keduanya masuk ke mobil, Dhika langsung menjalankan mobilnya, sejenak mereka terdiam, dan Dhika mulai bertanya.
"De Nia kenapa?" Tanya Dhika.
"Tidak kenapa-kenapa.." Jawab Dania.
"Kak Dhika ga suka, kalo De Nia sakit, tapi kakak tau itu dari orang lain, bukan dari De Nia sendiri." Ucap Dhika.
"Iya maaf kak, kaki De Nia sakit kak, sepertinya saat tadi memeluk anak kecil saat menyelamatkan dia sambil berjongkok, jadi kaki Dania sakit lagi." Jawab Dania.
Mobil pun langsung di rem mendadak oleh Dhika. Dania merasa gugup dan takut, melihat sosok sedingin Dhika, bisa marah seperti itu. Tiba-tiba Dania menangis.
"Dania gak mau merepotkan kakak, harusnya Dania tadi tidak ikut mengantar Kak Dhika dan Kak Aya, Dania sendiri tidak tahu, mengapa saat melihat Kak Dhika dan Kak Aya akrab dan berpegangan tangan, Dania sangat risih melihatnya."Dhikapun terdiam, melihat air mata Dania yang terus mengalir, Dania yang hanya bisa menghapus air matanya dengan jaketnya itu semakin terlihat lemah.
"Jangan bahas yang lain dulu, kakak hanya ingin Dania tidak kenapa-kenapa, karena mau bagaimanapun, Dania adalah tanggung jawab Kakak, karena kakak yang tadi minta izin pada ibu Dania, Dania harusnya tau tadi, gimana khawatirnya kakak." Ucap Dhika dengan nada tinggi.
"Sudah lah kak, Dania tidak kenapa-kenapa, jangan berlebihan seperti itu, dari awal kakak kan hanya memperhatikan Kak Aya, kenapa kakak begitu khawatir dengan Dania!" Jawab Dania dengan menahan emosinya.
"Sudah, Dania ingin pulang kak.." Pinta Dania dengan nada lemah..Dania hanya terdiam, mobil pun langsung di jalankan, mereka pun berangkat menuju rumah Dania, Dania terdiam, Dhika pun sama. Setibanya di rumah Dania, Dania perlahan keluar mobil, dan memasuki rumahnya, Dhika yang hanya merenung memperhatikan Dania sampai Dania masuk ke rumah, belum bisa menjalankan mobilnya, ia masih merasa bersalah telah membuat Dania menangis, beda hal nya dengan apa yang ada di pikiran Dania, Dania yang sebenarnya sedang merasa cemburu, mencoba menutupi rasa sakitnya, rasa sakit di dada nya, yang entah mengapa ketika melihat Dhika dekat dengan Aya, seolah sikap Dhika berubah. Tak lama Dhikapun segera menyalakan mesin mobilnya, sedangkan Dania sedang menatapnya dari jendela kamarnya.
"Maafkan kakak, kakak tidak bisa menjaga De Nia." Ucap Dania.
"Bukan itu kak, Dania tidak butuh minta maaf kakak." Jawab Dania.
"Jangan coba menjawab lagi, kakak sudah bilang, bahwa kakak khawatir..!"
Apakah kamu pernah merasa bahagia lalu sakit?
Apakah kamu pernah merasa sedih lalu tertawa?
Terpuruk ketika jatuh?
Merasa besar ketika memiliki sesuatu?
Mungkin kamu pernah merasa tidak di adili.
Kamu juga merasa tidak dimengerti.
Seolah hanya air mata yang mengerti.
Apa daya hanya mampu memendam.
Sesaat kebahagiaanmu, itu milikmu.
Jika Tuhan mengambilnya, maka itu bukan hak-mu.
(Bersambung...)
Comments
Post a Comment