Rain - Kisah Petualangan di Hutan Bukit Laut (Episode ke - 5)

Sepi, tapi ada.. 
Hilang, tapi tiba..
Pergi, tapi menunggu..
Terlambat, dan hilang..

Setelah kejadian tiga hari sebelumnya. Ini adalah hari keempat Rain bersama teman-teman kantornya berwisata di Pulau Bukit Laut. Semenjak alergi air hujan yang di deritanya, Rain masih di rawat di kamar hotel mewah miliknya yang bernama Rainy Hotel. 
Beberapa karyawan hendak menjenguk Rain, namun Rain menolak karena tidak ingin mengganggu liburan karyawannya. Terdengar suara alat pembantu detak jantung Rain, karena Rain harus di rawat secara intensif, dengan infusan di tangan kanannya. 
Masih teringat di benak semua orang, ketika Rain ditemukan pingsan di kamar hotel pukul 10 pagi, akibat alergi yang perlahan menyerang tubuhnya itu. Terutama Azzam yang menemukan Rain pertama kali, ketika mengetahui Rain tidak keluar kamar dari hari pertama saat mereka tiba di Hotel, Azzam dengan inisiatif meminta petugas hotel untuk membuka kamar Rain esok harinya dengan kunci yang lain, ketika di temukan Rain sedang tergeletak di atas kasur, dengan alergi yang mulai memenuhi tangan dan kakinya. 
Hari ini Azzam bermaksud menjenguk Rain setelah kegiatan, dan hari ini adalah hari pertama kali Azzam bermaksud menjenguk Rain, karena di hari sebelum-sebelumnya Rain tidak  mau ada yang datang ke kamarnya kecuali perawat, nenek dan sekretarisnya yaitu Sinta. 
Azzam saat itu datang seorang diri pukul 4 sore, karena yang lain sedang mengikuti aktivitas yang di adakan oleh panitia acara. Azzam mencoba memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Rain. 

Tok.. Tok.. Tok...
Keluarlah seorang perawat, karena ia mengetahui bahwa yang mengetuk adalah Direktur Utama, maka sang perawat menyuruh Azzam menunggu, dan Rain segera memakai Jilbabnya.  Setelah rapi, Azzam baru di persilahkan masuk. 
"Assalamualaikum." Salam dari Azzam.
"Waalaikum salam." Jawab Sinta, Rain dan perawat yang ada disitu. 
Azzam perlahan jalan mendekat ke kasur Rain, saat itu Rain di temani Sinta, karena perawat langsung keluar dari kamar Rain mengetahui ada tamu yang berkunjung. 
Azzam menatap satu persatu pada peralatan rawat yang ada di kamar Rain. Sinta yang saat itu berdiri langsung segera membuatkan segelas teh manis.
"Gimana keadaannya Rain?" tanya Azzam.
"Sudah membaik kok mas Azzam, sebentar saya buatkan minum dulu." Jawab Sinta sambil menuangkan air di termos.
"Gimana, gatalnya sudah hilang?" Tanya Azzam kepada Rain.
"Hmm, sudah kok." Jawab Rain.
"Masih lemas?" Tanya Azzam.
"Lumayan, tapi besok juga aku minta cabut semua alat ini." Jawab Rain.
"Jangan dulu kalau belum sembuh total." Ucap Azzam.
"Aku sudah tidak sabar ingin ikut acaranya Zam." Ucap Rain sambil menutup wajahnya dengan selimut.
"Kita liburan kan 2 minggu, masih ada waktu satu minggu untuk kamu menikmati liburan ini. Ya sudah, aku hanya bawa ini takut kamu lapar." Ucap Azzam sambil memberikan parsel buah.
"Oh ya, hasil tes kemarin, ternyata aku bukan alergi air hujan saja Zam, tapi udang juga." Ucap Rain sambil memegang parsel buah di kasurnya.
"Udang???" tanya Azzam, sambil mengingat-ingat bahwa malam sebelumnya, makanan yang tersedia untuk makan malam adalah menu seafood.
"Iya udang, waktu itu aku pesan ke pelayan mas, untuk bawakan makanan ke kamar mba Rain." Jawab Sinta.
"Loh kok, kenapa alergi udang? kita kan sebelumnya pernah makan udang, Rain." Ucap Azzam keheranan.
"Iya, jadi kata dokter, udang ini jenis udang albino, aku ngga paham kalo soal itu." Jawab Rain.
"Iya, memang kemarin itu adalah udang albino Rain, dia tidak terlihat karena ikut di hancurkan untuk di jadikan bumbu di setiap seafood." Jawab Azzam.
"Iya, aku baru tahu soal itu Zam.." Ucap Rain.
"Yaudah, sekarang kamu harus minum obatnya, istirahat, aku mau langsung ke kamar." Ucap Azzam.
"Mas, ini di minum dulu teh nya, mas sebentar ya, saya di panggil ibu komisaris kebawah, katanya mau menitipkan sesuatu untuk mba Rain." Ucap Sinta.
"Oh, ya sudah, kalau begitu agak di percepat ya. Thanks buat teh nya." Jawab Azzam.
"Iya mas, mba saya ke bawah dulu ya," Ucap Sinta. 
Sinta pun turun ke lobby, dari lantai 16. Sepertinya nenek tahu bahwa Azzam sedang menjenguk Rain, sehingga nenek meminta Sinta ke bawah, agar mereka berdua leluasa untuk berbicara. 
"Zam, aku dengar yang maksa petugas hotel buka pintu kamar aku itu kamu. Kalau kamu tidak seperti itu, mungkin aku sudah meninggal." Ucap Rain sambil duduk menyandar di atas kasur.
"Oh itu.. Aku hanya heran, dari sejak sampai kesini dan besoknya saat sarapan pagi kamu ngga ada, Sinta bilang sama aku, kalau kamu di kamar dan ga bisa di telepon." Ucap Azzam.
"Iya handphone aku mati, aku lupa simpan dimana. Maaf ya." Ucap Rain sambil membuka kulit jeruk yang di bawakan Azzam.
"Maaf mulu, bukannya bilang terimakasih, tapi gak apa apa deh, yang penting kamu sehat dulu, biar nanti saat game petualangan, kamu bisa ikut, bukannya ini yang paling kamu tunggu kan?" tanya Azzam sambil duduk di kursi yang berada di sambil kasur Rain.
"oh iya, memang kapan acara itu Zam?" tanya Rain penasaran.
"Hmm... nanti hari Minggu. Sekarang kan baru Kamis, jadi kamu istirahat dulu." Suruh Azzam. 
Tidak lama, Hanif dan Dimas datang ke kamar Rain, karena kamar direksi satu lantai, maka Hanif dan Dimas yang berada satu lantaipun beritikad untuk menjenguk Rain, melihat pintu kamar Rain terbuka, Dimas dan Hanif langsung masuk. 
"Assalamualaikum." Ucap Hanif dan Dimas bersamaan.
"Waalaikum salam." Jawab Rain dan Azzam.
"Loh, Zam, kok gak ajak kita kesini bareng? Kita kan sama-sama direksi." Ucap Dimas sini.
"Sorry, aku gak maksud gitu, cuma tadi lewat kamar Rain saat mau masuk ke kamar aku, jadi aku coba jenguk saja sekalian." Jawab Azzam.
"Ah, kacau, gimana Rain udah sehatan?" Tanya Dimas.
"Iya Rain, kamu kurusan." Ucap Hanif.
"Kalian ini.... aku sehat kok.." Jawab Rain sambil memakan buah jeruk.
"Ya sudah, aku langsung ke bawah ya Rain?" Pamit Azzam.
"Iya tadi kamu di cariin si Sica tuh, sekalinya kamu gak ada Sica langsung tanya kesana-kesini, makanya kita langsung punya feeling kalo kamu disini." Ucap Dimas.
"Iya, tapi sebagai sahabat, aku bilang aja kalau kamu lagi sama komisaris menikmati laut di bukit." Ucap Hanif.
"Wah, terimakasih banyak ya kaliaaannn." Ucap Azzam memeluk Dimas dan Hanif.
 "Sebentar deh, Sica?" tanya Rain heran.
"Iya Sica, kamu banyak kehilangan cerita soal Azzam dan Sica Rain." Ucap Dimas sambil tersenyum meledek ke arah Azzam.
"Gak usah dengarkan omongan mereka Ren!" Ucap Azzam.
"Namaku Rain, bukan Ren. Terus apa lagi Dim" Jawab Rain.
"Banyak pokonya, makanya kamu sehat dulu." Ucap Dimas.
"Akhirnya, abang Azzam punya seseorang.... hihihi " Ucap Rain menyindir.
"Hmm, gini nih kalau kalian berdua ngegosip depan Rain, huu dasar Renren!" Ucap Azzam sambil melangkah keluar kamar.
"Eh sebentar, abang?" Tanya Hanif.
"Hmm, iya dia kan lebih tua dari aku, jadi aku panggil abang, kalian juga abang abang ku semua!" Ucap Rain.
"Ah, sudah istirahat saja, aku mau ke kamar, Assalamualaikum." Ucap Azzam lalu pergi keluar kamar Rain dan masuk ke kamarnya yang berbeda 3 pintu dari kamar Rain. 
Rain, Dimas dan Hanif tertawa bersama menceritakan kegiatan selama Rain tidak ada, Dimas yang memiliki perasaan suka kepada Rain hanya ingin membuat Rain tertaa, sedangkan Hanif yang mengagumi Rain hanya ingin memastikan bahwa Rain kini sudah kembali sehat. 

Tidak lama, Sinta kembali ke kamar rain membawa titipan dari nenek, setelah Sinta datang, Dimas dan Hanif pun keluar beristurahat ke kamar maisng-masing karena sudah waktunya Rain beristirahat. 

**

Hari terus berganti, waktu terus berjalan, Rain yang mulai sehat, kini sudah mulai memberanikan diri melepas alat perawatannya, dan berjalan-jalan di lorong hotel, menatap ke luar jendela, terlihat  luas indahnya lautan, birunya langit, dan indahnya perbukitan. 

Hari ini adalah Sabtu malam, Seluruh karyawan akan di kumpulkan di Ballroom untuk acara Gala Dinner dan pengumuman penghargaan karyawan terbaik di perusahaaan milik nenek angkat Azzam dan Rain tersebut.
Semua memakai pakaian resmi untuk menghadiri acara tersebut, sebanyak 200 lebih karyawan berkumpul disana menyaksikan live music, termasuk Rain yang juga ada disana, duduk bersama Sinta dan karyawan wanita lainnya. 
Acara demi acara di adakan, di mulai dengan makan bersama, dan pemberian anugerah untuk nominasi-nominasi karyawan teladan di kantor nya, Rain yang saat itu menggunakan gaun berwarna peach dan jilbab menutupi rambutnya terlihat anggun dan sangat cantik, meskipun masih terlihat sedikit lemah.
Setelah penganugerahan karyawan terbaik, acara di tutup dengan pertunjukan band yang sangat terkenal, dan tanpa Rain sadari, vokalis band tersebut adalah sosok yang dahulu pernah mengungkapkan perasaan sukanya pada Rain.
Semua karyawan gadis menyukai vokalis yang tampan tersebut, tapi siapa sangka jika vokalis tersebut pernah menyukai Rain dulu sewaktu SMA.
Rain tidak menyadari bahwa vokalis band tersebut adalah Ryan teman SMA nya dulu, Rain hanya vokus pada kondisi tubuhnya, setelah mengetahui band tersebut adalah acara terakhir, Rain memutuskan untuk keluar dari ballroom ditemani oleh Sinta, namun ternyata saat itu Ryan membawakan lagu kesukaan Rain, saat Rain hendak menuju pintu keluar, Rain langsung berbalik badan karena mengenal suara penyanyinya, ternyata benar saja, ketika ia melihat seseorang di atas panggung, Rain langsung berhenti melangkah dan mendengarkan lagunya sampai terakhir.
Saat lagu selesai dinyanyikan, Rain memutuskan untuk keluar, namun sebelum keluar.
"Rainy Anaya Mentari." Panggil Ryan dari atas panggung. 
Semua karyawan wanita yang mulanya akan berfoto bersama Rian, terkesima ketika sang vokalis tampan itu memanggil nama wakil direktur.
Saat itu, Azzam, Dimas dan Hanif pun terkejut mendengar vokalis tersebut memanggil nama Rain, Azzam dengan reflek berdiri, melihat Rain yang terdiam tidak sanggup berkata-kata, hanya menelan ludah di mulutnya.
Semua mata tertuju kepada Ryan dan Rain. Siapa sangka, Ryan jalan perlahan melempar banyak bunga mawar ke kanan dan ke kiri, yang terakhir ia berikan kepada Rain di depan pintu keluar, sambil berkata.
"Senang, bisa melihatmu lagi." Ucap Ryan dengan suara pelan agar tidak terdengar siapapun.
Kemudian sang vokalis langsung menunduk, dan pamit sebagai tanda acara telah selesai, semua karyawanpun  berebut meminta fotonya.
Berbeda dengan Rain yang pergi menuju kamarnya di temani oleh Sinta, dengan bunga mawar di tangannya. 
"Mba, kok bisa vokalis yang keren itu manggil nama mba?" Tanya Sinta.
"Itu, teman SMA ku Sin." Jawab Rain.
"Senang ya, apalagi besok acara petualangan kita akan di temani dengan band itu mba." Ucap Sinta.
"Serius Sin?" Tanya Rain terkejut.
"Iya mba, lihat saja besok. Sekarang mba harus istirahat." Ucap Sinta.
"Ya sudah aku ke kamar duluan ya Sin, kamu tolong temani nenek." Ucap Rain.
"Iya mba." Jawab Sinta. 
Mereka berduapun berpisah di taman, Rain pun menuju kamarnya untuk istirahat.

**
Esok harinya, semua karyawan sudah menggunakan pakaian lapangan tanpa membawa alat komunikasi, karena akan berpetualang mengelilingi hutan Pulau Bukit Laut. Mereka di kumpulkan jauh dari hotel, di tengah lapangan luas.
Rain yang mulanya tidak akan ikut karena tahu bahwa Rian akan bergabung, namun karena ia sudah terlalu lama tidak ikut dalam keguatan, akhirnyapun memutuskan untuk bergabung.
Semua di bagi ke dalam beberapa kelompok, satu kelompok terdiri dari 3 orang.
Saat itu Rain sekelompok dengan Sinta dan Tyas, Azzam bersama Rony dan Jery, Dimas bersama Hanif dan Ryan sang vokalis.
Peluit pun di bunyikan, pertanda petualangan di mulai, mereka harus berkeliling sesuai dengan peta yang telah di berikan untuk mengumpulkan beberapa cap angka, kelompok siapa yang berhasil menemukan cap dengan angka terbanyak sampai di angka 25 ialah pemenangnya dan akan mendapatkan kupon liburan gratis ke luar negeri untuk tiga kelompok pertama, semua karyawan  semakin bersemangat untuk bermain, kecuali dengan komisaris, saat itu komisaris memiliki pertemuan penting sehingga tak bisa ikut bergabung.
Setiap kelompok memegang petunjuk yang ada di peta, karena semua peta di buat berbeda, jadi di pastikan bahwa setiap kelompok tidak akan berpapasan satu sama lain.
Semua kelompok berangkat jam 8 pagi, acara akan di selesaikan jam 3 sore, setiap tempat yang akan mereka datangi tentunya banyak rintangan-rintangan, melewati jalan berlumpur, batu yang terjal, dan ilalang yang tajam. Mereka semua mengumpul cap sebayak mungkin agar mendapatkan hadiah.
Siapa sangka Azzam pun ikut menikmati games petualangan ini, begitupun dengan Rain dan yang lainnya.
Waktu terus berjalan, siangpun datang, setiap kelompok membawa perbekalan maisng-masing. Dan melanjutka petualangannya.
Tanpa sengaja kelompok Rain berpapasan dengan kelompok Hanif, dan Dimas, juga ada Ryan disitu.
"Hei Rain, udah dapet berapa cap?" Tanya Dimas.
"Hmm, baru 18, kalian?" Tanya Rain.
"Kita sudah 21 cap. Good Luck!" Ucap Dimas sambil melanjutkan perjalanan. 
Saat itu Rain dan Ryan tidak saling bertegur sapa, hanya melempar senyum, dan merekapun melanjutkan games  nya.
Hari semakin mendekati jam 3 sore. Siapa sangka kelompok yang pertama kali datang adalah kelompok Dimas, Hanif dan Ryan. Di susul oleh kelompok kedua yaitu Azzam, Jery dan Rony.
Pakaian mereka sudah penuh dengan lumpur, namun kelompok lain belum datang juga.
Dalam benak Dimas, ia ingin sekali bahwa kelompok Rain yang menjadi pemenang, agar dia bis aikut berlibur bersama.
Tapi, tidak ada yang menduga bahwa tim yang ketiga datang adalah tim Sica, tidak lama kemudian tim yang lain pun ikut menyusul, namun kesempatan menang hanya di berikan untuk tiga kelompok pertama.
Perlahan Sica mendekati Dimas, Hannif, Ryan, Azzam, Jery, dan Rony yang sedang duduk di atas bebatuan.
"Akhirnya kita jadi pemenangnya ya?!" Ucap Sica.
"Iya Ca, untungnya, jadi bisa liburan kita!" Ucap Jery.
"Oh ya Zam, nanti kalau mau liburan pilih jadwal yang tepat ya, Hanif juga, ya Dim?!" tanya Sica.
Tapi semua hanya terdiam memikirkan sesuatu.
"Kenapa sih pada diam, Oh ya, kamu vokalis yang semalam kan? Ryan kan?" Tanya Sica.
"Iya, saya Ryan, salam kenal mba." Ucap Ryan.
"Panggil aku Sica aja!" Ucap Sica.
"Oh ya Ca." Jawab Ryan.
"Eh sebentar deh, kenapa kamu bisa tahu nama lengkap Rain?" tanya Sica. 
Saat Sica bertanya seperti itu, Azzam, hanif, Dimas langsung melirik ke arah Azzam, seolah ingin tahu.
"Oh itu, aku teman SMA Rain, kita sudah lama tidak bertemu, makanya untuk memastikan aku sebut namanya kemarin, karena dia sekarang sudah cantik pakail jilbab berbeda dengan yang dulu." Ucap Ryan.
"Terus kenapa harus ada acara kasih bunga ke Rain?" tanya Sica.
"Oh, itu sebagai ucapan salam karena kita dipertemukan lagi disini." Jawab Ryan. 
Sica pun terus mengajak ngobrol Ryan, dan yang lain hanya terduduk menunggu semua kelompok.
Saat jam 4 sore, semua di kumpulkan, dan di berikan pengumuman oleh panitia.
"Perhatian semuanya, waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, ada dua kelompok lagi yang belum kembali, sehingga pengumuman belum bisa di umumkan, untuk itu kepada semua peserta di harapkan untuk berkumpul ke dalam tenda utama, karena melihat hari sudah semakin mendung. Untuk informasi tambahan, kelompok yangbelum ada yaitu kelompok yang di ketuai oleh ibu Rainy dan bapa Hafid, Atas perhatiannya terimakasih." Panitia pun segera kembali ke tempatnya untuk menyiapkan perlengkapan.

Semua peserta kumpul ke dalam tenda. Namun ada yang mengganjal di hati Azzam. Ya, Azzam sangat kenal Rain, Rain mempunyai alergi air hujan, saat itu Azzam terlihat sangat cemas, sedangkan Hanif dan Dimas hanya bisa terdiam dan menunggu kehadiran mereka.
Tapi ada yang membuat semua terheran, ketika melihat Ryan sang vokalis bergegas pergi membawa ransel. Para teman satu band Ryan pun tidak tahu akan kemana Ryan pergi.
Azzam yang melihat Ryan pergi, hanya menatapnya seolah ia tidak peduli pada Ryan. Tapi ketika Ryan sudah lenyap di pandangannya, Azzam baru menyadari, 'Apakah Ryan mencari Rain?' terbesit dalam dirinya pertanyaa seperti itu. Azzampun bergegas membawa apa saja yang sudah ia siapkan di dalam tas miliknya, yaitu perlengkapan kebutuhan untuk Rain. Azzampun berlari dan seger mencari Rain.
Semua karyawan semakin bingung ketika melihat Azzampun ikut pergi. Panitiapun belum ada yang mengetahui saat itu, karena Ryan dan Azzam pergi tanpa izin pada siapapun.
Ryan dan Azzam berpencar ke dalam hutan untuk mencari Rain.

Dan kondisi di lapangan, kelompok Hapid sudah tiba, ternyata kelompok Hapid tersesat karena mereka salah membaca peta. Sedangkan cap yang mereka kumpulkan hanya 22 angka. Kelompok Hapid pun segera beristirahat karena mereka terlihat sangat lelah, berarti kelompok yang terakhir adalah kelompok Rain.
"Nif, Dim, gimana sih temen kalian itu malah mempersulit kita semua!" Ucap Sica.
"Jaga omongan kamu Ca!" Ucap Hanif.
"Bukan bantu berdoa malah mengumpat, kamu ini kan hanya karyawan!" Marah Dimas.
"Kamu ini,kenapa bawa-bawa jabatan saat sepeti ini! Ini kan memang salah Rain.!" Ucap Sica.
"Memang kenapa? Kita semua disini khawatir Rain belum datang, jangankan Rain, kalau kamu dalam posisi Rain, pasti kita semua khawatir!" Ucap Hanif.
"Mas , mba ini kenapa sih kok ribut terus, harusnya kita disini mencoba untuk membuat yang lain tenang. Ini malah membuat semua menjadi panik." Ucap Rony mencoba melerai.
"Kamu harusnya larang Azzam pergi, kamu kan tahu kalau Azzam itu gampang drop!" Ucap Sica. 
Mereka pun terus berdebat. Di tempat lain, Azzam terus mencari Rain, Sinta dan Tyas. Begitu juga dengan Ryan.
Ternyata Rain, Sinta dan Tyas tersesat karena peta yang mereka bawa hilang terbawa arus sungai saat akan menyebrang sungai, ia tidak bisa pulang karena peta nya sudah hilang.
Saat itu, Rain menguatkan Sinta dan Tyas agar terus optimis bisa pulang, tapi semua tempat jika di dalam hutan terlihat sama.
"Mba, bagaimana ini, hari sudah semakin gelap." Ucap Tyas karyawan termuda di kantor.
"Iya mba, yang saya khawatirkan, hari sudah mendung, saya khawatir jika..." Ucap Sinta terpotong oleh Rain, seolah Rain merahasiakan sakitnya.
"Udah kalian semua tenang ya, aku yakin kok akan ada yang jemput kita. Aku bawa ini." Ucap Rain mengeluarkan kain dan korek.
"Untuk apa mba?" Tanya Tyas.
"Ini untuk memberi tanda bahwa kita ada disini. Aku sudah cemas saja kita pasti tersesat. hihi " Ucap Rain.
"Mba keren!!" Ucap Tyas.
"Sebentar deh mba, berarti kita harus tunggu malam dulu nih?" Tanya Sinta.
"Iya, sepertinya begitu, karena asapnya tak akan terlihat jika sore hari." Ucap Rain.
"Mba, ini udah mendung, mba bawa jas hujan?" Tanya Sinta.
"Tidak, tadikan panitia bilang kita tidak boleh bawa apa-apa saat berpetualang." Ucap Rain.
"Lebih baik, kita sambil berjalan saja yuk mba?" Ucap Tyas. 
Merekapun berjalan perlahan, namun sudah mulai gerimis, Rain semakin cemas karena di hutan sudah mulai sangat gelap karena mendung.
"Kita tunggu disini ya mba, di bawah pohon besar, supaya mba ngga kena hujan." Ucap Sinta.
"Iya, sudah terasa mulai gatal ini." Ucap Rain sambil tersenyum.
"Aku ngga bisa tinggal diam, aku harus cari jalan keluar dan berteriak." Ucap Tyas.
"Jangan, ini kan sudah mau malam, tidak akan ada yang mendengar." Ucap Rain.
"Kita harus coba mba, tolooooong!!! tolooooong!!" Teriak Tyas dan Sinta. 
Sementara di lapangan, semua panitia juga mulai berpencar mencari tim Rain. Di dalam hutan, Rain, Sinta dan Tyas, di buat terkejut karena ada babi hutan disana, sedikit saja mereka bergerak, babi itu akan menyerang.
"Ba..bagaimana ini mba?" Tanya Tyas.
"Ya Allah, gimana ya ini, kita ga bisa kemana." Ucap Sinta.
"Hmm, sabar dulu ya kalian." Ucap Rain sambil menahan gatal di tubuhnya. 
Tiba-tiba ada yang melempar batu, sehingga membuat babi hutan tersebut mengejar batu tersebut, tidak lama Ryan datang.
"Loh, Kak Ryan!" Ucap Tyas.
"Tyas, kamu gak apa-apa kan?" Tanya Ryan.
"Ngga kok kak, tapi mba Rain, alerginya sudah mulai kambuh." Ucap Tyas.
"Iya kakak sudah tahu, makanya kakak bawa ini." Ucap Ryan sambil menunjukkan ranselnya.
"Loh ini kan, mas yang di panggung kemarin kan?" Tanya Sinta.
"Iya betul." jawab Ryan dengan wajah manisnya.
"Kalian, cepet pake ini." Ucap Ryan sambil memberikan jas hujan kepada Rain, Sinta dan Tyas.
"Thanks ya Yan.." Ucap Rain.
"Kakak kok bisa kenal mba Rain?" Tanya Tyas.
"Iya, dulu kakak pernah games petualangan kaya gini, sama banget momennya saat Rain alergi, kakak yang bawakan perlengkapannya. Iya ga Rain?" Ucap Ryan sambil tersenyum.
"Iya bener banget, dulu yang tahu kakak begini hanya Ryan, eh bentar deh kok manggil Kakak??" Tanya Rain sambil memakai jas hujan.
"Wih, senangnya.... Iya mba, ini Mas Ryan kakak ku, aku kan panitia acara, jadi bisa mudah panggil kakak ke acara perusahaan kita." Jawab Tyas.
"Ohh, gitu, dunia sempit ternyata." Ucap Rain yang masih terkejut mengetahui bahwa Tyas adalah adik dari Ryan. 
Merekapun menggunakan jas hujan, dan bergegas pulang. Ketika di tengah perjalanan, Tyas menceritakan kepada sang kakak bagaimana kronologis mereka bisa tersesat. Tapi sepertinya Rain mulai tidak fokus, tubuhnya mulai terasa kedinginan. Rain tiba-tiba terjatuh dan duduk, kakinya mulai terasa lemas.
"Rain kamu kenapa?" tanya Ryan cemas.
"Mba kenapa?" tanya Sinta dan Tyas cemas.
"Aku butuh obat, obat aku ada di tas." Jawab Rain.
"Kita masih jauh ini Rain, kamu masih kuat untuk jalan?" Tanya Ryan.
"Kuat kok. Yuk jalan lagi." Ucap Rain sambil mencoba berdiri, saat hendak berjalan, Rain ambruk lagi.
"Mbaa!" Ucap Tyas dan Sinta.
"Kayanya aku udah ngga kuat berdiri, aku hanya perlu obat." Ucap Rain sambil memukul-mukul  kaki nya agar bisa di gerakkan.
"Ya sudah, aku ke lapangan lebih dulu ya. aku ambil dulu obatnya." Ucap Ryan dengan cemas.
"Terimakasih Yan." Ucap Rain.
Ryan pun bergegas untuk pergi mengambil perlengkapan Rain. Tyas terlihat menangis karena kasihan melihat Rain, gerimis mulai berubah menjadi hujan, meskipun tidak deras, tapi tubuh Rain harus benar-benar tertutup, saat itu Sinta memayungi Rain, mereka semua mengobrol santai, meskipun rain mencoba memastikan bahwa dia baik-baik saja, tapi Tyas dan Sinta sangat khawatir, tiba-tiba saja Azzam datang. Dia membawa perlengkapan yang sudah ia siapkan tanpa sepengetahuan Rain.
Tanpa banyak bicara, Azzam mengeluarkan obat minum yang harus di minum oleh Rain, dan mengeluarkan obat oles yang harus di pakai Rain kepada Sinta agar Sinta yang memakaikannya kepada Rain.
Saat itu Azzam berdiri memegang payung, untuk memayungi mereka bertiga, terutama Rain, namun Azzam terus menatap ke langit, karena Rain sedang di berikan obat oles oleh Sinta.
Setelah selesai di berikan obat oles dan obat minum, setidaknya tubuh Rain tidak terasa lemas seperti sebelumnya. Azzampun mengeluarkan tandu lipat untuk membawa Rain.
"Untuk apa ini Zam?" Tanya Rain.
"Untuk bawa kamu." Jawab Azzam.
"Jangan, nanti kalian capek, hanya merepotkan, sebentar lagi juga obatnya bisa buat aku berdiri." Ucap Rain.
"Sudah diam, apa perlu kamu aku gendong? Kalau kamu laki-laki, pasti sudah aku gendong. Cepat naik kesini." Ucap Azzam menunjuk tandu.
"Iya, baiklah." Jawab Rain sambil menaiki tandu.
"Kalian siap bawa? Kalian berdua pegang sisi kanan kiri di depan, biar saya yang di belakang." Ucap Azzam.
"I..iya mas.." jawab Sinta yang tidak berani mengelak. 
Merekapun bertiga membawa Rain, sedangkan Tyas dan Sinta bergantian menutupi wajah Rain dengan payung. Terlihat keringat bercampur hujan di wajah Azzam, Rain hanya bisa menatapnya. Tapi tiba-tiba kaki Tyas menginjak ranjau di hutan, kaki nya berdarah, mereka perlahan menurunkan Rain, Sinta mencoba untuk memayungi Rain, sedangkan Azzam mencoba mengobati Tyas denga perlengkapan obat di ranselnya.
"Bagaimana ini, kita tidak bisa membawa mba Rain." Ucap Tyas.
"Sudah, sekarang pikirkan dulu kaki kamu." Ucap Azzam. 
Azzam berpikir sekuat tenaga. Namun ia buntu, karena tidak mungkin jika Sinta yang membawa berdua dengan Azzam.Tidak lama, datang Ryan.
"Tuh Kak Ryan." Ucap Tyas.
"Alhamdulillah." Ucap Azzam dalam hatinya.
"Sorry, aku gak nemu obatnya." Ucap Ryan kepada Rain.
"Obat apa? Rain udah aku kasih obat kok, sekarang bantu aku bawa Rain pake tandu ini." Ucap Azzam.
"Oh iya, okey, Yas, kaki kamu kenapa?" tanya Ryan.
"Kaki aku kena ranjau besi kak. Tapi tadi mas Azzam udah ngobatin aku." Ucap Tyas.
Ryan hanya menatap pada Azzam, dan langsung memegang tandu, Ryan memegang tandu di depan, dan Azzam di belakang. Saat itu wajah Rain sudah sangat pucat. Azzam langsung menelepon Hanif agar menyiapkan mobil dan memanggil dokter untuk di kamar hotel milik Rain, agar Rain bisa langsung di periksa di dalam kamarnya sendiri.
"Zam, tangan aku mulai ngga kerasa apa-apa." Ucap Rain menatap Azzam.
"Apalagi yang kamu rasakan?" tanya Azzam.
"Sedikit lapar, hehe." Ucap Rain menghibur Azzam.
"Tyas, tolong ambilkan roti di tas." Ucap Ryan kepada adiknya tersebut.
"Iya kak, Ini mba." Ucap tyas memberikan roti coklat kepada Rain.
"Jangan yang rasa coklat, ada yang keju, Rain ngga suka coklat soalnya." Ucap Ryan.
"Oh, iya maaf ka. Ini mba." Ucap Tyas memberikan roti rasa keju.
"Terimakasih ya Ryan." Ucap Rain smabil memakan roti.
"Sin, tolong ambilkan minum yang tadi aku bawa di ransel, takut Rain perlu minum." Ucap Azzam.
"Oh iya mas, ini mba." Ucap sinta.
"Wah, hari ini aku merasa beruntung, banyak orang baik di sekitar aku." Ucap rain sambil tersenyum. 
Namun Azzam dan Ryan sama-sama terdiam, dan fokus membawa Rain sampai ke lapangan.
Setelah sampai di lapangan, semua orang menunggu Rain, mobil sudah siap, Hanif dan Dimas terlihat cemas dan langsung menggantikan Azzam dan Ryan untuk membawa Rain.
Rain pun di bawa ke dalam mobil bersama Sinta dan Tyas, dan langsung di bawa ke dalam kamar hotel. Sedangkan Azzam dan Ryan masih di lapangan duduk di lapangan sambil istirahat.
"Ini." Ucap Sica memberikan air minum kepada Ryan dan Azzam.
"Terimakasih ya." Jawab Ryan.
"Udah kamu kesana gih, hujan." Ucap Azzam.
"Iya. " Jawab singkat Sica dan dia langsung pergi. 
Hanya ada Ryan dan Azzam disana, mereka berbicara berdua dengan sangat serius, Ryan mengucapkan terimakasih karena telah menyelamatkan Rain dan Tyas, sedangkan Azzam juga mengucapkan terimakasih karena sudah mau membantu, Ryan pun langsung bercerita bagaimana Ryan bertemu dengan Rain. Begitupun Azzam yang menceritakan Rain seperti apa saat ini. Tiba-tiba saja di akhir pembicaraan Ryan langsung berdiri.
"Jaga Rain semampu kamu, karena aku akan selalu mejadi yang lebih dulu." Ucap Ryan sambil pergi berlalu.
Azzam hanya tersenyum saat mendengar ucapan Ryan, karena ketika berbicara, Ryan menganggap seolah bahwa Azzam tidak mengenal Rain sejauh apa yang Ryan tahu, padahal pada nyatanya, Rain lebih dekat dengan Azzam, layaknya adik dan kakak.

Seluruh karyawan semua di bubarkan dan kembali ke kamar untuk beristirahat, begitupun dengan Azzam, namun Ryan harus langsung kembali ke kota asalnya bersama teman-teman band nya.

Setelah selesai membersihkan badannya, jam 9 malam Azzam mencoba menjenguk Rain di kamarnya, terlihat ada nenek, Hanif, Dimas, dan Sinta disana. Saat Azzam masuk, semua menatap Azzam, dan nenek terlihat sangat marah.
"Zam, kemana Ryan?" Tanya Rain.
"Kok, nanya Ryan. Harusnya aku nanya dulu keadaan kamu." Ucap Azzam.
"Aku belum bilang terimakasih sama Ryan." Ucap Rain.
"Ryan saja? memang yang menyelamatkan kamu pertama kali siapa?!" Ucap Azzam dengan nada tinggi.
"Ryan, dia yang menyelamatkan aku." Ucap Rain.
"Jelas-jelas aku yang menyelamatkan kamu!" Ucap Azzam.
"Azzam! ikut nenek!" Ucap nenek marah dan berjalan keluar kamar.
"Azzam hanya ingin mnejelaskan pada Rain nek, Iya aku keluar ikut nek." ucap Azzam mengikuti nenek di belakangnya. 
Merekapun berdua keluar.
"Mba, Mas Azzam kan tidak tahu, kalau Ryan datang lebih dulu, harusnya mba juga bilang terimakasih kepada mas Azzam, karena mas Azzam yang membawa obat-obatan yang mba butuhkan." Ucap Sinta.
"Iya Sin, tapi entah kenapa setiap Azzam yang datang, rasanya sulit mengucapkan terimakasih, mungkin karena kita selalu bertengkar." Ucap Rain.
"Maka dari itu, mba harus perbaiki hubungan mba, apalagi mba kan wakil direktur, yang terus mendampingi mas Azzam." Ucap Sinta.
"Sin, kamu tahu apa sih?" Ucap Dimas dengan nada cemburu.
"Sudah Dim, lebih baik kita keluar, Rain, kita keluar dulu ya, kamu istirahat." ucap Hanif sambil mendorong Dimas.
"Iya terimakasih ya kalian berdua." Ucap Rain. 
Dimas dan Hanif pun keluar kamar.
"Jadi apa yang harus aku lakukan Sin?" Tanya Rain.
"Hanya berterimakasih mba, apa mba tidak ingat saat mba mau kesini? Banyak sekali pengorbanan mas Azzam, saat mba di kantor juga." tanya Sinta. (cerita Episode 4 dan 2)
"Iya kamu benar Sin, aku sudah banyak menyulitkan dia, tapi kan dia begitu sombong." Ucap Rain.
"Kalau sombong dia gak akan khawatir pada mba." Ucap Sinta.
"Ya udah kalau begitu, nanti biar aku pikir lagi, Sinta tolong beritahu nenek aku mau tidur, jadi kamar aku jangan ada yang masuk dulu ya?" Ucap Rain.
"Iya oke mba. Kalau gitu aku langsung keluar ya." Ucap Sinta sambul keluar kamar Rain.
"Oke, terimakasih banyakya Sin." Ucap Rain sambil bersiap untuk tidur.  
Rain pun beristirahat. Azzam dan nenek pun tidak masuk lagi ke dalam kamar.
Siapa sangka, di lobby nenek memberikan hukuman berupa surat kepada Azzam. Isinya...
"Nenek dan semua komisaris akan pergi besok pagi karena ada pertemuan di luar negeri,  maka dari itu kamu yang bertanggung jawab penuh selama perjalanan pulang. Jika dalam waktu 5 hari sisa berlibur ini kamu masih belum bisa rendah hati di depan Rain adikmu, kamu tidak akan dapat fasilitas pulang naik pesawat dengan yang lain, Zam, kamu sudah nenek urus sejak kecil, dan menjadikan kamu sebesar ini dengan berbagai kesulitan, jika kamu merasa sulit untuk rendah hati kepada Rain, jangan harap kamu mendapat fasilitas yang lainnya, dan tolong ingat pengorbanan nenek sejauh ini.
Nenek tahu kamu menyayangi dan menjaga Rain seperti adik sendiri, tapi sebagai kakak, kamu harus mencoba menerima sikap Rain, ketika melihat kalian berdua akur, nenek sangat bahagia, dan jangan ubah rasa bahagia milik nenek ini, nenek tidak mau memori seperti 21 tahun yang lalu itu terulang lagi. Nenek menyayangi kalian." 




<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({ google_ad_client: "ca-pub-1288533355372815", enable_page_level_ads: true }); </script>


<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({ google_ad_client: "ca-pub-1288533355372815", enable_page_level_ads: true }); </script>

Comments

Popular Posts