Rain - Alasan dari Masa lalu (Episode ke - 14)
Ini hari pertama Rain masuk kerja lagi. Seperti biasa dia berangkat terpisah dengan Azzam. Dan nenek tetap harus beristirahat di rumah, meskipun sudah menjalani pengobatan.
Sesampainya di kantor, karyawan menyambut hangat Rain. Karena sudah lama sekali kantor sepi karena wakil direktur tersebut jarang ada di kantor karena sakit.
Saat Rain masuk dan duduk di ruangannya, ada yang mengetuk pintu ruangannya.
"Assalamualaikum." Ucap Azzam.
"Hey Zam, Waalaikum salam. Ada apa?" Tanya Rain.
"Tidak, hanya ingin menyapa dan mengingatkan, kita ada rapat nanti siang di hotel Roxy." Ucap Azzam.
"Sinta belum bicara, rapat apa memang Zam?" Tanya Rain.
"Rapat terkait investasi luar negeri kita." Ucap Azzam.
"Oh iya, okay Zam, nanti kabari aku saja jika sudah waktunya pergi." Ucap Rain.
"Okay. Aku ke ruangan kalau begitu." Ucap Azzam.
"Yaaa," Jawab Rain.
Azzampun masuk ke ruangannya yang berada di sebelah ruangan Rain, kemudian telepon ruangan milik Rain berdering, Rain angkat, dan terdengar suara yang tidak asing.
"Jangan lupa minum obat." Ucap seseorang dalam telepon.
"Azzam... sudah kerja sana."Ucap Rain.
"Hhehe, iya iya." Jawab Azzam sambi menutup teleponnya.
Tibalah waktu istirahat, Azzam menjemput Rain ke ruangannya, mereka bersiap untuk berangkat rapat di luar.
Sesampainya di hotel, Rain lebih dulu masuk ke dalam ruang rapat, karena Azzam harus ke toilet lebih dulu. Saat Rain masuk ke dalam ruangan terlihat ada 4 orang yag menunggu, tiga di antaranya lelaki, dan satu wanita. Sangat terlihat jelas pimpinan dari mereka sepertinya wanita itu. Itulah yang ada dalam pikiran Rain. Rain tidak mengetahui siapa pejabat yang akan ia temui, karena yang selalu berhubungan langsung adalah Direktur sebelumnya bukanlah 4 orang yang ada di hadapannya tersebut.
Rain disambut hangat, meskipun wanita lawan bicaranya tersebut terlihat tidak bersahabat.
Tidak lama Azzam masuk. Dan sedikit terkejut ketika melihat orang yang akan ia kunjungi tersebut.
"Selamat Siang." Ucap Azzam saat memasuki ruang rapat.Mereka semuapun melakukan rapat dan rapat berjalan dua jam lamanya. Selesai rapat merekapun segera kembali ke kantor masing-masing. Tiga orang asing lawan bicaranya tersebut lebih dulu keluar, terakhir adalah wanita tersebut, sedangkan Azzam dan Rain masih membereskan berkas.
"Siang." Jawab wanita yang terlihat tidak asing tersebut.
"Sudah lama bukan? Kamu sekarang terlihat lebih okey sedikit tampan Zam." Ucap wanita tersebut itu secara mendadak.Rain langsung melirik ke arah wanita tersebut, dan bertanya pada dririnya sendiri, mengapa dia berbicara tidak sopan layaknya teman.
"Wah, terimakasih. Kamu juga." Ucap Azzam.Tidak lama Rain langsung memberi kode bahwa semua sudah rapi.
"Aku pamit ya." Ucap Azzam sambil berjalan keluar meninggalkan ruang rapat.Namun wanita itu memanggil Azzam.
"Zam, aku ingin bicara sebentar bisa?" Tanya wanita tersebut.Sepuluh menit berlalu, dua puluh menit berlalu, tiga puluh menit berlalu. Dan akhirnya Azzam datang membawa mobilnya ke depan lobby lalu menelepon Rain, dan Rain segera berangkat keluar untuk kembali ke kantor.
"Oh sekarang? Boleh, kita bicara di luar saja. Ren kamu tunggu di lobby ya?" Ucap Azzam. Dan Rain mengangguk tanda setuju.
Sepanjang jalan Azzam terlihat berbeda, tidak biasanya. Dia diam. Sampai di kantor, ia langsung masuk ke dalam ruangan dan pulang terakhir di kantor. Rain saat itu pulang lebih dulu, dan mennggu Azzam di rumah.
Rain menunggu di ruang tv, jam 10 malam Rain belum mendengar suara mobil Azzam. Kemana ini azzam kok tidak ada saja, dalam pikiran Rain. Tidak lama suara mobil terdengar. Azzam datang dan ia langsung masuk ke dalam kamar. Karena nenek sudah istirahat di kamarnya.
Rain menunggu Azzam keluar kamarnya, namun Azzam tidak keluar juga, ya sudah Rain mencoba menenangkan diri, Ia pergi ke ruang rahasia di lantai atas, ruang tanpa dinding hanya berlapis kaca kuat. Rain berdiam di atas seorang diri dan mengambil gambar bulan yang indah lalu mengirim foto tersebut pada Azzam lewat media sosial. Tidak lama, Azzam datang dan masuk ke ruang rahasia tersebut.
"Rain? Kamu kenapa belum tidur? Sudah makan?" Tanya Azzam sambil masuk ke dalam kamar tersebut.Dan Azzampun mengambil selimut di belakangnya.
"Sudah, Azzam sudah?" Tanya Rain.
"Belum." Ucap Azzam.
"Kenapa belum?" Tanya Rain.
"Tidak apa, hanya ada yang sedang aku pikirkan sekarang. Boleh kah aku bercerita padamu Rain?" Tanya Azzam.
"Boleh Zam, aku akan mencoba mendengarkan." Ucap Rain.
"Tapi kamu pakai ini dulu. dan ini." Sambil melepas jaket yang sedang Azzam pakai, dan selimut yang ia ambil dari belakang tempat penyimpanan alat-alat tidur.Rain pun memakai jaket dan selimut yang Azzam berikan.
"Tolong dengarkan aku, dan jangan bicara sebelum aku minta ya." Ucap Azzam.Rain hanya bisa menghela napas. Dia tidak bisa berkata-kaa, dia cemburu, tapi dia harus mendengarkan cerita Azzam hingga akhir.
"Iya Zam." Jawab Rain sambil memeluk lututnya. Dan Azzam yang berada di sebelahnya pun mulai berbicara.
"Dulu waktu SMA, aku punya sahabat bernama Roland, dari kelas satu hingga kuliah aku terus bersama dia, hingga tingkat tiga aku bertemu dengan seorang perempuan bernama Nata, dikenalkan dan di dekatkan oleh Roland. Nata itu adik tingkat di kampus, dia pintar selalu juara umum. Nata mendekati aku pertama kali untuk meminta bantuan mengerjakan tugas kuliah, aku bantu namun lambat laun, kita saling suka. Kita menjalani hubungan satu tahun, namun ada hal janggal. Ternyata Nata memanfaatkan kekayaanku, dia tahu aku cucu pemilik AM Corporate, dan yang lebih membuatku sakit hati, ternyata Nata berhubungan dengan Roland dibelakangku, semenjak itu kepecayaanku sudah hilang padanya, berulang kali, puluhan kali ia meminta maaf dan mengajak aku untuk kembali. Iya Nata itu adalah Dina Talia, yang kamu temui tadi, kini dia menjadi direktur pengganti pada perusahaan CT Corporate. Dia tadi berbicara serius denganku, mengungkit masa lalu, dia bercerita bahwa dulu dia berbohong hanya karena untuk membiayai pengobatan ayahnya, selama ini aku berpikir bahwa dia jahat, aku tidak meminta alasan yang sebenarnya, tapi saat tadi dia berbicara alasannya dulu seperti itu, aku jadi kasihan. Dia tadi mengajakku untuk menemui keluarganya. Ayahnya sekarang sudah tiada, hingga tinggal dia dengan ibunya. Dulu aku kenal ibunya, karena ibunya sangat sayang padaku. Dia bilang nanti akan mengundangku untuk makan dirumahnya. Aku bingung, satu sisi aku ingin melangkah maju, sisi lain Nata adalah masa lalu yang membuat aku susah untuk bangkit awalnya." Ucap Azzam.
"Aku menolak awalnya. Tapi. Dia mengancam memutuskan kerjasama investasi dengan perusahaan kita AM Corporate jika aku menolaknya. Itu sebenarnya yang membuat aku bingung." Ucap Azzam.Mendengar kata-kata Azzam seperti itu membuat Rain tersenyum sedikit, hati siapa yang tidak senang ketika seseorang yang ia kagumi lebih memilih dirinya dibanding dengan yang lain.
"Lalu kenapa kamu terlihat sedih?" Tanya Rain.
"Tidak sedih, aku hanya terdiam, pilihan ini terlalu sulit, aku bukan tipe orang yang ingin kembali ke masa lalu, jika tidak ada Rain di dalamnya." Ucap Azzam.
"Nata itu dulu memiliki banyak teman, dia memiliki banyak fans, karena kepintaran dan kecantikannya, aku juga dulu banyak penggemar, karena aku adalah lelaki terpintar. Aku tampan. Dan terpenting adalah aku pandai menarik perhatian guru, sehingga guru bisa memberiku nilai yang tinggi. Hhehe" Ucap Azzam.Namun suasana teteap hening. Rain tidak menanggapinya, mungkin karena sebelumnya Azzam berpesan agar untuk tidak menyela ketika dirinya berbicara.
"Ya sudah, sekarang sudah cukup larut kita bicara. Kamu harus istirahat." Ucap Azzam.Namun ternyata, Rain sudah duduk dan tidur terlelap dengan bersandar ke dinding. Melihat seperti itu, Azzam langsung mengambil kasur lipat di lemari dan membiarkan Rain tidur di kasur hangat tersebut. Azzam pun keluar kembali ke kamarnya.
Esoknya, Rain terbangun dengan memandang mentari yang masuk ke dalam kamar tersebut. Saat sadar, ia langsung terbangun dan berlari ke bawah, melihat Azzam sudah berangkat kerja, Rainpun segera bersiap dan berangkat, meskipun sebelumnya ia menyiapkan sarapan untuk nenek.
Setibanya di kantor..
Rain masih tersenyum, mengingat perkataan Azzam semalam, ia bergeas menuju ruangannya, namun sebelum ia masuk ke ruangan, Rain sengaja memajukan langkahnya untuk melihat ruangan Azzam. Dan ketika Rain melihat ke dalam, Azzam sedang kedatangan tamu.
"Nata? Mau apa lagi?" Ucap Rain dalam hati.
Comments
Post a Comment