Dania - Hati setinggi Awan 💕 (Cerbung ke - 16)

Anak-anak kecil berlarian di tengah lapangan bermain bola, ada pula yang melompat, bermain kelereng dan layang-layang. Di atara mereka ada yang bernyanyi dan berteriak memberikan semangat. Hari tampak cerah tak akan turun hujan sepertinya. 
Tampak satu orang kakek sedang duduk di kursi pinggir lapangan memandang langit yang cerah. Ada juga satu remaja putri yang sedang asyik memainkan rumput ilalang sambil tiduran di pinggir lapangan, bibirnya terus bernyanyi sambil memikirkan suatu hal, tiba-tiba dia terbangun karena kakinya terkena bola yang anak-anak kecil itu sedang mainkan.
"Maaf kan kami kak Dania..." Ucap Tony salah satu anak kecil yang bermain bola.
"Iya Tony, awas saja kalau sekali lagi!" Jawab Dania sambil menakut-nakuti Tony dan mengembalikan bola ke tengah lapangan.
Meskipun baru dua bulan Dania pindah ke rumah baru, tapi tetangga di sekitar rumah Dania sangatlah ramah, apalagi dengan tetangga samping rumahnya yang sudah di anggap sebagai keluarga sendiri, dan Tony adalah anak bungsu dari tetangga Dania tersebut, dia berumur 6 tahun putih sipit menggemaskan, mereka sangat akrab, Dania ada di lapangan hari ini saja karena Tony memaksanya untuk ikut bermain.

Dania yang mulanya tiduran, kini ia duduk sila memperhatikan Tony yang sedang bermain. Kemudian ada seseorang di belakang Dania menepuk pundaknya, Dania yang saat itu terkejut langsung menengok ke belakang, ternyata Kakek yang mulanya duduk di kursi kini menemani Dania duduk di rumput lapangan.
"Eh kakek, ada apa kek?" Tanya Dania sambil sedikit menggeser duduknya. 
Kakek tersebut memang selalu ada di lapangan setiap pagi, tubuhnya masih terlihat segar karena sering berolahraga, istrinya sudah tiada meninggal dunia, dan anak semata wayangnya bekerja di luar negeri, hanya setahun sekali pulang. Dania dengan kakek sangatlah akrab, kakek tersebut selalu menceritakan pengalaman-pengalaman mudanya dulu. Kali ini sang kakek sepertinya akan bercerita lagi dengan Dania.
"Sedang nunggu Tony ya Dania?" Tanya kakek sambil perlahan duduk.
"Iya kek.. terkadang melihat anak kecil bermain bisa membawa suasana tenang kek." Jawab Dania sambil tersenyum.
"Itu lah alasan kakek mengapa selalu berdiam di lapangan, selain melihat anak-anak kecil bermain, suasana disini begitu nyaman, tidak panas, rimbun pepohonan, bersih tanpa sampah, cuaca yang cerah menjadi pendukung hati kakek." Ucap kakek sambil melihat anak-anak ke lapangan.
"Iya kek, melihat mereka bermain, terlihat sekali tidak memiliki beban apapun, mereka sekolah dan pulangnya bisa langsung main, apalagi di waktu libur seperti hari ini." Ucap Dania.
"Kakek jadi ingat waktu kakek dulu di sekolah, kakek pernah berdebat dengan guru kakek." Ucap kakek nya ambil mengingat masa kecilnya.
"Oh iya kek? coba ceritakan pada  Dania kek!" Pinta Dania.
"Iya dulu kakek waktu masih SD kelas 3, disuruh menggambar pemandangan, teman-teman kakek itu selalu menggambar gunung, sawah, awan dan lainnya, ketika kakek melihat gambar teman kakek, kakek memarahi teman kakek dan menyobek kertasnya." Ucap kakek.
"Loh kok di sobek?" tanya Dania.
"Coba deh Dania lihat ke langit, mana yang berwarna biru dan putih?" Tanya kakek.
"Yang biru itu langitnya kek, yang putih itu awannya.." Jawab Dania.
"Iya betul kan? Kakek menyobek kertas teman kakek itu karena ia mewarnai awan dengan warna biru. Saat itu kakek menentang teman kakek, kakek tarik tangannya keluar kelas, untuk dia lihat ke atas langit, mana warna yang benar, tapi dia tetap menjawab, awan yang biru. Kemudian datang gurunya kakek, dia memarahi kakek, karena kakek mengajak teman kakek tersebut secara paksa keluar kelas, dan setelah kakek di bawa ke ruang guru, kakek baru tahu, kalau guru tersebut ibu nya teman kakek...hehe." Cerita sang kakek sambil tertawa kecil.
"Waah, kakek ini cari masalah ya.." Ucap Dania sambil tersenyum.
"Tidak Dania, kakek hanya menjelaskan yang sebenarnya, saat itu usia kakek 9 tahun, guru tersebut juga berpendapat mencoba membodohi kakek, ibu itu bilang mau warna biru, putih, hitam, terserah mereka yang menggambarnya, saat itu kakek terus menentang, jika Tuhan menciptakannya warna putih, tidak bagus jika di ganti warna, namun guru tersebut tetap membela anaknya, alhasil kakek jadi di suruh pulang, katanya agar kakek tidak bertengkar di kelas. Besoknya bapak nya kakek, mendatangi sekolah untuk bertemudengan  guru tersebut." Sambung sang kakek.
"Terus bapak kakek bilang apa pada guru tersebut? meminta maaf kepada guru tesebut? atau memarahi guru tersebut?.." Tanya Dania.
"Kamu salah Dania, bapak kakek tidak memarahi guru tersebut, bapak kakek memarahi kakek, di depan guru tersebut 'Nak! Kamu jangan pernah sekali-kali berbuat kasar pada temanmu, apalagi pada gurumu yang amat sangat tinggi ilmunya!.' itu pesan bapak nya kakek." Ucap sang kakek.
"Wow, itu kalimat biasa kek, tapi jika di maknai dengan benar, secara tidak langsung menyindir guru itu kek!" Ucap Dania.
"Iya Dania, dan saat itu, Bapa kakek meminta si ibu guru itu untuk keluar kelas, katanya ada yang harus di bicarakan, saat beliau keluar bersama guru kakek, bapak kakek meminta ibu guru kakek memandang langit, beliau berbicara seperti ini, 'lihat bu, betapa indahnya bukan ciptaan Tuhan? anak itu adalah investasi, jadi jangan sampai salah di berikan pemahaman.' itu pernyataan bapak nya kakek kepada ibu guru, kemudian bapak kakek pergi dan memindahkan kakek ke sekolah yang lain, saat itu ibu guru hanya terdiam, muka nya memerah, bukan karena marah, namun karena malu.. hhehe.." Ucap kakek sambil tertawa.
"Wow, bapak nya kakek, nampak keren kek." Ucap Dania.
"Iya Dania, bapaknya kakek itu, mengajarkan kakek untuk megucapkan dan melakukan sesuatu yang jujur. Harus bisa berani dan menentang yang berbohong." Ujar sang kakek.
"Oh itu sebabnya kakek menentang guru kakek?" Tanya Dania.
"Iya Dania, karena kita semua tahu, langit yang biru itu indah, di hiasi dengan awan putih terlihat sempurna, jika kita perhatikan, awan-awan tersebut membentuk sesuatu yang bisa kita sama-kan dengan imajinasi kita, tanpa sadar membuat hati terasa damai, apa Dania pernah merasa seperti itu?" Tanya kakek.
"Dania belum perna mencobanya kek..." Jawab Dania.
"Apalagi jika di tambah gerimis kecil, kakek selalu merasa nenek ada di samping kakek. Dania, awan putih itu hal kecil yang terlihat indah menghiasi langit. sama seperti sikap seseorang yang berusaha untuk jujur, ia akan terlihat indah karena kejujurannya." Ucap kakek.
"Hmmmm, iya betul kek, langit cerah ini sangat sempurna.." Ucap Dania pada kakek.
"Ya sudah, sekarang Dania pulang, sepertinya Tony sudah selesai bermain, kakek pulang dulu ya." Ucap kakek sambil beranjak berdiri dan pergi.
"Iya kek.." Ucap Dania. 
Tidak lama, Tony menghampiri Dania dan segera mengajaknya pulang. Mereka berduapun berjalan bersama. Sepanjang jalan menuju rumah, Dania hanya mengingat ucapan sang kakek 'awan putih yang menghiasi langit biru, bagai kejujuran yang menghiasi diri kita.'

Setibanya di rumah pukul 10 pagi, Dania melihat mobil asing yang terparkir di depan rumahnya, ketika Dania masuk ke dalam rumah, ternyata itu adalah mobil teman Bapak Dania. Teman Bapak bermaksud mengundang ibu dan bapak ke acara pernikahan anaknya, bapak dan ibu pun bersiap-siap, karena acara pernikahannya di luar negeri maka membutuhkan waktu satu minggu disana. Dania yang sudah mengetahui hal terebut, membantu ibu dan Bapak untuk bersiap-siap, baju musim panas sudah di siapkan untuk ibu dan bapak oleh Dania, dan akhirnya bapak dan ibu ikut berangkat bersama teman bapak.

Di rumah Dania hanya tinggal sendiri, kakak Dania yang sudah hampir dua tahun tinggal di luar negeri belum memberi kabar dirinya akan pulang, sambil mengisi ke sendiriannya, Dania membereskan rumah, dari mulai menyapu, mengepel, mengelap jendela dan lainnya.

Ketika Dania membuka Handphone nya ada 13 panggilan tak terjawab, dan 7 pesan belum di baca. Ternyata itu panggilan dari Ibu, Dania pun menelepon balik ibu, khawatir terjadi sesuatu.
"Halo? Bu?" Tanya Dania.
"De? kenapa tidak di angkat bikin ibu khawatir saja." Jawab Ibu di telepon.
"Iya maaf bu, tadi Dania sedang menyapu jadi tidak bawa HP, ada apa bu?" Tanya Dania.
"De, tadi ibu Tony menelepon ibu, ibu dan bapa Tony sedang pergi dan baru pulang besok pagi, sehingga ibu nya tadi menitipkan Tony pada ibu, tolong ya De, Tony ajak ke rumah, nanti siang atau sore ajak main keluar, supaya tidak bosan, Tony pasti sekarang sedang duduk di luar rumah  nya, karena pintu rumah Tony sudah di kunci dari tadi pagi saat kalian pergi ke lapangan." Ucap Ibu.
"Oh iya bu? Ya sudah bu, Dania tutup teleponnya ya bu, Dania khawatir, Tony pasti sedang kebingungan." Ucap Dania.
"Iya de, tolong ya De, jaga Tony. Assalamualaikum." Ucap ibu.
"Iya bu.. Waalaikum Salam." Jawab Dania.
Dania pun segera pergi menuju rumah sebelah, Ya.. rumah Tony.. Ketika Dania menengok ke halaman rumahnya, Tony tidak berada disitu, Dania mencari ke lapangan Tony juga tidak ada disana, Tony baru berusia 6 tahun sehingga Dania sangat khawatir. Dania kembali ke rumah Tony, dan menuju ke halaman belakang rumah nya, ternyata benar saja Tony disana, sedang tertidur di pendopo kecil belakang rumahnya. Tubuhnya yang mungil membuat Dania tenang ketika melihat Tony ada di belakang rumahnya, Dania pun segera menggendong Tony, karena badannya yang mungil tidak begitu berat Dania menggendongnya, ketika ia keluar dari gerbang rumah Tony, Dania kaget ternyata Dhika sudah diam di depan gerbang rumah Dania. Dhika pun melirik ke samping melihat ternyata ada Dania yang sedang menggendong anak kecil, Dhika pun langsung menghampiri Dania dan mengambil Tony, membantu Dania untuk menggendongnya.
"Udah biar kakak saja De, ini siapa? Tony?" tanya Dhika, sambil mengambil tony dari gendongan Dania.
"Iya kak, ini Tony, yang sering Dania ceritkan kak." jawab Dania.
"Oh, dari tadi kakak menelepon De Nia, tapi De Nia tidak menjawab" Ucap Dhika.
"Iya kak, tadi Dania panik, setelah ibu mengabarkan bahwa Tony tinggal sendiri di rumah, Dania langsung mencari Tony kak." Jawab Dania sambil membuka kunci pintu rumahnya.
"Loh ibu dan bapak kemana kok sepi?" Tanya Dhika.
"Ibu dan bapak di ajak ke luar negeri sama sahabatnya bapak kak, karena anak dari sahabatnya bapak menikah." Jawab Dania.
"Oh gitu, ya sudah gimana kalau kita jalan-jalan saja nanti? sambil ajak Tony juga." ajak Dhika.
"Tadinya Dania juga mau ajak Tony jalan-jalan kak, karena ibu menyuruh Dania mengajak Tony jalan-jalan." Ucap Dania
"Yaudah sekarang kakak tinggalkan De Nia dulu ya, biar de Nia juga bisa beristirahat." Ucap Dhika sambil menyimpan Tony di Sofa ruang tamu.
"Loh kakak memang mau kemana?" Tanya Dania.
"Kakak ada urusan dulu ke Dhicoffee, tadi karyawan kakak ada yang menelepon katanya ada stok bahan yang kurang." Jawab Dhika.
"Oh begitu kak, ya sudah nanti Dania dan Tony saja yang menyusul ke cafe gimana kak?" Tanya Dania.
"Ya sudah nanti kakak kabari lagi, jika kakak bisa menjemput kesini kenapa ngga, pokonya kita pergi jam 3 sore saja ya, biar tidak terlalu panas." Ucap Dhika.
"Iya siap kak." Jawab Dania.
Dhika pun segera meninggalkan rumah Dania, Dania pun segera beristirahat, sambil menonton TV, Dania tertidur di lantai beralaskan karpet tipis, karena lelahnya Dania tidak sadar waktu menunjukkan pukul setengah tiga siang.

Ketika Dania membuka matanya, dia terkaget karena anak kecil putih sipit itu sedang menatap wajah Dania, dengan muka habis menangis. Dania yang saat itu baru tersadar dari tidurnya langsung duduk dan memegang wajah anak kecil tersebut.
"Loh Tony sudah bangun? Kenapa menangis?" Tanya Dania.
"Kak Dania, ibu dan bapak tidak ada di rumah. " Jawab Tony sambil mengeluarkan air matanya.
"Sudah jangan menangis, iya kakak tau kok, Tony di suruh jalan-jalan dengan kakak, ibu dan bapak Tony sedang ada keperluan baru pulang nanti malam. Jadi sekarang Tony kita siap-siap jalan-jalan yuk, jam 3 kita jalan-jalan ya..." Ajak Dania membujuk Tony agar tidak menangis.
Kemudian Dania pun melirik ke arah jam dinding, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul tiga kurang 15 menit.
"Tony, kakak mau siap-siap dulu ya, Tony bisa mandi sendiri kan? baju Tony juga kotor habis main di lapangan tadi, pakai baju yang kakak siapkan nanti ya? Tony sekarang ke kamar mandi dulu saja." Pesan Dania pada Tony.
"Iya kak.." Jawab Tony sambil berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. 
Dania pun segera bergegas menuju kamarnya, dan segera bersiap-siap mengganti pakaiannya. Sedikit melirik ke arah luar jendela, langit masih biru, sepertinya jalan-jalan hari ini akan menyenangkan. Daniapun kembali bersiap-siap, dan menyiapkan baju yang akan di pakai Tony, kebetulan pakaian Mas Ridwan kakak Dania sewaktu kecil masih ada di lemari, sehingga Dania beri pinjam kepada Tony. Dania pun sudah bersiap dengan jaket merah rambut di ikat satu pakai topi dengan celana jeans, Tony yang masih kecil pun berpakaian lucu dan rapi, ternyata pakaian Mas Ridwan sewaktu kecil cukup di tubuh mungil Tony. Tidak lama Dhika menghubungi Dania.
"Hallo De Nia? " Tanya Dhika di telepon.
"Hallo kak Dhika? Kak  maaf, Dania masih di rumah sekarang sudah siap pergi ke Cafe Kak Dhika." Ucap Dania dengan ucapan yang cepat.
"Sudah tenang ya De, ini kakak sudah di depan rumah De Nia." Jawab Dhika.
"Oh iya? yaudah Dania keluar sekarang ya Kak." Jawab Dania sambil mematikan teleponnya.
Dania dan Tony segera membuka pintu rumah, melihat Dhika sudah berdiri di samping mobilnya sambil menatap ke awan, melihat Dania sudah keluar rumah Tony pun bergegas menghampiri Dania dan Tony, tangan Dhikalangsung di ulurkan pada Tony, dan Tony pun menerimanya.
"Yuk berangkat!" Ajak Dhika.
"Iya ayo kak." Jawab Dania.
Sudah bertahun-tahun Dania dan Dhika sedekat ini, Dania yang sudah menganggap Dhika seperti mas nya merasa begitu nyaman ketika Dhika mengajak jalan-jalan, sama halnya seperti Dhika, Dhika yang juga selama ini menganggap Dania sudah sepeti adiknya, selalu menjaga dan melindungi Dania, dimanapun Dania merasa kesulitan.

Setelah mereka bertiga memasuki mobil, Dhika pun segera melajukan mobilnya, Dhika akan membawa Dania dan Tony ke tempat yang Dania dan Tony belum pernah mendatanginya. Sambil menuju tempat tersebut Dhika mencoba mengajak ngobrol Tony yang duduk di belakang sendiri.
"Hai anak manis, namamu Tony kan? kenalkan aku Dhika." Ucap Dhika berkenalan dengan Tony.
"Iya kak salam kenal" Jawab Tony sedikit cuek.
"Tony, kak Dhika ini teman kakak, jadi Tony harus nurut ya kalo Kak Dhika pesan sesuatu." Ucap Dania.
"Iya siap kak Nia!" Ucap Tony bersemangat.
"Kak Dhika memang kakak mau mengajak kita kemana?" Tanya Dania.
"Ikut kakak saja, kalian berdua pasti suka." Jawab Dhika.
"Hmm, awas saja kalau biasa saja ya kak." Ucap Tony dengan nada mengancam.
"Tenang saja kapten!" Jawab Dhika sambil tersenyum.
Dhika pun meninggikan kecepatan mobilnya agar sampai tepat waktu. Langit hari ini masih cerah, padahal waktu menunjukkan pukul 4 sore, tidak ada awan mendung di atas sana. Dhika dan Dania asyik mengobrol, sesekali mereka mengajak Tony bercanda, namun Dania dan Dhika asyik lagi bicara, tanpa Dhika dan Dania ketauhi, ternyata Tony merasa bahwa Dhika merebut Dania darinya. Tony pun hanya menatap ke arah Dania dan Dhika.
"Kak, Tony ingin pipis." Ucap Tony.
"Oh mau pipis? tunggu dulu ya Ton." Jawab Dhika, sambil menghentikan mobilnya ke bahu jalan.
"Sabar ya Tony...." Ucap Dania.
Setelah mobil berhenti, Tony berjalan keluar lebih dahulu. Kemudian Dhika mengejarnya.
"Tony sebentar, ayo kakak antar.!" Ucap Dhika.
"Tidak mau, tidak usah!" Jawab Tony dengan nada kesal.
Dania pun keluar dari mobil. Beberapa menit kemudian.
"Biasanya Tony tidak seperti itu kak, Tony anak yang baik dan lucu." Ucap Dania.
"Iya de, kakak ngerti mungkin dia masih perlu penyesuaian. " Jawab Dhika.
"Penyesuaian apa, hmm??" Tanya Tony dari belakang dengan nada mengagetkan.
"Penyesuaian inii, mobil dan kak Dhikaa, kak Dhika punya mobil baru jadi harus di sesuaikan, gituu Tony.." Jawab Dhika.
"Hmm, bohong!" Jawab Tony sambil bergegas masuk ke dalam mobil Dhika.
Dhika dan Dania pun menyusul masuk ke dalam mobil, mereka pun segera melanjutkan perjalanan ke tempat yang Dhika ingin tunjukkan pada Dania dan Tony. Waktu menunjukkan pukul 4 sore lebih setengah jam, hari masih terlihat seperti siang hari, mereka sudah sampai di tempat tujuan, setelah memarkirkan mobilnya, Dhika, Dania, dan Tony segera memasuki tempat kunjungan wisata tersebut. Terlihat dari luar hanya sebuah dinding tinggi yang menjulang, Dhika membeli tiket masuk, namun Tony terlihat enggan untuk masuk.
"Kenapa Tony? sudah pernah kesini?" Tanya Dhika.
"Belum" Jawab Tony.
"Lalu kenapa ngga mau masuk?" Tanya Dhika.
"Disana pasti tidak ramai, Tony ingin pulang saja." Ucap Tony sambil menarik tangan Dania.
"Tony, dengerin kakak ya, kita coba masuk dulu, kak Dhika sudah beli tiketnya sayang kalau tidak masuk." Ucap Dania sambil membungkuk meyakinkan Tony.
"Hmmmm, baiklah, tapi jika sudah di dalam Tony ingin pulang, kakak harus mendengarkan Tony ya, jangan mendengarkan Kak Dhika." Ucap Tony.
"Iya Tony, tenang saja, kalau Kak Dhika ingin tetap disini, kita tinggalkan saja nanti, gimana? Setuju?" Tanya Dania untuk membujuk Tony.
"Iya kak, Setuju!' Ucap Tony mantap.
Mereka bertiga pun memasuki tempat wisata tersebut. Sejenak langkah Tony yang lebih dulu berjalan berhenti, di ikuti Dania, ia pun ikut berhenti. Mereka berdua sangat kagum, seolah memasuki surga dunia, terhampar padang rumput hijau yang luas, di sisi kanan kiri tumbuh pepohonan yang tinggi di hiasi bunga bunga sakura, dan bunga lainnya, berwarna-warni menghiasi taman luas tersebut, ada danau buatan, perahu, dan berbagai macam wahana bermain, tempat yang paling di minati adalah lapangan luas di tepi danau, yaa, anak-anak kecil bermain layang-layang disana, Tony yang mulanya berwajah masam, kini seolah tak sabar memasuki wahana bermain tersebut.
"Kak Dania..." Panggil Tony sambil melihat wajah Dania yang berdiri di belakangnya.
"Iya Tony?? Gimana mau coba?" Tanya Dania meyakini Tony.
"Mau kak....." Jawab Tony sambil mengangguk.
"Come on Jagoan!" Ucap Dhika sambil menarik tangan Tony dan berlari belakang.
Dhika dan Tony pun segera memasuki tempat tersebut lebih dalam, berbagai macam isi di tempat tersebut, banyak sekali kandang burung, kolam ikan yang amat sangat besar sehingga banyak yang memancing disana, dan  berbagai macam taman indah lainnya. Dhika mengajak Tony berkeliling, sedangkan Dania asyik berjalan sendiri sambil memandangi pepohonan yang berbunga warna warni tersebut. Tiba-tiba saja ada seseorang berlari di belakang Dania dan menubruk Dania sampai Dania terjatuh. Dhika yang sudah jalan lebih dulu dengan Tony tidak memperhatikan Dania yang tengah jatuh.
"Sorry mba." Ucap  pemuda yang tampak seusia Dhika tersebut.
"Hmm, lain kali hati-hati ya kak, disini banyak anak kecil." Jawab Dania sambil mencoba bangun, tangannya sedikit terluka karena terkena kerikil.
"Iya maaf mba, soalnya saya sedang terburu-buru adik perempuan saya hilang." Jawab pemuda tersebut.
"Hilang? Kok bisa? Mungkin saya bisa bantu cari." Ucap Dania.
"Terimakasih mba, ini fotonya, dia baru berusia 5 tahun, namanya Rin-rin." Ucap pemuda tersebut.
"Okey, ya udah kita berpencar aja, saya kesana, kakak kesana, saya pinjem fotonya dulu." Saran Dania sambil menunjuk arah agar berpencar, dan mengambil HP untuk mengambil foto anak tersebut dan segera mengembalikannya.
"terimakasih." Ucap pemuda tersebut sambil segera berlari.
Terlihat dari raut wajah pemuda tersebut ia sangat khawatir, seketika juga pemuda tersebut hilang dari pandangan Dania, Dania pun segera mencari dia lupa tidak meminta izin terlebih dahulu kepada Dhika. Tempat wisata tersebut cukup luas, sangat sulit mencarinya di keramaian, Dania terus mencari Rin-rin bocah perempuan yang hilang tersebut. Dia terus mencari waktu sudah menunjukkan pukul 6 petang, hari semakin gelap. Di tempat lain, Dhika juga mencari Dania, karena pikirnya Dania mengikuti Dhika di belakangnya, nyatanya tidak, Tony yang sedang asyik bermain dengan teman barunya sepertinya tidak ingat bahwa dirinya kesana bersama Dania, sehingga tidak menanyakan Dania sama sekali.
"Dimana kamu De.." Tanya Dhika pada dirinya sendiri sambil mencoba menghubungi HP Dania yang tidak di angkat saja.
Langit yang mulanya cerah berubah menjadi gelap, matahari sudah tidak menampakkan terangnya, Tempat wisata tersebut semakin indah karena di hiasi lampu taman berwarna-warni, hanya semakin sulit dalam mencari Rin-rin anak kecil perempuan yang hilang. Sejenak Dania menghentikan langkahnya, ia duduk di kursi samping danau, tidak lama ada seseorang yang menghampiri Dania, ternyata itu Dhika.
"De?" Tanya Dhika.
"Hmm. kak Dhika.. maaf.." Ucap Dania sebelum Dhika bertanya.
"Kemana saja?" Tanya Dhika dengan lembut.
"Dania membantu orang untuk mencari adiknya kak. Tapi belum juga ketemu. Kak.. Tony dimana?" Tanya Dania dengan khawatir.
"Dia sedang bermain kembang api di taman sebelah sana." Jawab Dhika sambil menunjukkan taman yang tidak jauh jaraknya.
"Yaudah kak, kita kesana saja dulu, Dania merasa bersalah, ngga mengajak bermain Tony hari ini." Ajak Dania.
"Iya ayo de.." Ajak Dhika.
Dania dan Dhika segera kembali menuju tempat Dony bermain. Dari kejauhan Tony memang sedang bermain dengan teman barunya.
"Itu siapa kak?" tanya Dania.
"Teman Tony De, kakak juga tidak tau dia berasal darimana." Jawab Dhika.
Dania dan Dhika pun semakin mendekat, saat mendekati Tony, terlihat Tony sedang bingung karena melihat temannya itu sedikit bersedih.
"Hey Tony, gimana main bareng kak Dhika nya seru? Oh iya ini siapa?" tanya Dania sambil memeluk Tony.
"kakak....... kemana saja kak Dania? Seru dong kak, tapi teman aku kelihatan sedih gak tahu kenapa." Jawab Tony dengan wajah polosnya.
"Hey adik manis, siapa nama kamu? kenapa bersedih?" Tanya Dania sambil memegang pipi dari anak kecil tersebut. 
Tapi anak tersebut tidak menjawab, tangisnya malah semakin kencang. Dania yang panik langsung memberikan Tony pada Dhika, dan segera menenangkan anak kecil teman Tony tersebut.
"Sudah jangan menangis ya, cerita sama kakak, oh iya aku Dania.. adik manis ini siapa namanya?" Tanya Dania membujuk teman Tony tersebut.
"Hmm, aku ingin bertemu kakak, hmmm" Jawab anak kecil tersebut.
"Iya nanti kakak bantu ya, siapa nama kakak mu?" Tanya Dania.
"Kak Evan.." Jawab anak kecil tersebut sambil menahan tangisnya..
"Udah cup cup ya, sekarang kita cari kak Evan." Ajak Dania sambil menggendong anak kecil tersebut. 
Dhika yang sambil memegang tangan Tony berjalan di belakang Dania, mereka menuju ke tempat informasi. Sesampainya di informasi, Dania langsung melaporkan bahwa ada anak hilang, Tony dan Dhika sedang mencoba menghibur anak kecil tersebut. Tidak lama Dania menghampiri Dhika.
"Gimana De?" Tanya Dhika.
"Petugasnya minta nama anak nya kak, Dania ngga tahu namanya, daritadi dia ga jawab." Ucap Dania.
"Hmm, tadi Tony itu panggil dia Ein... mungkin namanya ein.... coba aja kita tanya lagi." Ajak Dhika.
Dania dan Dhika pun menghampirri Tony dan temannya.
"Adik manis sini deh, kakak mau tanya siapa nama mu?" Tanya Dania sambil mendekat ke anak kecil tersebut.
"Eiiin kak...." Ucap Tony.
"Iya sayang, tapi kakak perlu nama jelas." Jawab Dania.
"De, yaudah mending kita umumkan saja, sebut saja namanya itu, yang penting kita tau nama kakaknya siapa." Ucap Dhika.
"Hmm, gitu ya kak, yaudah deh kalo gitu." Jawab Dania.
Kemudian Dania menghampiri petugas kembali, dan petugas segera mengumumkan perihal anak tersebut.

Pengumuman, di beritahukan kepada Bapa Evan, adiknya Ein sedang menunggu di ruang informasi. Sekali lagi, di beritahukan kepada Bapa Evan harap datang ke ruang informasi, karena adiknya yang bernama Ein berumur kurang lebih 5 tahun sedang menunggu, terimakasih.

"Alhamdulillah udah ya de.." Ucap Dhika.
"Iya kak, sekarang kita tinggal nunggu aja siapa yang bakal datang." Ucap Dania.
"Hai gadis kecil, kakak mu sedang di panggil kesini." Ucap Dania sambil menggenggam tangan anak kecil tersebut.
Hari semakin  gelap, Tony sudah terlihat mengantuk, 5 menit, 10 menit, 30 menit, tidak ada juga yang datang. Dania dan Dhika meminta tolong untuk di umumkan lagi ke petugas, karena sudah terlihat bahwa tempat wisata akan segera tutup. Dania yang sudah lelah dan menyerah di yakinkan lagi oleh Dhika, agar mereka mengembalikan Ein ke keluarganya. Pengumuman pun di umumkan lagi oleh petugas. Dania dan Dhika sedikit berbincang lagi.
"De, lihat deh Tony tertidur" Ucap Dhika sambil memangku Tony.
"Iya kak, nih Ein juga kayanya capek nangis jadi tidur juga" Ucap Dania sambil memangku Ein.
"Dingin ya de?" Tanya Dhika.
"Ngga begitu kok kak." Jawab Dania.
"De, kebayang ya kalau Ein ngga di temuin sama kita, bisa saja orang lain meninggalkan gadis yang imut ini." Ucap Dhika sambil mengusap rambut Ein.
"Iya kak, yang Dania pikirkan, Dania khawatir kalau Tony yang hilang kak, entah seperti apa Dania menyesalnya jika Tony hilang, mau bilang apa Tony pada orang tua Tony." Ucap Dania.
"Iya de, maka dari itu bukan hal yang kebetulan Ein ini di ketemuin sama Tony, hhehe jadi kita bisa bantu Ein cari kakak nya." Ucap Dhika.
"Iya kak, oh iya kak, tadi pagi Dania di beri pesan oleh kakek yang biasa diam di lapangan dekat rumah, dia berpesan pada Dania, harus menjadi langit biru yang di hiasi awan putih kak." Ucap Dania sambil tersenyum.
"Hmmm, sepertinya kakak pernah mendengar pepatah itu de, awan putih itu ibarat kelembutan kan?" Ucap Dhika.
"Hmm, kakek itu sih bilang,  awan putih itu ibarat kejujuran hati seseorang kak, jadi kita harus hiasi diri kita dengan kejujuran." Jawab Dania.
"Nah de, betul itu, untuk saat ini kita terkadang masih sulit mencari orang yang jujur." Ucap Dhika.
"Tony perlu penyesuaian untuk dekat dengan kak Dhika kan.. Kak Dhika jangan bohong.." Tony mengigau..
"Loh, Tony sampai mengigau gitu, kak Dhika nih tadi bohong soalnya, Tony ini anak cerdas kak." Ucap Dania sambil tersenyum bersama dengan Dhika karena melihat Tony mengigau.  
Tempat wisata tersebut semakin malam dan hampir di tutup, Dhika dan Dania bergegas keluar, serta meninggalkan nomor ponsel Dhika di bagian informasi. Dania dan Dhika keluar dari gerbang tempat wisata tersebut sambil menggendong Ein dan Tony.
"Bagaimana ini kak, tidak ada yang datang menjemput Ein." Ucap Dania sambil menyerah.
"Sabar De, sekarang kita masuk mobil dulu saja, dingin soalnya. Tadi kakak sempat berpikir akan meninggalkan Ein di ruang informasi, tapi kakak khawatir." Ucap Dhika. Tidak lama HP nya berdering.
"Bentar de ada telepon, kakak titip Tony sebentar." Ucap Dhika sambil menyerahkan Tony pada Dania, dan Ein sudah di dalam mobil. 
Ketika Dania, Ein, dan Tony sudah masuk dan duduk ke dalam mobil, Dhika pun segera menyusul ke dalam mobil.
"Ada apa kak? Tanya Dania.
"Tadi mamah kakak telepon meminta kakak cepat pulang, tapi kakak sudah menjelaskan keadaan sekarang, jadi mamah kakak memaklumi." Ucap Dhika.
"Oh gitu kak, kak jadi kita tunggu di dalam mobil aja?" Tanya Dania.
"Iya de, De Nia tunggu dlu ya, kakak mau belikan sesuatu yang hangat, buat di minum." Ucap Dhika.
"Iya kak, jangan lama-lama ya kak." Jawab Dania.
Dhika pun bergegas keluar dari  mobil, mencari sedikit cemilan dan air hangat. Dania dengan sigap segera mengunci mobil karena khawatir terjadi sesuatu, karena Dhika sedang pergi keluar. 10 menit sudah Dhika belum juga kembali, Dania mengkhawatirkan para pemuda yang sudah lama berdiri sekitar 10 meter berkumpul di belakang mobil Dhika. Dania menghubungi Dhika namun Dhika tidak menjawab panggilannya, hari semakin malam, sudah pukul 10 malam, tak lama Dania bernapas lega karena melihat Dhika dari kejauhan datang dengan membawa beberapa cemilan dan minuman di kedua tangannya. Kemudian Dhika masuk ke dalam mobil.
"Gimana de, sudah ada yang menjemput Ein?" Tanya Dhika.
"Belum kak, Dania malah takut sama pemuda yang berkumpul di belakang sana." Ucap Dania.
"Sudah tidak akan ada apa-apa kok, nih kakak beli teh manis hangat untuk De Nia dan roti isi daging, cuma ada itu yang kakak dapat." Ucap Dhika.
"Terimakasih kak, Dania memang sudah lapar daritadi." Ucap Dania sambil meminum teh hangat miliknya.
"Kakak juga beli ini, khawatir Tony atau Ein bangun nanti kelaparan. hhehe." Ucap Dhika sambil mengeluarkan kotak susu dan roti isi selai buah.
'Wiih, kakak betul betul pengertian ya.' Ucap Dania di dalam hatinya sambil tersenyum.
"Kenapa de?" Tanya  Dhika.
"Tidak kak, hhihi" Jawab Dania karena malu.
"Eh bentar de, tolong pegang roti kakak., sepertinya HP kakak bergetar lagi, ada telepon." Ucap Dhika sambil memberikan roti kepada Dania.
"iya kak. " Ucap Dania sambil menerima roti dari Dhika. 
Setelah selesai berbicara, Dhika segera mnyalakan mesin mobilnya.
"Mau kemana kak?" Tanya Dania.
"Kita ke jalan Tree." Ucap Dhika.
"Jalan Tree? dari sini jauh sekali kesana kak." Ucap Dania.
"Ya udah sabar ya De, tadi kakak Ein soalnya yang telepon." Jawab Dhika.
"Oh gitu kak, ya sudah kak, ayo sebelum semakin malam kak." Ajak Dania.
"Iya de.." Dhika pun segera mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedikit tinggi.
Memerlukan waktu 30 menit ke jalan Tree, Dania yang sedkit mengantuk menumpahkan minuman teh miliknya, dan mata yang mulai mengantuk sedikit lebih segar karena terkejut.
"Kenapa de? duh tumpah ya, ambil tissue di box depan De Nia." Ucap Dhika.
"Iya kak, sudah kakak fokus menyetir saja kak." Ucap Dania smbil mengambil tissue dan mengelap baju nya yang basah.
Tidak lama, mereka sampai di Jalan Tree terlihat ada dua mobil di pinggir jalan tersebut. Sedikit curiga khawatir penjahat, namun di mobil yang terparkir tersebut terlihat seorang ibu yang sedang menangis. Namun Dhika tidak menghentikan mobilnya. Tapi, sepertinya Dania mengenal satu pemuda yang berdiri disana, iya itu adalah pemuda yang tadi sore kehilangan adiknya. Tiba-tiba Dania mengeluarkan HP nya, dan benar saja, ternyata Ein yang ia bawa adalah Rin-rin yang di cari olehnya tadi sore.
"Kakak, stop!" ucap Dania.
"Kenapa De?" tanya Dhika sambil menghentikan mobilnya mendadak.
"Itu pemuda yang tadi sore Dania bantu cari adik nya yang hilang. Dan ini bukan Ein, tapi Rin-rin!" Ucap Dania.
Dhika pun memundurkan mobilnya hingga dekat dengan mobil tersebut. Dania dan Dhika pun keluar.
"Evan?" Tanya Dhika mendekati pemuda yang berdiri di samping ibu sedang menangis.
"Maaf, saya Revan. Eh kamu yang tadi sore kan?" Tanya Revan.
"Iya, tadi sore saya lupa nanya nama kamu, jadi saat Rin-rin bilang nama kakak nya saya tidak ingat kamu sama sekali." Ucap Dania.
"Nak, dimana Rin-rin?" Tanya sang ibu.
"Rin-rin tidur di mobil bu, nanti biar saya bawa dulu." Kemudian Dania mengambil Rin-rin dari dalam mobil dan menggendongnya.
"Tadi Rin-rin datang ke taman yang kebetulan ada saya dan Tony, adik saya seusia dengan Rin-rin, mereka asyik bermain hingga Rin-rin baru mengingat kakak nya saat sudah gelap." Ucap Dhika kepada ibu dan kakak Rin-rin, Revan.
"Ini bu.." Dania menyerahkan Rin-rin ke ibunya.
"Terimakasih ya Nak, entah apa jadinya jika tidak ada kamu.." Ucap ibu tersebut.
"Tidak apa-apa bu, untung nya Rin-rin di temukan oleh kami." Ucap Dania.
"Iya bu, kalau begitu kami izin pamit ya bu. Hari sudah malam, saya juga harus segera mengantakan Tony ke rumah." Ucap Dhika.
"Sebentar nak, ini buat kamu." Ucap ibu tersebut sambil mengeluarkan satu buah kantung berwarna putih.
"Apa ini bu? kami tidak mengharapkan sesuatu bu." Ucap Dhika.
"Iya bu, ibu tidak perlu repot-repot bu.." Ucap Dania.
"Ini hanya sedikit, ucapan terimakasih ibu, semoga bisa bermanfaat ya." Ucap ibu.
"Kalau begitu ini kami terima, terimakasih banyak ya bu, Revan lain kali kamu harus jaga baik-baik adik kecil ini. dia sangat manis.Kaisan jik aharus sendirian di luar sana. " Ucap Dhika.
"Iya sekali lagi Thanks ya." Ucap Revan.
"Kami pamit bu." Ucap Dhika dan Dania. 
Dhika dan Dania pun segera masuk ke dalam mobil dan segera pulang menuju rumah Dania. Kemudian Dhika menyalakan mesin mobil dan segera menjalankan mobilnya. Di tengah perjalanan Dania membuka kantung yang di berikan oleh ibu tersebut.
"Kak, kita di kasih tiket menginap ke hotel dan taman bermain saat musim dingin tiba di Lotte Island, masing-masing 2 tiket kak. Ini kan tiket yang sangat mahal, Eh sebentar kak, kita dapat cek juga kak." Ucap Dania terkejut.
"Loh, itu banyak sekali De nominalnya, mungkin itu ucapan terimakasih ibu tersebut kepada kita, lihat de, ibarat awan putih yang di pelihara, buah dari kejujuran dan ketulusan, akan di ganti dengan sesuatu yang ngga kita duga, ya sudah kakak kasih saja untuk De Nia untuk di tabung ya. Kalau tiketnya nanti kita pakai jalan-jalan bersama saat libur musim dingin." Ucap Dhika sambil melihat cek yang di perlihatkan oleh Dhika.
"Iya betul kak, sangat tidak di sangka-sangka, tapi Kakak, ini juga lumayan untuk bantu Dhicoffee loh biar makin maju.." Ucap Dania.
"De Nia, memang Dhicoffee mau di buat maju seperti apa lagi? kan sudah di pinggir jalan, kalau semakin maju nanti menghabiskan jalan raya hhehe." Ucap Dhika sambil tertawa bercanda.
"Ah, kakak ini, jadi kakak gak akan ambil uang di cek ini?" Tanya Dania.
"Ngga De, buat De Nia saja, kakak gak akan ambil, asal De Nia tidak lupa saja sedekahkan sebagian." Ucap Dhika.
"Iya siap kak..." Ucap Dania.
Sejenak suasana hening, tiba-tiba terdengar suara Tony.
"Kak Dhika, jangan ambil Kak Dania.." Ucap Tony sambil mengigau kedua kalinya.
Dhika dan Dania saling bertatapan. Mereka saling tersenyum.
"Sepertinya alasan Tony marah tadi siang, karena melihat kita terlalu akrab mungkin De." Ucap Dhika.
"Iya mungkin kak, lihat Tony sampai terbawa mengigau, hhihi." Ucap Dania sambil tersenyum.
"Yaudah kamu sekarang istirahat De, perjalanan ke rumah masih setengah jam lagi, lumayan untuk istirahat." Ucap Dhika. 
Tanpa Dhika sadari ternyata Dania sudah memejamkan matanya lebih dulu, Dhika yang hanya menatap Dania tersenyum melihat Dania. Dhika pun segera mengemudikan mobilnya agar segera sampai ke rumah, karena Dania esok harus kembali kuliah.



Bersambung...

Comments

Popular Posts