Dania - Jawaban Semua Rasa (Cerbung ke-9)
Pagi buta Dania bergegas pergi dari rumah, dengan membawa bekal nasi yang ibu siapkan membuat Dania tidak perlu mengeluarkan kocek mahal untuk jajan setiap harinya.
Dania pergi pagi karena ada ujian Praktikum, sehingga dia tidak bisa pergi terlambat.
Selagi menunggu bus datang, Dania masih mengingat kejadian tempo hari yang membuatnya bingung, mengapa cincin yang hilang, bisa di dalam saku jaketnya, karena sebelumnya Dania sudah yakin betul telah memeriksa isi tas dan semua saku di pakaiannya. Dania mencurigai Dhika, alih-alih memberikan permen, sepertinya Dhika memberikan cincin yang Dania cari. Tidak lama bus datang dan Dania pun segera pergi.
Hari ini tidak ada jadwal kuliah, hanya ujian praktikum saja, setelahnya selesai sudah. Saat membuka ponselnya ada pesan dari laki-laki terkenal teman Dania dulu, Teya, rasa sesal karena meninggalkan Dania seorang diri di pasar malam menggerakan hati Teya untuk mengajak Dania bertemu.
Hey Dania, hari ini kamu punya waktu luang?
Heyy Te, kebetulan hari ini kosong Te dari jam 10 pagi..
Ok, Aku jemput di depan kampus ya, tunggu 15menit lagi. 😉
Okey....
Tidak lama mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan gerbang kampusnya, Dania yang berpenampilan tomboy itu, sudah meyakini bahwa mobil Teya pasti di kerumuni oleh fans Teya.
Dania berjalan perlahan keluar gerbang, menutupi wajahnya menggunakan topi yang dia pakai menuju ke dalam mobil, di sisi lain Teya sedang memberi tanda tangan pada penggemarnya di kampus tersebut. Suasana tidak terkendali karena sebagian mahasiswa menjerit karena terlalu senang bertemu langsung dengan Teya.
Tidak lama ada sosok yang membuat Dania sedikit kesal, topi yang ia gunakan tiba-tiba ada yang menariknya hingga terbuka dan terlihatlah wajah Dania, ketika Dania melirik wajah orang tersebut terlihat laki-laki berdiri sedang memegang topinya, laki-laki dengan sikap kasar membuka topi Dania membuatnya sedikit kesal, dengan cepat Dania menarik topinya, namun laki-laki tersebut terus melihat tajam.
Padahal Dania tidak begitu mengenalnya, dia laki-laki yang menarik topi Dania itu bernama Fery, Fery merupakan laki-laki mahasiswa Fakultas Hukum tingkat 3, dia seorang Ketua Badan Eksekutif di kampus Dania, melihat kejadian ramai di depan kampusnya, Fery sudah meyakini bahwa itu sepertinya ulah Dania, karena Dania sudah bersikap mencurigakan.
"Kamu kenal sama orang di depan sana?" Tanya Fery.
"Iya kak, saya kenal, dia bermaksud menjemput saya." Jawab Dania dengan lugu.
"Untuk apa? untuk cari ketenaran? untuk buat gaduh kampus ini? Tanya sinis Fery.
"Iya maaf kak, saya akan menyyuruh teman saya segera pergi." Jawab Dania.
Fery terdiam sejenak, "Jika hal ini terulang kamu harus siap dengan konsekuensinya! Mau anak Fakultas sekeren apapun, untuk aku semua sama!."
"Iya kak" Jawab Dania.
Dania segera berlari kecil menuju mobil, fans yang mulanya asyik meminta foto semua tertuju pada Dania, karena Teya melambaikan tangan pada arah Dania, Teya membukakan pintu mobil dan Dania segera masuk ke dalam, di susul dengan Teya.
"Apa kabar Dan? Tanya Teya sambil menyetir mobil.
"Baik Te, tadi aku di tegur sama Ketua BEM kampus, karena dia bilang aku udah buat kegaduhan karena kamu yang jemput, aku aneh deh aku sendiri aja ga tau seterkenal apa kamu, tapi orang lain lebih mengenal kamu!" Jawab Dania.
Dengan cepat Teya melirik Dania dan melihat lagi ke depan karena sedang menyetir, "Oh ya Ketua BEM sampe kaya gitu? kayanya aku harus parkir dalem kampus kamu deh biar lebih seru lagi!" Nada Teya meledek.
Sejenak semua hening, belum nampak macet di jalan karena terhitung masih pagi.
Kemudian Dania bertanya untuk memecah kesunyian, "Kita memang mau kemana Te?" Tanya Dania penasaran.
"Aku mau ajak kamu ke restoran Papap" Jawab Teya.
"Papa kamu punya restoran Te??" Tanya Dania kagum.
"Hmmmmm... kamu gatau Restoran Papap? namanya restoran papap, itu punya aku Dan!" Jawab Teya sambil tersenyum sombong.
"Wow!! Itu lebih keren lagiiii!! Okeeyy Kemooonn Teee...!" Jawab Dania semangat.
Merekapun terus berbincang sambil menunggu sampai, 15 menit berlalu merekapun tiba. Dania di buat terkagum, karena restoran Papap yang Teya sebutkan nampaknya bukan restoran biasa, suasana restoran yang kental dengan budaya dengan hiasan dinding batu-batu, lantai dengan marmer hitam berkilau, tempat duduk di buat mewah dari batang kayu di hiasi dengan lilin otomatis menyala ketika malam, ada kolam ikan sampai kolam berenang. Di buat suasana hangat dan romantis mengisi ruangan tersebut.
Ketika Dania dan Teya masuk semua pelayan menyambut, dan mereka di tempatkan di tempat yang paling nyaman. Nyatanya restoran tersebut bukan dari hasil Teya bekerja saja, namun warisan orang tuanya pula yang membuat Teya mampu mendirikan Restoran tersebut.
Setelah mereka memesan makanan, Teya memulai pembicaraan alasan awal dari maksud dia mengajak Dania ke tempat ini.
"Dan, sebenarnya aku mau bilang sesuatu sama kamu."
"Bentar, kamu ga maksud nyatain suka sama aku kan?" Tanya Dania dengan percaya diri.
Teya yang berwajah tampan pun tersenyum, "Ngga lah Dan, tepatnya belum waktunya!" Sambil tertawa usil.
"Terus apa?" Tanya Dania penasaran.
"Aku mau minta maaf, tempo hari meninggalkan kamu sendiri" Jawab Teya dengan wajah menyesal.
"Oh itu, udah aku lupain kok, udah santay aja kok, kamu kan tau aku kuat, hhehe" Jawab Dania dengan pasti.
"HHUfftt...Syukur kalo gitu Dan!!" Jawab Teya dengan mengehembus napas bukti dia sudah tenang.
mereka pun berdua larut dalam perbincangan mengenang masa-masa SMP nya, tanpa sadar kenangan yang sudah di ceritakan di ulang lagi, dan larut dalam canda tawa, baginya makan siang kali ini luar biasa, semua pengunjung tak henti mencuri lirik pada Dania yang begitu beruntungnya bisa duduk dengan Teya, berdua.
Tidak lama Teya izin ke toilet, dan sejenak membuat Dania melamun memandangi cincin yang di gunakannya, mengingat kejadian yang masih belum bisa dia pikirkan di otaknya, mengapa bisa ada di tangan Dhika, iyaa, lagi-lagi Dhika selalu membuat kejutan yang tidak terpikirkan, Dhika selalu muncul di saat Dania membutuhkan tanpa Dania pinta, seolah Dhika adalah malaikat penjaganya.
waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang, tak terasa begitu lama mereka berbincang, berbagai menu makanan Dania coba, karena makanan mewah seperti itu adalah sesuatu yang tidak mungkin sering ia lakukan tiap hari.
Setelah Teya menghampiri, Dania pun segera pergi bergegas pulang, tidak lama Teya menerima telepon, ternyata ayah Teya menyuruhnya untuk segera pulang.
Lagi, untuk kedua kalinya, nampaknya Teya tidak bisa mengantarkan Dania pulang, Teya sudah menjanjikan memesan taksi untuknya, namun Dania menolaknya. Mereka berjalan hanya sampai pintu keluar, selebihnya Teya menuju parkiran dan Dania pergi menuju Shelter bus.
Sambil menendang batu kecil Dania teru berjalan, mendengarkan musik sudah jadi kebiasaannya ketika dia sendiri, Dania yang sebenarnya tidak mengenal wilayah tersebut mencoba mencari informasi bus pulang menuju rumahnya, tiba-tiba terdengar suara decitan rem mobil terdengar begitu kuat, semua orang teriak di belakangnya, ketika Dania menoleh ke belakang, kaki Dania di buat lemas tak mampu berjalan, ternyata ada seorang anak kecil tertabrak mobil, melihat orang lain di sekitar hanya mampu menonton dan menjerit, Dania langsung menghubungi telepon 119 untuk menghubungi ambulan, saat mendekat ternyata bukan hanya satu korban, tapi ada dua korban, Dania yang belajar di Fakultas kedokteran hanya bisa melakukan bantuan semampunya, memompa jantung dan memberikan nafas buatan untuk anak kecil laki-laki sekitar 5 tahun itu lebih terlihat parah di bagian kepala, di bandingkan ibu nya yang terkulai lemas di aspal meskipun sama juga mengeluarkan banyak darah terlihat jelas dari sikap sang ibu ia lebih mengkhawatirkan anaknya, luka pada kepala anak kecil itu terus mengalir darah, Dania mencoba untuk menghentikan semampunya, semua warga hanya mampu menyaksikan tak ada yang menolong karena takut berbuat salah, dalam hatinya Dania penasaran siapa orang yang menabrak dengan keji itu, tidak lama mobil ambulan dan polisi datang, mobil ambulan segera mengangkut kedua korban tersebut ke rumah sakit terdekat, pakaian Dania terlihat jelas bekas darah si anak kecil tadi, berharap semoga anak tersebut bisa selamat Dania rela bajunya penuh dengan darah, tidak lama ambulan pergi, polisi langsung mengamankan tersangka yang melakukan penabrakan pada penyebrang jalan tersebut, Dania yang masih berdiri lemas melihat keadaan sekitar di jalanan yang penuh darah, tertuju pada satu mobil, orang yang menabrak penyebrang jalan tersebut.
Begitu menghampiri mobil tersebut,terlihat sosok tidak asing baginya, dan saat di dekati ternyata dia adalah Fery, Ketua BEM universitas tempat Dania belajar.
Baru tadi pagi Fery menegur Dania secara tidak sopan, kini Fery menjadi orang yang amat dia benci, untungnya Fery tidak melarikan diri dan polisi segera membawa Fery dan beberapa saksi untuk menjelaskan kejadian tersebut termasuk Dania.
Di jalan menuju kantor polisi Dania segera menghubungi keluarganya agar tidak timbul rasa khawatir, setelah menjelaskan pada ibunya lewat telepon, ibunya pun mengizinkan Dania untuk menyelesaikan masalahnya, apa daya keluarga Dania yang hanya memiliki dua sepeda motor, pada saat itu Bapa dan Mas Ridwan tak bisa menjemput Dania, Dania menerima dengan lapang dada bahwa ia harus pulang sendiri.
Setelah memberi kesaksian di kantor polisi, Dania meminta waktu untuk berbicara dengan Fery, setelah mendengar cerita Fery sungguh membuatnya kesal, hanya karena Fery sedang bertengkar dengan pacarnya di telepon membuat Fery menginjak gas dengan kencang dan menghiraukan warga sekitar, hingga kecelakaan terjadi, Fery masih belum bisa menerima kenyataan tersebut.
Namun nasi sudah menjadi bubur, mau bagaimanapun Fery harus mempertanggungjawabkan semua, dia tak dapat menghindar dari jeruji besi, sampai ada pihak keluarga membawa pengacara. Selesai Dania bicara dengan Fery, tak lama keluarga Fery datang untuk menyelesaikan permasalahan dan bertanggung jawab pada korban yang di tabrak. Daniapun bergegas pergi ke rumah sakit, untuk mengetahui keadaan korban yang sempat di tolong oleh Dania.
Setibanya di rumah sakit pukul 7 malam, Dania tidak mengetahui siapa nama korban, dan langsung menanyakan perihal korban yang baru mengalami kecalakaan di bagian informasi, setelah mendapatkan datanya, Dania langsung menuju ke ruangan, Setiba di ruangan, terlihat seorang ibu yang duduk di kursi roda dengan menggunakan papan penyangga di tangannya, nampaknya ibu tersebut mengalami patah tulang yang cukup serius, namun wajahnya bersedih karena melihat sang anak masih terbaring di kasur tak sadarkan diri.
"Bu, bagaimana keadaan ibu dan anak ibu?" Pertanyaan Dania yang muncul tiba-tiba membuat si ibu sedikit kaget.
"Nak, kamu yang tadi menolong kami? Terimakasih banyak ya nak, tadi ibu belum sempat mengucapkan terimakasih kepadamu, kalau saja kamu tidak menelepon ambulan mungkin anak ibu tak bisa di selamatkan, meskipun kini belum sadar, setidaknya ibu masih bisa berjuang untuknya." Suara ibu tersebut terdengar sangat lemah dan bersedih.
"Iya ibu, sama-sama, saya hanya membantu semampu saya" Jawab Dania sambil menatap anak kecil tersebut. Tidak lama ibu tersebut di panggil oleh seorang perawat untuk menyelesaikan biaya administrasi, namun semua sudah selesai di lunasi karena pihak keluarga yang menabrak sudah ada disana sebelum ibu tiba di bagian administrasi.
Tinggalah Dania sendiri disana, dia menatap erat anak kecil yang tertabrak betapa khawatir Dania karena takut terjadi sesuatu pada anak kecil tersebut, suasana rumah sakit sepi karena sudah malam, tidak lama ibu tersebut datang dengan seorang laki-laki. Iya itu adalah suami dari ibu tersebut, suaminya baru datang dari luar kota mendengar apa yang terjadi pada istri dan anaknya suami tersebut langsung bergegas pulang demi keluarganya.
Karena suami dari ibu tersebut sudah ada, maka Dania bergegas untuk pamit pulang. Daniapun keluar ruangan dan berjalan seorang diri menuju pintu keluar sambil di penuhi rasa ragu untuk pulang, khawatir sudah tidak ada angkutan umum, ketika ia berjalan tiba-tiba sosok yang tak asing terlihat sedang duduk di tempat menunggu, sosok yang selalu muncul tiba-tiba ketika Dania kesulitan, sosok yang tiba-tiba ada ketika Dania membutuhkan seseorang, karena hari sudah malam pandangan Dania kurang jelas untuk melihat siapa sosok tersebut apakah benar sosok yang di maksud, dia melangkah dan terus mendekati, ternyata betul, dia adalah sosok yang Dania kenali, Dhika, Dhika sedang menunggu Dania disana, dia menunggu sampai Dania keluar ruangan.
"Kakak...?" Dania memanggil dengan suara pelan, karena saking lelahnya."Iya ibu, sama-sama, saya hanya membantu semampu saya" Jawab Dania sambil menatap anak kecil tersebut. Tidak lama ibu tersebut di panggil oleh seorang perawat untuk menyelesaikan biaya administrasi, namun semua sudah selesai di lunasi karena pihak keluarga yang menabrak sudah ada disana sebelum ibu tiba di bagian administrasi.
Tinggalah Dania sendiri disana, dia menatap erat anak kecil yang tertabrak betapa khawatir Dania karena takut terjadi sesuatu pada anak kecil tersebut, suasana rumah sakit sepi karena sudah malam, tidak lama ibu tersebut datang dengan seorang laki-laki. Iya itu adalah suami dari ibu tersebut, suaminya baru datang dari luar kota mendengar apa yang terjadi pada istri dan anaknya suami tersebut langsung bergegas pulang demi keluarganya.
Karena suami dari ibu tersebut sudah ada, maka Dania bergegas untuk pamit pulang. Daniapun keluar ruangan dan berjalan seorang diri menuju pintu keluar sambil di penuhi rasa ragu untuk pulang, khawatir sudah tidak ada angkutan umum, ketika ia berjalan tiba-tiba sosok yang tak asing terlihat sedang duduk di tempat menunggu, sosok yang selalu muncul tiba-tiba ketika Dania kesulitan, sosok yang tiba-tiba ada ketika Dania membutuhkan seseorang, karena hari sudah malam pandangan Dania kurang jelas untuk melihat siapa sosok tersebut apakah benar sosok yang di maksud, dia melangkah dan terus mendekati, ternyata betul, dia adalah sosok yang Dania kenali, Dhika, Dhika sedang menunggu Dania disana, dia menunggu sampai Dania keluar ruangan.
Dhika yang mulanya menunggu dengan wajah panik kini menghampiri Dania dengan sikap yang tenang.
"De Nia, kamu ga kenapa-kenapa?" Tanya Dhika sambil memberikan jaket yang dia pakai di pindahkan ke pundak Dania.
"Gak kenapa-kenapa kak, Dania hanya haus. hhihi " Jawab Dania sambil tersenyum.
"Syukurlah, iya, ini kakak bawakan teh manis hangat dan kebab, kakak yakin kamu pasti lapar de." Jawab Dhika sambil memberikan makanan dan minuman tersebut, Dania pun langsung menerima kebab dan teh yang di belikan Dhika, dan mereka bergegas menuju mobil untuk segera pulang.
Saat di dalam mobil, Dania menceritakan hal yang baru ia alami tadi siang, sambil memakan kebab pemberian Dhika, Dhika pun memberikan tanggapannya dan mengapresiasi sikap tanggap Dania saat menolong korban kecelakaan tadi siang.
Sesaat sebelum mereka sampai di rumah Dania, Dhika berbicara sesuatu yang membuat Dania khawatir, " De, mungkin untuk beberapa hari ke depan kita tidak bisa bertemu, kakak harap kamu bisa lebih mandiri dan berjaga diri ya?." Pinta Dhika.
"Loh, kok kakak bicara seperti itu? Kakak selalu bicara akan meninggalkan Dania, selama ini juga Dania melakukannya sendiri tanpa meminta, tapi kakak selalu ada saat Dania membutuhkan seseorang! Kenapa sekarang kakak bicara seperti itu? seolah Dania yang meminta bantuan kakak selama ini?!" Dania bicara dengan sedikit marah karena perkataan Dhika membuatnya tidak nyaman.
"Iya De, walau De Nia tidak minta, kakak selalu hadir membantu De Nia, kakak khawatir jika besok atau lusa De Nia menunggu kakak, kakak tidak datang, De Nia menjauhi kakak." Jawab Dhika mencoba menenangkan Dania.
"Pasti ngga lah kak, untuk apa Dania menjauhi kakak, Dania ini sudah dewasa, malah kalo kakak mau pergi ke luar negeri pun Dania tidak melarang! Pergi saja sana, Dania tidak mau merepotkan banyak orang!" Jawab Dania dengan nada tinggi namun di sisi lain hatinya merasa sedih.
Mobil pun berhenti tepat di depan rumah Dania.
"Selama ini, Dania sudah senang kakak selalu ada, dengan kakak bicara seperti itu, seolah kakak yang mau meninggalkan Dania, tapi jangan khawatir kak, Dania pasti mandiri, Dania tidak akan mencari kakak, terimakasih untuk hari ini dan bantuan hari sebelumnya kak, Dania pamit pulang dulu!" Ucap Dania menahan air matanya.
Kemudian Dania keluar mobil, tanpa menoleh ke belakang dan masuk ke dalam rumah sambil menutupi rasa sedihnya, padahal saat itu Dhika menunggu Dania untuk berbalik badan.
Entah mengapa suasana malam itu membuat Dania sedih, yang seharusnya dia merasa senang karena Dhika selalu ada saat Dania kesulitan, setelah Dhika bicara seperti itu Dania merasa kehilangan.
Dania yang masih ragu akan perasaan yang muncul mencoba menenangkan diri, tanpa ia sadari ternyata Dhika masih menunggunya di luar rumah, menunggu Dania keluar.
Bahagia yang kurasa tidaklah kekal
Nyatanya hanya sekejap mata
Entah harus tertawa atau bersedih
Entah harus menepi atau menikmati
Dan entah harus meninggalkan atau menyayangi
Batinku sudah mulai merasa beda
Dia yang selalu ada
Membuat diri bersuka
Bagai terbang bebas di angkasa
Tapi, ketika semua direnggut
Aku tak bisa lagi terpaut
Hatiku menangis, meringis
Tak mampu ucapkan jangan pergi
Karena aku bukanlah anak yang di tinggal induknya
Bukan juga ranting yang di tinggal daunnya
Apalagi lautan yang di tinggalkan karang
Namun dari semua yang dirasa, hatiku mulai terbiasa
Dan tak ada lagi tanda tanya
Bahwa aku sudah mulai suka...
(Bersambung...)
Comments
Post a Comment