Dania - My Guardian (Cerbung ke-10)

Ketika kamu bersedih
Maka disekitarmu seakan mengerti
Hujan turun seolah tangisan sang langit
Musik sendu seolah gambaran hati
Angin berhembus seakan merelakan
Kakimu yang biasa tegak berdiri
Akan segera terhenti
Sang lelah meraja hati
Menusuk hingga relung ujung

Tarikan napasmu akan semakin sesak 

Tangis kecilpun tak kau indahkan
Menahan sedih yang bersarang

Sesekali menarik dedaunan
Selanjutnya menendang kerikil
Adakah pelindung saat ini?
Yang bisa menarik dari dalamnya kepedihan


Dania yang kala itu sedang duduk di taman kampusnya, tiba-tiba di hampiri oleh wali dosennya. 

"Dania?" Panggil wali dosennya.
"Iya bu? Sini bu mari duduk, ada apa ya bu? Tanya Dania sambil menggeserkan badannya.
"Dua hari yang lalu ibu di hampiri oleh salah satu mahasiswa di kampus ini, dia datang beserta ibunya, untuk memberikan ini pada Dania, dia mahasiswa fakultas hukum mungkin dia kenal dengan Dania, kebetulan ibu dari mahasiswa tersebut sahabat ibu, jadi ibu memberi ini pada Dania." Ucap wali dosen sambil memberikan sepotong kain batik yang sangat cantik dan beberapa bungkus kue berbagai bentuk dan jenis.
"Siapa bu?? tapi Dania tidak punya teman Fakultas Hukum bu.." Jawab Dania sambil terpaksa menerima pemberian tersebut. 
"Ibu lupa siapa namanya, Revi, Fey, atau siapa gitu.. Yasudah yang penting ibu sudah memberikan ini pada Dania ya. Ibu mau langsung kembali ke ruangan ibu." wali dosen tersebut kemudian pamit. 
"Iya bu, terimakasih ya bu, maaf sudah merepotkan." Jawab Dania. 
Kemudian ibu wali dosen tersebut pergi, perlahan Dania membuka bungkusan itu, di dalam bungkusan tersebut terdapat surat, bahwa dirinya meminta maaf karena tiga bulan yang lalu sempat memarahi Dania karena Dania di jemput Teya teman terkenalnya yang membuat suasana kampus menjadi ramai sebagai tanda minta maaf, dalam surat tersebut juga dia menjelaskan bahwa dia sudah menyelesaikan tanggung jawabnya karena sudah menabrak orang lain yang di tolong oleh Dania setelahnya, dalam surat tersebut juga tercantum nama seseorang, "Fery" iya nama orang tersebut Fery.
"Oh, si ketua BEM itu Fery namanya,d ia baru keluar dari penjara sepertinya!"  Dania bicara sendiri sambil memasukkan semuanya pada tas ranselnya dan sebagian kue di jinjing nya menggunakan kantung plastik.
Saat ini  Dania sedang menunggu jadwal kuliah sore nya, maka Dania memilih untuk berdiam di kampus mendengar musik, dan membaca buku. 
Sejenak ia berhenti membaca, ketika musik di telinganya menggambarkan suasana sedih, wanita tomboy seperti Dania juga bisa begitu perasa ketika mendengar musik yang membawanya ke dalam suasana sedih, tiba-tiba Dania memikirkan seseorang, iya sudah tiga bulan Dhika tak muncul di hadapannya. Lagi-lagi hal ini bisa terjadi pada sosok tomboy Dania, merasa kehilangan Dhika, yang biasa muncul tanpa di minta, selama tiga bulan ini Dania selalu melanggar permintaan Dhika, Dhika yang melarangnya untuk tidak berjalan di bawah hujan, tidak pulang malam, jangan biasa sendiri untuk pergi ke tempat yang baru, semua Dania langgar, karena Dania berpikir waktu-waktu sebelumnya saat Dania melakukan hal tersebut Dhika selalu muncul tiba-tiba sebagai penyelamat dan Dania berharap Dhika bisa muncul saat itu, namun benar, kata-kata Dhika bahwa dirinya tidak bisa menjaganya itu benar. Sesekali Dania ingin meneleponnya atau mengirim pesan di ponselnya, namun rasa malu dan gengsi Dania masih cukup besar untuk memulai, Dania menunggu Dhika yang menghubungi Dania lebih dulu.
Sambil memikirkan sosok Dhika, Dania memainkan handphone-nya, dia buka media sosialnya (medsos), saat membuka beranda, Dania di buat terkejut oleh sebuah Foto yang di posting salah satu temannya yang ia sendiri tidak tahu siapa namanya tersebut. Sedikit badan Dania terasa lemas ketika melihat Foto tersebut, ya ada Dhika di Foto tersebut, bersama teman media sosialnya Dania. Bukan, bukan foto Dhika menikah, bukan juga foto Dhika bertunangan atau sedang liburan bersama teman medsosnya Dania tersebut, tapi nampak jelas di Foto tersebut Dhika sedang terbaring di sebuah kasur, di kanan kirinya terdapat teman-teman Dhika berjumlah 5 orang, pada Foto tersebut juga jelas bahwa itu bukan foto di dalam rumah biasa, namun di rumah sakit, saat melihat lokasi foto tersebut lokasinya berada di Jerman. Dania langsung melepas pendengar suara telinga yang ia pakai, mungkin itu alasan mengapa Dhika bicara tidak bisa menjaga Dania untuk beberapa hari.
 "Bukan beberapa hari ini kalo kaya gini! tapi beberapa bulan!!" Dania berbicara sendiri lagi, terlihat kesal di wajahnya, namun terasa sedih di hatinya.

Dhika yang selalu ada, belum bisa membuat Dania selalu ada untuk Dhika, entah perkataan maaf atau apa yang harus di ucapkan Dania pada Dhika jika kelak bertemu, perasaan rindu ingin bertemua tiba-tiba berubah menjadi perasaan malu jika bertemu. 

Esok harinya..
Dania masih terlihat lemas, mungkin karena semalaman tidak bisa tidur memikirkan sosok yang membuatnya merasa malu saat ini, rasa khawatir, sedih, marah, bercampur aduk dalam hati Dania. Ini bukan hari pertama Dania tidak bisa tidur, namun ini adalah orang pertama yang membuat Dania memikirkannya hingga tak bisa tidur,
Hari ini Fakultas Kedokteran sedang diliburkan karena semua Dosennya harus mengikuti seminar di luar kota, maka dari itu Dania terlihat santai hari ini.
"Dania, ayo bangun, ini ada undangan de!" Panggil ibu Dania. Dania pun bergegas keluar kamar dan segera mengambil undangan.
"Siapa yang memberi undangan bu?" Sambil Dania membuka undangan tersebut.
"Tadi undangan tersebut tergeletak depan pintu De" Jawab mamah Dania.
Daniapun duduk dan langsung membaca undangan tersebut, 
"Ooooohhhh" Ucap Dania bukti mengerti. 
"Apa isi suratnya de?" Tanya ibu.
"Ini bu, undangan pernikahan teman Dania! ternyata kain batik yang di berikan teman Dania itu untuk ini bu, supaya Dania menghadiri acaranya bu!" Jawab Dania.
"Oh gitu De, yasudah langsung kamu jahit saja kainnya, sana siap-siap ke tukang jahit, kan perlu jalan jauh untuk ke tukang jahit!" Saran ibu Dania.
"Tenang bu, kan ada mas Ridwan dan bapak, jadi Dania bisa di antar salah satunya, hhehe" Pinta Dania.
"Tidak bisa De, mas kan sudah mulai bekerja karena ada proyek, bapa kan kerja, ini bukan hari libur De.." Jawab ibu.
"Oh iyaa, Dania lupa buuu, maafkan.." sambil memasang muka bersalah.
Kemudian Dania kembali ke kamarnya, untuk segera mandi dan bersiap-siap, dengan stelan kaos tangan pendek, celana jeans dan topi serta jaket yang di ikat di pinggangnya, pertanda Dania siap berangkat.
"Bu, Dania pergi dulu ya bu, hari ini Dania ijin pulang telat ya bu, mau main dulu, hhehe" Ucap Dania.
"Iya, hati-hati ya, jangan pulang terlalu malam ya De." Pinta ibu.
"Siap bu", Jawab Dania.
Kemudian Daniapun keluar rumah, karena di daerah rumah Dania tidak di lalui angkutan umum, maka Dania perlu berjalan terlebih dahulu, saat itu hari sedikit teduh, sehingga Dania tidak kepanasan ketika berjalan, tibalah Dania di tukang jahit dan menyerahkana kain batik yang dia bawa untuk di jahit, selanjutnya Dania  berjalan menuju shelter bus, sesampainya di shelter bus ia langsung menaiki bus yang baru tiba.
Didalam bus, Dania terus memikirkan Dhika, rasanya ingin menjenguknya namun sepertinya tidak mungkin karena di luar negeri, ingin kerumahnya barang kali sudah pulang, namun Dania tidak tahu rumahnya.
Sambil menatap ke jendela dan melamun Dania tersentak dengan mobil yang melaju tepat di sisi bus, dari dalam bus Dania menatap keluar jendela nampaknya Dania mengenal mobil tersebut, namun ia hiraukan.
Dania bingung mau kemana ia berjalan, karena langit sudah mulai mendung, ia sempat berpikir akan pulang namun sepertinya hari ini dia perlu hiburan, Daniapun berhenti tepat di sebuah Mall, berjalan seorang diri nampaknya sudah sering ia lakukan, maka tak jadi sesuatu yang canggung ketika ia berjalan di dalam Mall, sambil berkeliling, langkah Dania terhenti sepertinya ia sedikit tertarik dengan tempat di hadapannya, yaa bioskop, setelah sholat Ashar Dania ingin mencoba menonton film di bioskop, terakhir kali Dania menonton dengan Shifa sahabatnya, namun karena kini Shifa sudah meninggal Dania tiba-tiba rindu suasana tersebut maka di pilihlah bioskop sebagai bentuk mengenang sahabatnya tersebut.
Dania tertuju pada satu film roman, dari cover filmnya sepertinya menarik, maka Dania memilih film tersebut. Karena film tersebut di mulai 20 menit lagi, maka Dania duduk terlebih dahulu di sofa yang disediakan. Saat itu Dania merasa tidak nyaman, karena dia sadar bahwa ada laki-laki yang mengikuti Dania sedari Dania di dalam bus, dan kini laki-laki tersebut duduk tepat berhadapan dengan Dania.
Dania mencoba untuk berpikir positif, ia buang jauh-jauh curiganya, setelah 15 menit menunggu Daniapun memasuki Studio 1, studio yang menayangkan film pilihan Dania. Dania tidak memperhatikan bahwa laki-laki yang Dania curigai masuk ke studio yang sama. 
Dania duduk di barisan ketiga dari atas, dan di kursi nomor 10, laki-laki yang mengikuti Dania duduk lebih dulu di barisan yang sama di kursi nomor 13.
Sambil memakan popcorn dan meminum minuman softdrink, Dania sangat menikmati film yang dia pilih, namun setelah film selesai Dania merasa sedih kembali ketika  mengingat bahwa Dhika tidak muncul tiba-tiba seperti biasa. Setelah Dania sholat Maghrib, Dania tidak sadar bahwa di luar Mall hujan deras dan langit mulai gelap pertanda malam, terpaksa Dania menembus hujan, untung Dania membawa payung di dalam tas ranselnya. Dania pun pergi menuju shelter bus dan menunggu bus tiba.
Setibanya di shelter bus, banyak orang yang juga sedang meneduh, Dania yang asyik dengan musik di handphone-nya menghiraukan keadaan sekitar. Tiba-tiba Dania merasa ada yang sedang menggerakan tas ranselnya, dalam hati Dania sudah berpikir sepertinya ada yang tidak beres, Dania pun membuka topinya perlahan dan membalikkan badannya dengan cepat, dengan reflek Dania memukul orang di belakangnya dengan topi dan ternyata benar, itu laki-laki yang mengikuti Dania dari awal, dia membawa senjata tajam, isi tas Dania semua keluar karena robek pencuri tersebut memakai pisau. Semua orang di sana teriak rambut Dania di jambak dari belakang, pisau tajam tepat di depan leher Dania.
"Semuanya jangan ada yang bergerak kalo tidak nyawa anak ini taruhannya!!" Teriak penjahat tersebut.
Namun beberapa orang yang berteduh sudah sebagian keluar, tinggal ada 9 orang disana, 5 laki-laki dan 4 perempuan termasuk Dania. 
Dania hanya mampu menangis menahan sakit karena rambutnya yang di tarik kencang penjahat, dalam hati Dania ia takut bahwa pisau tersebut di tusukkan ke pada dirinya, Dania yang tomboy tersebut seketika itu tidak bisa berpikir jernih, semua orang disana hanya terdiam dan ketakutan.
Tanpa sadar tangan kanan Dania berdarah, ternyata saat berbalik badan tadi tangan Dania terkena pisau tajam tersebut ketika mengangkat topi untuk memukul penjahat tersebut.
Tiba-tiba datang seorang laki-laki yang muncul dari belakang penjahat, dengan pakaian basah kuyup dia membawa tongkat dan memukul penjahat tersebut. penjahat tersebut sempat terjatuh namun ketika ia terjatuh Dania di dorong sekuatnya hingga keluar shelter, pakaian Dania basah kuyup, lengan atas kiri Dania berdarah, bajunya sobek, dia menangis di bawah hujan.
Penjahat tersebut terjatuh sambil memegang lehernya yang sakit karena di pukul tongkat kayu,  penjahat tersebut bangun dan memainkan pisaunya dan mencoba untuk menusuk laki-laki tersebut, setiap kali penjahat bersiap menusukkan pisau ke arahnya, laki-laki tersebut menghindar dengan cepat, ketika laki-laki tersebut mencoba melihat keadaan Dania di luar shelter, tiba-tiba saja datang dari arah depan penjahat tersebut bergerak menusukkan pisau ke bagian perutnya, laki-laki itu segera bergerak, alhasil pisau yang mulanya di tujukan ke perut laki-laki tersebut, meleset sehingga menyobek tangan kiri bagian dalamnya, laki-laki tersebut menahan sakit, namun kejadian tersebut tidak di biarkan begitu lama, polisi yang sebelumnmya sudah di hubungi laki-laki tersebut sudah tiba, kemudian polisi menangkap penjahat tersebut.
Dania yang menahan sakit tidak sempat melihat siapa laki-laki yang menyelamatkannya tadi, karena Dania langsung di bantu berdiri oleh orang sekitar dan di bawa meneduh, perlahan orang di sekitar pergi, Dania menahan sakit yang amat dalam, dia tidak berpikir bahwa dirinya akan mengalami hal seperti itu.
Kemudian laki-laki yang menolong Dania turun dari Shelter dan berjalan menuju Dania dengan jaket yang di lipat di pundaknya, membawa topi Dania beserta barang-barang Dania yang berserakan di lantai.
Kaki laki-laki itu terus berjalan  ke arah Dania, pakaian basah yang ada pada tubuh laki-laki tersebut di hiraukannya. Dania yang hanya mampu meringis menahan sakit, memperhatikan langkah kaki yang sedang menuju ke arahnya, ketika Dania menatap wajah laki-laki tersebut tanpa sadar air matanya menetes di pipinya, laki-laki tersebut terus melangkah perlahan ke arah Dania, semakin dekat dengan Dania, tangis Dania semakin kencang. Tangan kiri bagian kiri laki-laki tersebut terus mengeluarkan darah, namun rasa sakit yang ia rasakan di hiraukannya, melihat Dania yang kesakitan itu jauh lebih menyakitkan untuknya. Dania yang hanya memegang lengan kiri atasnya tersebut terus menangis, suara tangisnya hampir tak terdengar karena hujan yang semakin deras.
Ketika laki-laki tersebut berdiri tepat di hadapan Dania, ia memakaikan topi Dania di kepala Dania.
"Lain kali jangan berjalan sendiri ketika hujan, apalagi jika sudah malam." Senyum tipis tersebut tersungging di bibir laki-laki tersebut, ia segera memakaikan jaket yang berada di pundaknya kepada Dania.
Dania tidak mampu berkata banyak, dia hanya mampu menatap laki-laki itu dengan mata menangis seperti anak kecil, laki-laki yang sudah lama tidak dia temui, kini bagai kembali pada pekerjaan semulanya, menjaga dan melindungi Dania, yaa laki-laki itu adalah Dhika. Dhikapun merangkul Dania dan berjalan menuju mobilnya, kaki Dania terkilir sehingga harus di bantu ketika berjalan. Mereka berduapun masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil tak ada satupun yang bicara, Dania yang saat itu masih tidak menyangka bahwa laki-laki yang menyelamatkan Dania itu adalah Dhika, laki-laki yang mulanya Dania pikirkan masih di luar negeri. Tanpa sepengetahuan Dania, Dhika membawa mobilnya menuju puskesmas terdekat. Setelah keduanya meminta dokter yang berjaga untuk membersihkan dan membalut lukanya, mereka berdua bergegas pulang. Hari sudah semakin malam, namun Dhika mendengar suara aneh di dalam mobil, ternyata suara tersebut bersumber dari perut Dania.
"Belum makan ya De?" Tanya Dhika.
"Iya kak.." Jawab Dania tersipu malu. 
"Yaudah, kali ini jangan menolak, kita makan ya, kakak dah hubungi orang rumah juga supaya ngga khawatir." Ajak Dhika.
"Ibu bapa Dania sudah tau kak kejadian hari ini?" Tanya Dania kaget.
"Belum, kakak tidak mau ikut urusan De Nia, tadi kakak hanya mengabarkan Mas Ridwan kakakmu, biar nanti saja De Nia yang menjelaskannya ya, sengaja kakak tidak menceritakannya supaya tidak lebih khawatir, setidaknya mereka tau kalo De Nia bersama kakak, De Nia aman." Jawab Dhika sambil tersenyum.
"Hmm, syukur kalo begitu...." Daniapun menghembuskan napasnya tanda bahwa ia tenang mendengarkan jawaban Dhika.

Setelah perbincangan tersebut, mereka kembali terdiam sampai ke tempat tujuan mereka. Sesekali Dhika menatap Dania dan tersenyum, begitupun juga dengan Dania dia terlihat senyum senang dan tenang ketika menatap sosok di sampingnya, dalam hatinya ia berkata.
Penjagaku, akhirnya di dekatku.


(Bersambung...)

Comments

Popular Posts