Dania - Sahabat yang Hilang (Cerbung ke-7)


Hari ini adalah hari pertama Dania belajar di bangku kuliah, setelah sebelumnya mengikuti Masa Perkenalan di tempat kuliahnya, Dania yang masih menjadi Mahasiswa Baru itu masih malu-malu dan sulit untuk mencari teman, karena ia masuk di Fakultas Kedokteran dengan jalur beasiswa, sedang semua temannya dari kalangan menengah ke atas membuat dirinya minder dengan temannya.
Sejenak Dania mengingat temannya dulu di bangku Sekolah, Shifa namanya. Setelah bangkrut usaha ayahnya, Shifa tak bisa melanjutkan belajar di bangku kuliah.
Dania bermaksud untuk menjenguknya nanti sepulang kuliah, karena merasa rindu yang tidak tertahankan pada sahabat yang sangat mengerti dia.

Tibalah waktu pulang, dengan kendaraan umum Dania bergegas pulang dan menjenguk Shifa, setibanya di rumah Shifa, Dania di sambut dengan pelukan hangat dari sahabatnya itu.
"Hai Dania, aku dengar kamu ke terima di Fakultas Kedokteran? Aku ikut senang!" Tanya Shifa.
"Itu hanya faktor keberuntungan Shif, dan aku sangat bersyukur bisa masuk Fakultas tersebut!" Jawab Dania.
Mereka pun langsung masuk ke dalam kamar Shifa, dan mulai berbincang melepas rindu. 

"Gimana kabar ibu dan bapak mu Dan? Kakakmu gimana?" Tanya Shifa.
"Alhamdulillah sehat Shif, kalo bapa ya begitu karena faktor usia, jadi sudah mulai terlihat lelah, kalo kakak ku sekarang sudah  mulai kerja di perusahaan kontraktor Shif, bagaimana dengan ibu dan ayah mu?" Tanya Dania.
"Syukur kalo gitu aku turut senang mendengarnya, ibu dan ayah sekarang mulai  merintis usaha dari awal lagi Dan, doakan saja semoga lancar ya Dan." Jawab Shifa.
"Oh iya? wah aku ikut senang Shif mendengarnya" Jawab Dania.
Sejenak semua terdiam, dan keduanya saling  berbincang lagi, mengenang persahabatan mereka, ketika Dania susah dalam hal keuangan Shifa selalu membantu, ketika Shifa sulit dalam belajar, Dania selalu membantunya juga.
Tak terasa hari sudah mulai malam, Dania pun bergegas untuk pulang ke rumah.
"Shif, kayanya udah malem, aku pulang ya?" Tanya Dania.
"Iya Dan, kita terlalu asik ya. Ya udah sekarang kamu siap-siap ya Dan, aku mau ambil sesuatu dulu" Jawab Shifa.
"Ada apa Shif? Jangan merepotkan seperti itu!" Jawab Dania.
Kemudian Shifa memberikan sesuatu pada Dania.
"Ini Dan, buat kamu, maaf ini terlalu mendadak, aku harap kamu dateng ya!" Ajak Shifa.
Dania kaget, dan entah harus bicara apa, ternyata yang di berikan pada Dania itu adalah undangan pernikahan Shifa, ya Shifa sahabatnya akan menikah, dengan pengusaha muda.
"Shif, kenapa kamu mendadak seperti ini? Apa kita masih bisa bersama setelah kamu menikah nanti?" Tanya Dania.
"Entahlah Dan, aku pasti mengikuti kemauan suami ku kelak nanti." Jawab Shifa.
Wajah berseri-seri Dania pun lenyaplah, sahabat yang dulu ia banggakan dan yang paling mengerti itu, kini akan menikah dengan orang lain,yang Dania sendripun tidak tahu siapa oranganya.
"Shif, saya mulai merasa ada sesuatu yang hilang, ketika mendengar ini. Sepertinya saya harus segera pulang, Assalamualaikum Shif" Kemudian Dania pergi dengan tubuh lemas, kaki yang ia langkahkan tidak terasa menapak, sampai  tak sadar Dania sudah tiba di depan rumahnya.
Semalaman Dania tidak bisa belajar, setelah ia merasa sendiri di tempat belajar yang baru yaitu kuliahnya, kini dia mulai merasa sendiri dalam dirinya, karena Shifa akan menikah, ibu dan bapak Dania melihat Dania seperti itu mencoba untuk mengerti, karena persahabatan Dania sangatlah dekat, teringat waktu Dania semasa sekolah selalu bersama-sama, kini tinggal kenangan, karena semua akan berubah. Sejenak Dania melihat lagi ke undangan pernikahan Shifa, hanya tinggal 2 minggu lagi pernikahan akan dilaksanakan, mau bagaimanapun Dania harus memanfaatkan sisa waktu sebelum Shifa di nikahi. Setelah berpikir lama, Dania bermaksud akan mengajaknya pergi ke suatu tempat yang indah, dimana Dania dan Shifa belum pergi sebelumnya ke tempat tersebut, Dania akan mengajak Shifa pergi pada akhir pekan ini karena hanya ada satu hari libur yang dapat ia manfaatkan untuk bersama-sama dengan Shifa. Dania pun langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Shifa.
"Hallo, Assalamualaikum, Shif minggu ini kamu kosongkan waktu ya, aku ingin mengajak kamu ke suatu tempat, sebelum aku merasa kehilangan kamu", kemudian Dania langsung menutup teleponnya, tanpa mendengar jawaban dari Shifa. Shifa yang hanya mendengar mulai merasakan hal yang sama dengan Dania, dalam hati Shifa mulai merasa bahwa dirinya akan terpisah dengan Dania.

Akhir pekan pun datang, pukul 5 pagi, Dania sudah menyiapkan segala sesuatu, bekal makan, minum, payung, dan lainnya sudah ia masukkan ke dalam ranselnya, dengan celana bahan hitam, baju kaos lengan panjang berwarna biru langit, sepatu tali berwarna abu, dengan gaya rambut di ikat satu dan topi di kepalanya tanda ia sudah siap berangkat.
Dania pun pamit pada ibunya dan segera berangkat, Dania berangkat menggunakan kendaraan umum, karena Kakaknya Dania Mas Ridwan sedang pergi sehingga tidak ada yang mengantar Dania. Setibanya di rumah Shifa, Shifa pun sudah rapi dan siap dengan menggunakan celana jeans dan kemeja kotak, flat shoes, dengan rambut di urai.
"Dah siap? Yuk berangkat!" Dania yang tomboy pun segera mengajaknya pergi. Mereka menggunakan bus selama perjalanan, Shifa pun selalu bertanya kemana Dania akan mengajaknya pergi, namun Dania tidak memberitahunya, sepanjang jalan mereka terus bercerita dan bercanda, waktu menunjukkan pukul 8 pagi, akhirnya mereka berdua sampai di terminal pemberhentian terakhir.
"Dimana ini Dan?" Tanya Shifa.
"Udah kamu ikut aja, pasti ga akan nyesel!" Jawab Dania.
Kemudian mereka berdua pun melanjutkan perjalanan dengan menggunakan mobil Angkutan Desa, di dalam angkutan desa tersebut banyak warga yang melihat penampilan Dania dan Shifa, mereka terlihat mencolok di bandingkan dengan penumpang yang lain yang berpenampilan sederhana.
Udara sejuk pun mulai terasa, dingin menusuk tulang merupakan hal yang tak biasa untuk Dania dan Shifa yang tinggal di kota, mereka berdua pun segera memakai jaket agar terasa hangat. Sampailah mereka di pemberhentian terakhir dan mereka berduapun turun.
"Kemana lagi sekarang Dania???" Tanya Shifa. Dania pun mengeluarkan peta petunjuknya.
"Di peta sih tinggal bentar lagi Shif, kita tinggal jalan!" Jawab Dania.
Perjalanan mereka yang jauh tidak terasa lelah, karena keduanya larut  dalam suasana, seolah itu adalah hari terakhir bersama, tak terasa mereka berdua sampai di tempat yang di tuju.
Ya, Sebuah padang hijau yang luas, di kelilingi bukit-bukit yang indah, warna warni bunga di sekeliling dan danau besar di hadapannya membuat mereka terkagum-kagum dan bersyukur atas nikmat keindahan yang ada di hadapannya.
"Dan, serius ini adalah tempat yang indah banget!!! hmmm,, wangi rumputnya, hembus anginnya, pemandangannya, ini indah banget Dan!" Shifa terkagum-kaguim.
"Iya Shif, aku pun tak menyangka ada tempat seindah ini.!" Jawab Dania.
Merekapun segera menggelar tikar yang di bawa, dan menata semua bawaannya dari mulai makanan dan minupan semua di hidangkan, saat itu langit cerah, tidak akanturun hujan sepertinya. Mereka berfoto, bernyanyi, bercerita keluh kesah mereka, tanpa melupakan ibadahnya.
"Dan, tempat seindah ini, ga mungkin bisa aku lupain, makasih udah selalu ngasih kebahagiaan untuk aku, baik keadaan ku sedang terpuruk kamu selalu ada di sisi aku!"
"Iya Shif, gak tau kenapa dari semalem aku cari referensi tempat mana yang indah, buat momen terakhir bareng kamu, gak tau kenapa aku ngerasa kalo kita ga mungkin bisa kaya gini lagi jalan-jalan lagi kalo kamu udah nikah nanti!" Dania pun mulai bersedih.
Kemudian mereka semua terdiam sambil menikmati hembusan angin di sisi danau. Danau yang memantulkan bayangan awan di langit nampak indah, seolah menggambarkan persahabatan mereka yang sudah di mulai dari usia 9 tahun. Dari kecil Dania dan Shifa selalu bersama, berpetualang bersama, sampai mereka menduduki bangku SMP, saat di bangku SMA mereka mulai mengurangi bermain keluar karena sibuk tugas sekolah, dan hari ini lah untuk pertama kalinya mereka melakukan perjalanan jauh bersama lagi seperti waktu kecil dulu.
"Shif, kalo kamu udah nikah nanti, apa kamu bakal tetep seperti ini? bisa jalan-jalan seperti ini?" Tanya Dania.
"Keinginan aku seperti itu Dan, tapi aku pasti lebih mengikuti izin dari suamiku kelak!" Jawab Shifa.
"Iya sih Shif, aku juga baca buku kaloudah nikah istri itu wajib taat sama suaminya!" Jawab Dania.
"Kamu, kalo nanti aku ga ada, jangan selalu sendiri ya Dan, kamu harus bisa sibukkin diri kamu, tapi jangan terlalu capek juga, inget kamu kan gampang sakit, oh iya walaupun kamu suka air hujan, jangan terlalu sering hujan-hujanan ya,hhehe" Shifa mulai mencarikan suasana. Namun Dania menutup telinganya seolah tanda bahwa Dania tak mau mendengarkannya. "Kalo kamu ngomong kaya gitu, dada aku semakin sesek, gak tau kenapa kalo ini adalah hari terakhir aku bareng kamu, sebelum kamu nikah minggu depan" Ucap Dania.
Shifa pun langsung memeluk Dania dengan erat, tanpa sadar mereka berdua meneteskan air mata, menangis tersedu seolah hari itu adalah hari terakhir bersama. Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, dan waktunya mereka untuk pulang.
Hari demi hari berlalu tibalah di hari yang paling Shifa nantikan, ya, itulah hari pernikahannya, namun ada yang berbeda pada hari itu, Shifa nampak cantik dengan gaun putih dan jilbab menutupi rambutnya, pernikahan sederhana itu di hadiri oleh banyak teman Shifa dan teman suaminya.
Dania pun hadir di pernikahan Shifa seorang diri, karena ibu dan bapak Dania tidak bisa hadir, Mas Ridwan kakak Dania pun sedang ada tugas dari tempat kerjanya, hari itu Dania datang dengan kemeja lengan panjang dengan rok hingga lutut, sederhanan namun elegan, Dania menguatkan dirinya untuk hadir di pernikahan Shifa, Dania pun kagum setelah melihat penampilan Shifa yang sudah mulai menutup auratnya, saat itu Shifa dan suaminya sedang tidak di panggung pelaminan keduanya berpencar menyapa temannya, Dania pun menghampiri Shifa.
"Hey Shif, kamu cantik hari ini, terlihat dewasa dan anggun" sapa Dania.
"Daniaaa, aku kira kamu ga dateng, aku udah nunggu kamu dari tadi!!" Ucap Shifa.
"Selamat yang Shif, semoga pernikahanmu selalu berkah ya!"
"Makasih banyak ya Dan, mana ibu bapa Dan? ga hadir ya? tanya Shifa.
"Iya, ibu dan bapak sedang ada keperluan Shif, mereka menitipkan salam untukmu Shif." Jawab Dania.
"Wa'alaikum salam, salam balik untuk ibu dan bapak ya Dan!!" Jawab Shifa.
Ketika sedang asyik berbicara suami Shifa pun memanggil Shifa, Shifa harus berganti pakaian karena sudah waktunya mengganti kostum pernikahan dengan warna yang berbeda. Ketika Shifa mengganti pakaiannya, Dania bergegas untuk pulang. Dalam benaknya ia merasa entah harus bahagia atau merasa kehilangan. Tak lama Dania pulang, Shifa pun selesai berganti pakaian, melihat Dania sudah tidak ada Shifa pun kembali ke panggung pelaminan, karena acara pernikahan di laksanakan sampai malam, Shifa tidak sempat mengabari Dania. Dania pun tidak ingin mengganggu hari bahagia Shifa, sehingga Dania tidak mengabari Shifa.
Hari berganti hari, ketika Dania mengirim pesan pada Shifa, entah mengapa Shifa tak membalas, Dania menelepon pun nomor Shifa tidak aktif, Dania mecoba menghubungi via media sosial  namun tak ada tanggapan dari Shifa, seolah pertanda Shifa tak ingin di ganggu oleh Dania.
Dania mulai mencoba tidak menghubungi Shifa, sebulan, dua bulan, tiga bulan, sampai satu tahun Shifa tak membalas pesan Dania, entah kemana perginya sosok yang biasanya selalu ada itu, Dania seolah benar-benar kehilangan Shifa.
Teringat perkataan Shifa, Dania harus bisa menyibukkan dirinya, maka di tempat kuliahnya Dania mencoba mengikuti lembaga ekstrakulikuler, Dania mengikuti komunitas paduan suara, teater hingga menjadi aktivis. Di kala lelah terlintas Shifa dalam pikirannya, dan dia mencoba menelepon Shifa, dan ternyata tersambung, kemudia terdengar suara dari telepon tersebut,
"Hallo?" terdengar suara laki-laki yang mengangkat.
"Hallo? Assalamualaikum, mas ini dengan mas Hanif?" saut Dania.
"Waalaikum salam, ada apa ya?" Jawab Hanif suami Shifa.
"Mas ini Dania teman Shifa, Dania hanya ingin menghubungi Shifa mendengar suara Shifa mas, apa boleh Dania bicara dengan Shifa?" Tanya Dania.
"Dania? oh iya mba Dania ini saya Tengku, saya sepupu Shifa, kebetulan HP mba Shifa di tinggal disini jadi saya coba aktifkan, mba Dania saya sebenarnya ada titipan surat dari mba Shifa, tapi saya bingung mau sampaikan kemana, jadi saya coba nyalakan HP milik mba Shifa, kebetulan sekali mba Dania telepon, boleh saya minta alamat mba Dania?" Tanya Tengku sepupu Shifa.
"Tengku? loh memang Shifa kemana mas? rumah saya di Jalan Kenanga no.10" Jawab Dania.
"Saya ga boleh bilang mba Shifa kemana, tapi mungkin isi surat nya bisa menjawab pertanyaan mba Dania, saya kirim surat hari ini juga ke rumah ya mba!" Jawab Tengku.
"Iya terimakasih ya mas, saya tunggu, Assalamualaikum!" Jawab Dania sambil menutup telepon.

Setibanya di rumah, Dania langsung menanyakan pada ibunya mengenai surat, ternyata suratnya sudah ada di meja belajar Dania. Dania pun langsung masuk ke dalam kamarnya, setelah membersihkan badannya Dania pun bergegas membaca surat dari Shifa sambil duduk di kursi meja belajarnya. Ketika membuka suratnya ternyata itu surat dari 8 bulan yang lalu dan ia baru mendapatkannya hari ini.



Untuk Sahabatku, Dania. 

Assalamualaikum.
Dania sahabatku, apa kabarmu?
Maaf akhir-akhir ini aku tak bisa mengaktifkan ponselku.


Dania Sahabatku.
Terimakasih sudah selalu mengajarkanku keberanian, kamu selalu menemaniku disaat apapun.
Kamu tak pernah membuat aku merasa sendiri.
Malah aku yang merasa meninggalkanmu.
Maaf kamu aku buat bersedih karena kehilangan sosok ku, tapi ini semua demi kebaikanmu.

Hey Dania, ada sesuatu yang sebenarnya aku sembunyikan.
Tentang keluargaku.
Sebenarnya ayah dan ibuku bangkrut usahanya karena untuk mengurusi aku.
Mengurus penyakitku.
Aku sudah lama mengidap penyakit ini, penyakit yang menguras keringat ayah dan ibuku.
Penyakit yang aku pendam sendiri, yang kadang sakitnya tak tertahankan olehku.
Aku selalu mengikuti pengobatan alternatif karena aku berpikir positif bahwa aku akan sembuh.
Namun lama-lama diriku semakin lemah Dan.
Aku semakin tak bertenaga.

Sebelum semuanya selesai aku mulai mewujudkan keinginanku untuk menutup auratku dan menikah.
Keluargaku dan Mas Hanif sudah mengetahui tentang penyakitku, mereka mencoba ikhlas untuk semua ini.
Dan perkataanmu benar, bahwa jalan-jalan ke tempat indah itu adalah perjalanan terakhir kita.
Aku sangat bahagia bisa datang ke tempat seindah itu.
Aku harap kamu bisa kesana dengan orang yang kelak menjadi suami mu.
Maafkan aku yang tidak bisa lagi menemanimu saat kamu sedih dan terluka.

Dan aku mulai sadar bahwa banyak sekali orang yang menyayangiku.
Hingga akhirnya Tuhan lebih menyayangiku dan mengambilku.

Mungkin ketika kamu baca surat ini aku sudah ada di pelukkan Tuhan.
Aku sengaja meminta Tengku untuk menyalakan HP ku ketika aku benar-benar tak bisa menghubungi kamu lagi. 

Jadi kamu bisa baca surat ini.

Selalu jadi Dania yang di banggakan, selalu jadi sahabatku yang selalu ceria Dan..

Selalu lakukan perbaikan untuk dirimu Dan..
Aku selalu sayang Dania..
 

Salam Sayang,




Shifa









(Bersambung....)

Comments

Popular Posts