Dania - Ring (Cerbung ke-8)

Berita cuaca hari ini cerah hingga malam datang.
Sebulan setelah mendapat kabar Shifa meninggal, Dania sudah mulai bisa menerimanya.
Sesekali mengingat kenangan dengan Shifa, namun waktu terus berjalan.
Hari ini Dania kuliah pagi dan pulang petang, karena Dania Mahasiswi Kedokteran sehingga tak banyak waktunya untuk bermain, jam istirahat pun ia gunakan untuk mengerjakan tugas kuliahnya.
Dania bercita-cita kelak ketika sudah bisa menjadi dokter, ingin membuka rumah sakit gratis untuk masyarakat kurang mampu, namun nampaknya masih jauh bagi Dania yang belum lama duduk di bangku kuliah.
Setelah seharian kuliah tibalah waktu Dania pulang, Dania memutuskan untuk segera pulang sebelum terlalu malam, dulu ketika masih SMA Dania masih bisa berjalan kaki ke rumahnya, karena kampusnya kini sangat jauh, Dania harus segera pulang agar masih bisa naik bus kota.
Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, Dania masih menunggu di shelter bus sambil mendengarkan musik menggunakan earphone, namun belum nampak bus datang, padahal hari itu tidak terlalu padat kendaraan, Dania tersentak, tiba-tiba ada wanita paruh baya terjatuh saat menaiki anak tangga sebelum masuk shelter, penampilan wanita paruh baya tersebut lusuh tak layak untuk di pakai.  Dania langsung berdiri dan membantu ibu paruh baya tersebut, kantong bawaan ibu itu berantakan, nampak sisa sayur dan buah yang tak laku di jual di dalamnya. 
"Bu, gimana, apa ada yang sakit?" Tanya Dania sambil membantu ibu itu berdiri dan memasukan belanjaan yang berserakkan. Namun ibu tersebut tidak bisa bicara, hanya mampu mengangguk dan memegang tangan Dania, sebagai isyarat ucapan terimakasih. Kemudian Dania dan ibu paruh baya tersebut duduk dan menunggu bus datang. Tiba lah bus yang di nantikan, namun ternyata sudah terisi sangat penuh, yang tersisa hanya tempat duduk untuk lansia, maka ibu paruh baya tersebut lebih dulu naik ke bus. 
Dania pun kembali duduk dan melihat jam tidak terasa setengah jam dia sudah lewati, hari makin malam, dalam hati Dania berkata jika dia berjalan kaki mungkin dia sudah menempuh setengah perjalanan ke rumahnya, maka bergegaslah Dania berdiri dan memutuskan untuk berjalan kaki. 
Sambil memperhatikan ke belakang barangkali ada bus yang melewat, Dania terus melanjutkan perjalanannya, Dania tidak ingin naik angkutan umum roda dua, karena uangnya tidak akan cukup untuk membayar ongkos. Sambil menahan lapar Dania terus berjalan di trotoar, jalan kadang sepi kadang ramai, yang Dania khawatirkan bukan jalannya yang ramai atau sepi, namun pemuda yang selalu mengganggu pejalan kaki di malam hari yang bermaksud tidak baik, membuat dia tidak nyaman untuk berjalan. 
Angin malam terus berhembus, lupa tidak membawa jaket ke kampus membuat Dania merasa dingin malam itu, ingin sekali menggunakan uang di sakunya untuk makan, namun khawatir tidak cukup untuk pulang, rasa lelah Dania berjalan tak tertahankan Dania mencoba cari tempat duduk sambil menunggu bus yang melewat, namun nampaknya bus yang di naiki ibu tadi adalah bus terakhir.
Kemudian saat Dania menunduk tiba-tiba ada kaki seseorang yang berdiri di hadapannya, Dania pun mulai gelisah, khawatir ada pemuda jaan yang bermaksud tidak baik, Dania bersiap berlari. 
Namun saat beranjak berdiri, TUK!! "Aaww!! Sakit!" Jerit Dania, karena kepala Dania terbentur sesuatu, saat dia lihat di hadapannya ternyata Dhika sedang berdiri dan memegang minuman botol. 
"Kamu tuh ya de, bangun itu hati-hati!" Ucap Dhika dengan lembut. 
"Kak, Kak Dhika? Iya maaf kak, Dania kira kakak preman wilayah ini! hhehe" Tawa Dania sambil mengelus kepalanya. 
"Yaudah ini minum dulu, darimana kamu de? Udah makan?" 
"Iya kak, makasih kak, belum kak, hhehe" Jawab Dania.
"Yaudah kita makan dulu yuk, udah gitu kakak anter Dek Nia pulang, gimana?" Tanya Dhika.
"Ngga kak, Dania mau pulang saja, ini sudah malem kak.." Jawab Dania. 
"Hmmm, kamu bakal nyesel kalo gini ceritanya, hhehe, yaudah yuk kakak anter pulang." Ajak Dhika.
 Merekapun berjalan memasuki mobil, sambi bertanya dalam hati, Dania memikirkan maksud Dhika menyesal itu apa, sepanjang jalan mereka mendengarkan musik, sesekali Dania ikut bernyanyi dan Dhika memperhatikan Dania. Perjalanpun terasa singkat ketika mereka sudah tiba di depan rumah Dania. 
"Kak, Dania turun ya, makasih banyak sudah mau mengantar Dania!" Ucap Dania.
Kemudian Dhika mengelus kepala Dania, "Iya de, Kakak juga mau langsung pulang, lain kali jangan berjalan sendiri di malam hari ya."
Dania terlihat salah tingkah dan bergegas keluar mobil, Dania berjalan ke depan pintu rumahnya dan Dhika masih memastikan Dania masuk ke dalam rumah. Tidak lama Dhika pergi. 
Setelah Dania bersiap untuk tidur, dia teringat lagi Dhika, betapa bingungnya Dania karena melihat sifat Dhika yang selalu muncul tiba-tiba terutama ketika dia sedang berjalan kaki di suasana yang tidak tepat, namun Dania segera melupakannnya dan pergi tidur. 
Besoknya, Dania di buat kaget, ketika dia keluar kamar, nampak seorang ibu paruh baya duduk di ruang tamu rumahnya, iya itu adalah ibu paruh baya yang Dania temui. Dania menanyakan pada ibunya, ibunya pun tak mengenal ibu paruh baya tersebut, Dania segera menghampiri. 
"Ibu, mohon maaf ada apa ibu kesini? Apa ada barang ibu yang hilang kemarin? Atau barang Dania terbawa ibu? Tanya Dania penasaran. 
Ibu itu tidak menjawab, namun memberikan satu kotak kecil di luarnya terdapat sebuah surat. 
Isi suratnya :

"Nak, terimakasih sudah membantu ibu, ini tidak seberapa namun ibu ingin memberikan ini sebagai ucapan terimakasih.. " 

Kemudian Dania membuka kotak kecil tersebut ternyata berisi cincin mas putih dengan permata yang indah. Tak terasa air matanya menetes sebagai tanda bahagia, setelah Dania membacanya, Dania ingin mengembalikannya karena itu bukan hak nya, namun ibu tersebut menolak dan bergegas pergi. 
Sudah dua kali kejadian tak terduga menyelimuti Dania, namun Dania mencoba untuk melupakannya. Dania mencoba menceritakan pada ibunya bahwa dirinya di beri cincin dan ibunya menasihati bahwa itu adalah hadiah atas sikap mulia Dania kemarin. Dania pun memakainya dengan sangat bahagia. 
Hari ini hari libur, Dania bergegas untuk keluar rumah mencari buku kuliah yang ia butuhkan. Setelah siap Dania pun pergi, dengan setelan celana jeans, kaos lengan panjang dan topi adalah ciri khas penampilan Dania, tanpa meminta antar Mas Ridwan kakaknya, Dania pergi sendiri.
Sesampainya di toko buku, Dania bertemu dengan teman lamanya, teman yang pernah menyukai Dania dulu di bangku SMP, Teya namanya. Pria idola yang sudah sering tampil di majalah remaja membuat orang lain iri ketika Teya menghampiri Dania. Dania yang merasa heran melihat begitu banyak orang yang mengambil foto Teya tak sadar bahwa seseorang sedang memperhatikannya dari jauh.
Tiba-tiba Teya menarik tangan Dania untuk keluar toko buku dan mengajak Dania bergegas masuk ke dalam mobil mewah berwarna hitam. 
"Bentar deh, kenapa kamu tarik tangan Dania?" Tanya Dania sedikit kesal. 
"Biar aku bisa pergi dari kumpulan orang-orang tadi, sekalian aja aku ajak kamu!" Jawab Teya singkat.
Dania pun mulai terlihat kesal dan segera ingin keluar mobil, namun Teya melarangnya.
"Iya sorry ya Dania, aku gak sopan main ajak kamu aja, tadi aku bingung antara harus menghindari mereka dan ngobrol sama kamu! aku dah lama ga ketemu kamu, terakhir kan aku pindah waktu itu dan ga sempet pamit sama kamu!" Jawab Teya. 
Dania pun langsung teringat masa lalunya, Teya adalah laki-laki yang selalu mengerjarnya dulu, karena Dania tidak ingin pacaran maka Dania menghindarinya. Tubuh tinggi berkulit putih itu sudah berpenampilan beda di banding saat Dania mengenal Teya di bangku SMP.
"Kita makan siang yuk? jangan khawatir aku yang bayar! dan aku pastikan kamu pulang ke rumah selamat!" Ajak Teya.
"Tapi aku sedang mencari buku, itu untuk di gunakan lusa!" Jawab Dania. 
"Tenang saja akan aku bantu nanti mencari!" Jawab Teya.
Dania dan Teya pun makan siang dan jalan-jalan mengelilingi kota sambil mencari buku yang di butuhkan Dania, setelah mendapatkan buku tersebut, mereka bermaksud ke pasar malam, hari itu yang mulanya terasa asing lambat laun menjadi hangat dalam canda tawa. Permainan yang ada di pasar malam semua tidak ada yang terlewatkan, kemanapun mereka berjalan semua memperhatikan karena terkenalnya Teya sudah tidak diragukan lagi di kalangan remaja. Sesekali mereka terhenti karena banyak penggemar Teya yang meminta untuk foto bersama, Dania yang memaksa Teya untuk mengabulkan permintaan penggemarnyapun di sanggupi Teya, karena mereka bermain di pasar malam yang kebanyakan pengunjungnya menengah ke bawah seolah melengkapi hiburan mereka di malam itu.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 8, hari sudah semakin malam, Dania tersadar bahwa cincin pemberian ibu yang baru dia kenal itu hilang, entah kenapa saat cincin itu hilang Dania merasa sangat sedih, karena menurutnya itu adalah cincin yang sangat indah, ingin mencarinya namun hari sudah terlalu malam, Dania bermaksud untuk mencari cincin tersebut namun Teya melarangnya karena sudah terlalu malam.
Dania yang keras kepala pun memaksakan diri untuk mengelilingi pasar malam tersebut, di waktu yang bersamaan Teya sudah di telepon keluarganya untuk segera pulang, setelah bertukar nomor telepon Teya dengan berat hati pulang dan meninggalkan Dania.
Gerimis kecil menemani Dania yang sedang mencari cincin, di setiap wahana permainan ia cari, di tempat jajanan, di toilet, di gerbang masuk sampai keluar juga tidak ketemu.
Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, Dania pun menyerah dan bergegas pulang, entah kenapa Dania bersedih dan menangis, baru saja sehari ia di beri cincin namun sudah hilang dan tak mampu menjaganya, Dania bersedih karena itu adalah hadiah terindah yang dia miliki, Dania begitu yakin cincin itu adalah harta terakhir yang di miliki ibu paruh baya tersebut sebagai tanda terimakasih karena dirinya sudah di tolong oleh Dania.
Dania pun berjalan kaki menuju shelter bus, nampak laki-laki yang ia kenal berdiri di hadapannya menghalangi jalannya, ternyata itu Dhika. 
Langkah kecil itupun terhenti, seolah ingin mengeluh pada Dhika, namun Dania hanya terdiam.
"Jalan sendiri lagi de?" Senyum tipis menegur Dania keluar dari bibir Dhika.
"Hmmm, Iya kak.." Jawab Dania lemas.
"Yuk kita pulang? Udah malem! Udah makan? Hmm pasti sudah kenyang jajan ya? hhehe"
Dania pun mengangguk tanpa keluar sepatah katapun dari bibirnya, mereka berduapun masuk ke dalam mobil dan bergegas pulang, ketika sampai di depan rumah ibu dan bapa Dania sudah menunggu di pintu, ternyata semua khawatir karena Dania tidak mengaktifkan ponselnya karena habis baterai.
"Ibu, Pak, maaf HP Dania mati, baterainya habis.." Ucap Dania merasa bersalah.
"Sudah jam berapa ini nak? jam 10 malam kamu baru pulang, untung Mas Ridwan menghubungi Dhika, dan Nak Dhika mengabari kalau Dhika sudah menemuimu" Ucap bapak.
"Maaf pak, bu, Dania membuat khawatir.." Jawab Dania.
"Ya sudah bapak dan ibu masuk ya, nak Dhika terimakasih banyak sudah menjemput Dania ya? silahkan masuk dulu, Bapa tinggal ke dalam ya". Ucap bapa Dania.
Dhika hanya tersenyum dan mengangguk. Setelah bapa dan ibu masuk, Dhika mulai berbicara.
"De Nia, pasti lelah, kakak langsung pamit pulang ya?" Tanya Dhika.
Dania yang masih terlihat sedih ingin bercerita dan meminta tolong untuk membantu mencari cincin, merasa enggan dan malu karena dirinya tak bisa menjaga sesuatu yang berharga.
"Iya kak, hati-hati ya kak." Dania menjawab dengan suara yang pelan.
Dhika pun bergegas masuk ke dalam mobilnya berlari kecil karena hujan mulai deras, sebelum pergi Dhika membuka jendela mobil, Dania nampak tidak memperhatikannya ketika hendak pulang, klakson pun di bunyikan dan Dania menghampiri mobil Dhika dengan memakai payung.
Tangan Dhika pun di ulurkan keluar, "Mana tanganmu De sini." Pinta Dhika.
Dania pun mengulurkan tangannya, saat menerima pemberian Dhika, ternyata Dhika memberikan  sebuah permen. 
"Makan permennya, mungkin bisa buat De Nia lebih tenang.!" Ucap Dhika.
Dania tersenyum dan membuka bungkus permen pemberian Dhika, dan memakannya. "Makasih Kak.."
"Mana tangannya lagi, mungkin kalo satu kurang!" Ucap Dhika.
Dania menggelengkan kepala sebagai tanda menolak. "Sudah cukup ini saja kak!"
"Yakin? nanti kamu menyesal dengan rasa permen yang satu ini!" Jawab Dhika.
dengan terpaksa Dania mengulurkan tangannya dan menggenggam permennya dan memasukkan ke dalam saku jaketnya, "terimakasih kak!"
"Kakak pamit ya?"
Dania pun mengangguk, dan mobil Dhika melaju kenjang.
Hati Dania terasa sedikit tenang, pikirnya mungkin berkat permen yang di berikan Dhika.
Saat masuk ke dalam kamar, Dania hendak melepas jaketnya dan mengeluarkan seluruh isi saku jaket.
Sejenak suasana terasa hening, saat Dania menyadari bahwa permen kedua yang di berikan Dhika adalah sebuah cincin.
Ya, cincin yang dia cari seorang diri, ternyata ada pada Dhika.


Terkadang kamu perlu merasa memiliki apa yang kamu dapatkan
Terkadang kamu akan merasa kehilangan saat sesuatu yang kamu miliki hilang
Ketika ada tak kamu jaga
Ketika ada tak kamu perhatikan
Hingga sosok yang jauh melirik
Hingga sosok yang jauh meraih
Hingga sosok yang tak ada, selalu ada
Dan kamu baru sadar
Yang berarti, yang selalu ada


(Bersambung....)


Comments

Popular Posts