Dania - Seragam Putih Biru (Cerbung ke-3)
Sebulan sudah Dania tak mendapat kabar dari Dhika.
Hari berganti hari dan tahun berganti tahun, ya pada saat ulang tahun Dania yang ke-17 lah Dhika baru menemuinya untuk memberi kue dan hadiah lewat ponselnya.
Khawatir muncul begitu saja dalam benaknya, ingin menghubungi Dhika lewat ponselnya, namun tidak aktif, ingin datang ke rumah Dhika, namun Dania tidak tahu dimana alamatnya.
Sekali lagi semua rasa khawatirnya tertepis karena Dania tidak memiliki ikatan apapun dengan Dhika. Sejenak Dania mengingat awal pertama mengenal Dhika.....
Saat itu Dania masih memakai seragam putih biru dengan gaya tomboy dan topi yang tak pernah lepas dari rambut tebalnya. Dania tidak mengenal Dhika, dia mengenal Dhika karena temannya bernama Sofi sangat menyukai Dhika, siswa yang berbeda usianya di atas setahun itu. Sekolah Dania dan Dhika berdekatan jadi tidak sulit untuk Dania membantu Sofi berkenalan dengan Dhika, dan mendekatkan Sofi.
Setiap kali Sofi membuat surat, Dania selalu menjadi perantara antara mereka berdua untuk saling membalas surat, karena belum bisa pakai handphone saat itu. Hampir setiap pulang sekolah Dania membantu Sofi membuatkan surat dan menyampaikan surat tersebut pada Dhika. Namun setelah begitu lama Sofi dan Dhika saling mengirim surat membuat Dhika mulai jenuh dan ingin bertemu Sofi, namun karena Sofi tidak pernah mau bertemu dengan Dhika, Dhika pun mulai menjauh dan tidak membalas lagi surat Sofi yang sebenarnya di buatkan oleh Dania itu.
Tiba pada saat Sofi pindah sekolah ke luar negeri, Dania tak pernah membuatkan surat untuk Dhika, di situlah Dhika mulai mencari Dania, bertanya kemana hilangnya Sofi. Dania mulai menghindari Dhika, karena setiap pulang sekolah Dhika selalu menunggu di depan gerbang sekolahnya sehingga dengan terpaksa Dania harus memanjat pagar belakang sekolahnya agar bisa pulang ke rumah.
Suatu hari Dhika memergoki Dania saat pergi sekolah. Dhika sudah menunggu di depan gerbang sekolah Dania dari pagi buta, Dania yang kaget, dan pada saat itu Dania tidak bisa mengelak, baru bisa menjelaskan hal yang sebenarnya bahwa selama ini Sofi yang menyuruh Dania membalas surat dari Dhika, dan memberi tahu bahwa Sofi sudah pindah ke luar negeri. Sejak saat itu Dhika tidak menemui Dania lagi, ada rasa tenang dalam diri Dania, namun ada rasa gelisah dan bertanya-tanya kemana Dhika. Dania khawatir bahwa Dhika amat marah padanya karena selama ini Dania yang selalu membalas suratnya, bukan Sofi.
Setiap kali Dania sengaja lewat depan sekolah Dhika, namun teman-teman yang biasanya bersama Dhika tidak terlihat bersama Dhika, Dania bertanya kabar Dhika namun temannya tak ada yang tau Dhika kemana, yang jelas ada kabar bahwa Dhika harus pindah rumah dan sekolah, kemudian Dania meninggalkan nomor ponsel ayahnya pada temannya, dan meminta untuk menghubungi nomor itu ketika mendapat kabar dari Dhika. Itu yang menjadi alasan Dania mengapa dia sampai saat ini masih bertahan menggunakan nomor ponsel ayanya untuk nomor ponsel pribadinya.
Hari berganti hari dan tahun berganti tahun, ya pada saat ulang tahun Dania yang ke-17 lah Dhika baru menemuinya untuk memberi kue dan hadiah lewat ponselnya.
Dhika adalah sosok misterius yang selalu membuat Dania salah tingkah. Kini Dhika menghilang lagi, setelah dia mengantar Dania sambil mengucapkan kalimat yang tidak biasanya itu, mengingatkan Dania pada saat seragam putih birunya itu, ketika Dhika tidak memberikan kabar, dan datang dengan kejutan ulang tahunnya.
"Dan aku mulai merasakan rindu yang tak biasa, khawatir yang membunuhku dalam sepi.
"Dan aku mulai merasakan rindu yang tak biasa, khawatir yang membunuhku dalam sepi.
Waktu yang ku hitung terasa lama, langkah yang ku gerakan terasa jauh.
Kemana kah sosok yang sudah mulai membuat nyaman.
Kemana kah sosok yang menghangatkan.
Kini waktu mulai mengikisku.
Dan membiarkannya berlalu.
Ku mohon beri petunjuk.
Karena ku yakin semua tiada yang kebetulan"
(bersambung)
Comments
Post a Comment