Rain - Hanya sebatas adik dan kakak (Episode ke - 7)
Jika rinduku dan rindumu bersatu, mungkin kita akan bertemu.
Bukan suatu yang kebetulan Tuhan mempertemukan kita, melainkan ada rencana indah di baliknya..
Rainy Anaya Mentari wakil direktur cantik yang sangat muda itu mulai sibuk menyiapkan bahan rapat yang akan di presentasikan depan neneknya dan jajaran komisaris sore nanti. Tiada hari tanpa bekerja keras bagi Anaya dan jajaran direksi lainnya.
Betapa bahagianya untuk siapapun yang bekerja disana, karena penghasilannya sangat tinggi, tapi dengan catatan, itu semua hanya untuk karyawan yang mau bekerja keras.
Hari itu, direktur utama perusahaan, Azzam, tidak muncul di kantor, entah apa yang membuat Azzam belum datang, padahal Azzam dan Rainy tinggal satu rumah, tapi mereka tidak bertemu satu sama lain.
Tidak lama nenek angkat Rainy dan Azzam itu masuk ke dalam ruangan Rainy tanpa permisi. Sedang Rainy sedang duduk sibuk menghubungi Azzam.
"Nay.." Ucap Nenek sambil masuk membuka pintu.
"Oh ya nek, ada apa nek?" Jawab Rainy sambil menutup handphone nya.
"Kenapa terlihat cemas, Azzam kemana?" Tanya nenek karena melihat ruangan sebelah Rain itu tertutup rapat.
"Iya nek, Anay juga coba telepon tapi tidak di angkat. Apa Azzam sakit?" Tanya Rainy.
"Ya sudah rapat kali ini, biar nenek yang handle , kamu langsung coba cari Azzam ya nay." Ucap nenek sambil mengelus pundak Rain.
"Ya sudah, kalau begitu Anaya pamit ya nek, biar Sinta sekretaris Anay, dan Rony sekretaris Azzam yang memulai rapat nanti, Anaya juga akan beri kabar pada Dimas dan Hanif untuk menyiapkan rapat hari ini nek, Anaya pamit ya nek." Ucap Rain sambil bergegas keluar ruangan meninggalkan neneknya.
Tidak lama Sinta dan Rony menghampiri nenek yang sedang menuju keruang rapat, di tempat berbeda Rain mengemudikan mobilnya seorang diri, demi mencari Azzam, kakak angkatnya.
"Duh, ngga di angkat aja." Ucap Rain dalam hati.
Rain terus mencoba menghubungi Azzam, tapi Azzam tidak mengangkat teleponnya sama sekali.
'Dimana kamu Zam.?' tanya Rain dalam hatinya.
Tidak lama, nomor telepon Azzam yang menghubungi Rain, Rain langsung mengangkatnya, namun terdengar yang mengangkatnya adalah suara asing orang lain.
"Hallo, Assalamualaikum?" Tanya Rain."Wa'alaikum salam, apa mbak kenal dengan Azzam Mahardhika?" Tanya orang asing yang meneleponnya tersebut."Ya betul, kenapa mas, Azzam nya kemana?" Tanya Rain penasaran."Ini, Azzam sedang di bawa ke rumah sakit, ia kecelakaan, nanti alamat rumah sakitnya saya beri tahu, keadaan Azzam saat ini luka parah mbak." Ucap orang asing tersebut."Okey, saya tunggu kabarnya ya mas, terimakasih." Ucap Rain sambil menutup teleponnya.
Tanpa terasa Rain meneteskan air mata, sangat gelisah, dan sedih mendengar kabar buruk tersebut. Sesekali ia menghapus air matanya, sesekali ia merapikan jilbabnya. Tidak lama nenek menelepon, tapi Rain tidak memberi kabar sebenarnya terkait Azzam.
Hujan mengguyur kota, Rain terus melajukan mobilnya, saat tiba di rumah sakit, Rain di buat kesal karena dirinya tidak membawa payung dan jaket, menigingat bahwa dirinya alergi air hujan.
Saat melihat ada dus air mineral di mobilnya, Rain langsung bergegas menumpahkan isi dus tersebut dan memakainya untuk menutupi kepalanya agar air hujan tidak mengenai tubuhnya, Rain terus berjalan menuju pusat informasi rumah sakit, hingga akhirnya dia menemukan informasi mengenai Azzam.
Rain menuju kamar perawatan Azzam. Rain melihat Azzam sedang berbaring di kamar berisi 6 pasien tersebut. Saat ia lihat Azzam masih tidak sadarkan diri. Rain mencoba menatap Azzam, yang di balut perban pada Dahi dan tangannya, penyanggah di lehernya serta gips di kakinya.
Rain menangis melihat keadaan Azzam seperti itu, di waktu yang bersamaan datang dokter dan perawat untuk mengontrol perkembangan Azzam.
"Mba, saudaranya Azzam?" Tanya Dokter tersebut."Iya dok, saya Rain, dok kalau boleh tahu, Azzam luka apa saja dok?" Tanya Rain sambil menahan tangis."Azzam ada benturan di kepala, tangannya terluka, tulang lehernya menggeser sehingga harus menggunakan penyanggah, dan kakinya retak karena terjepit saat mobilnya masuk jurang." Jawab dokter."Jurang?" Tanya Rain."Iya mba, nanti saya akan hubungi saksi yang kemarin membawa Pak Azzam kesini." Jawab Perawat.
Dokter pun melakukan pemeriksaan kepada Azzam, setelah melakukan pemeriksaan, dokter tersebut dan perawat punn meninggalkan Azzam.
"Suster, saya ingin minta pasien bernama Azzam, di pindahkan ke rumah sakit AM Hospital ya sus." Ucap Rain.
"Oh iya mba, nanti saya pindahkan, jika mba sudah selesaikan administrasinya, oh ya nanti saya sekalian kasih nomor telepon orang yang membawa Pak Azzam kesini." Ucap Suster.
"Iya, terimakasih sus." Jawab Rain.
Rain pun langsung mengurus administrasi untuk Azzam, dan Azzam segera di pindahkan ke rumah sakit milik neneknya tersebut.
Azzam langsung di tangani oleh dokter ahli disana, Rain pun meminta kepada pihak rumah sakit untuk menjaga informasi terkait kecelakaan Azzam kepada media, karena Azzam seorang direktur utama pada perusahaan terbesar.
Rony sekretaris Azzampun langsung datang ke rumah sakit, mengetahui bahwa Azzam di rawat.
"Bagaimana keadaan mas Azzam mba?" Tanya Rony."Mas Rony, Azzam belum sadar dari kecelakaannya, karena kemarin semoat di operasi, saya minta nenek jangan sampai tahu ya." Ucap Rain."Sangat sulit, tapi saya usahakan ya mba." Ucap Rony."Okey terimakasih, kalau gitu Mas Rony tolong atur jangan sampai info kecelakaan ini tersebar, saya mau langsung ke kamar Azzam, Azzam belum bisa di jenguk siapapun." Ucap Rain."Baik mba, kalau begitu, saya akan kembali ke kantor." Jawab Rony.
Rony pun kembali ke kantor. Sedangkan Rain menemani Azzam di kamar khusus di rumah sakit tersebut.
Sepertinya Rain tidak sadar jika tangannya terkena hujan, kini memerah dan terlihat melepuh. Tapi rasa khawatirnya lah yang membuat ia lupa dengan sakit di tangannya tersebut. Azzam belum juga sadar, hari sudah semakin gelap, Rain memutuskan untuk menginap di rumah sakit.
Tapi, tiba-tiba saja, ada seseorang yang masuk. Saat di lihat ia adalah lelaku paruhbaya yang menyelamatkan Azzam.
"Pak, bapak saksi kecelakaan tersebut?" Tanya Rain."Iya betul." Jawab lelaki paruhbaya tersebut."Silahkan masuk pak, duduk. " Ucap Rain smabil menarik bapa tersebut untuk duduk di sofa."Terimakasih." Jawab Bapa tersebut."Jadi gimana pak ceritanya?" Tanya Rain penasaran."Saat itu hujan lebat, saya melihat Azzam di dalam mobil, mobilnya berhenti di samping jurang, entah mobilnya mogok, atau Azzam sedang menelepon seseorang, tapi tempat Azzam berhenti tersebut itu saat di jalan berbelok, sehingga ada mobil besar yang datang menabrak mobil Azzam, Azzam bersama mobilnya masuk ke dalam jurang, sedangkan supir yang membawa mobil besar tersebut kabur." Ucap lelaki tersebut."Kok bisa kabur pak, mobilnya bagaimana?" Tanya Rain."Mobil bessr tersebut jatuh ke dalam jurang juga mba, sehingga hancur. Saya coba panggil warga kesana untuk menyelamatkan Azzam. Dan membawanya ke rumah sakit." Ucap Bapa tersebut."Terimakasih ya pak, saya ga bisa mengucapkan apa-apa, selain ini untuk bapa." Ucap Rain sambil memberikan satu amplop berisi uang yang sangat banyak."Jangan mba, saya tidak ingin ini." Jawab Bapa tersebut."Tidak apa-apa ini adalah permintaan terimakasih saya pak." Jawab Rain."Ya sudah, saya terima ya mba, kalau begitu saya pamit." Ucap bapa tersebut."Ya pak, terimakasih." Ucap Rain.
Tidak lama bapa tersebut keluar dari kamar dan pulang. Rain pun terus menatap Azzam yang terbaring di rumah sakit. Hari itu makin malam, Rain menjaga Azzam seorang diri. Rainpun tertidur di atas sofa.
Esok harinya Rain di buat terkejut, karena melihat seseorang yang duduk di hadapannya.
"Nenek!!!" Teriak Rain sambil merapikan kerudungnya."Ssh, tidak usah teriak Nay, kenapa kamu tidak memberitahu nenek jika Azzam kecelakaan?" Tanya Nenek."Hmm, anu nek, Anay hanya takut nenek khawatir dan nanti nenek jatuh sakit." Ucap Rain dengan wajah bersalah."Nay, memang nenek selemah itu? Nenek baik-baik saja kok. Jadi jangan pernah mengulang hal seperti ini." Ucap nenek."Iya nek, terus nenek tahu dari mana jika Azzam dan Anaya disini?" Tanya Rain."Nay, semua fasilitas adalah milik nenek, nenek tahu ketika ada pemberitahuan anggota keluarga masuk ke rumah sakit, apalagi rumah sakit tersebut milik nenek sendiri. " Ucap nenek."Iya nek, maafkan Anay." Ucap Rain."Iya, sudah jangan di ulangi lagi ya!" Ucap nenek.
Rain pun menunduk.
"Sudah nek, Anay tidak bersalah." Ucap Azzam dari tempat tidurnya."Zam?" Panggil Rain sambil berdiri dan berjalan menuju kasur Azzam, disusul oleh nenek."Hei." Ucap Azzam sambil tersenyum kepada Rain.
Tapi Rain hanya terdiam melihat Azzam.
"Bagaimana Zam, apa yang terasa?" Ucap nenek.
"Rasanya ingin berlari tapi tidak bisa nek, hehe." Ucap Azzam sambil tertawa.
"Ya sudah, asal melihat kamu tersenyum, tandanya kamu sehat, nenek tinggalkan kalian berdua ya, Anay kamu harus urus kakak kamu dengan benar." Ucap nenek.
"Iya nek." Jawab Rain sambil menunduk.
Nenekpun pergi meninggalkan Rain dan Azzam.
"Aku panggil dokter ya, karena katanya kalau kamu sadar aku harus panggil dokter," Ucap Rain.
"Tidak usah." Ucap Azzam.
"Mau aku ambilkan sarapan?" Tanya Rain.
"Tidak usah, sudah kamu duduk saja disini, di samping kasur aku." Ucap Azzam.
"Kamu ngomong seperti itu seperti orang tua renta yang ingin di temani anaknya." Ucap Rain sambil mengambil kursi dan duduk samping Azzam.
"Kamu sehat?" Tanya Azzam.
"Ya, aku sehat." Jawab Rain.
"Okey deh kalau sehat. Kamu ngga nanya aku kenapa gitu bisa sampai seperti ini?" Tanya Azzam.
"Tidak, aku sudah tahu, jika kendaraan kamu masuk ke jurang karena di tabrak kendaraan besar." Ucap Rain sambil menatap Azzam.
"Wah, keren sekali kamu Ren. Tapi yang benar bukan seperti itu. Saat berangkat ke kantor, aku membantu orang tua yang kesulitan berjalan, aku antar dia ke rumahnya, sepulang dari tempat tersebut, aku di rampok, aku di minta untuk turun, aku di pukul dan mobilku mereka bawa." Ucap Azzam.
"Jangan bercanda deh, jelas-jelas kemarin ada orang tua renta yang mengaku dia menyelamatkan kamu yang jatuh dari jurang." Ucap Rain.
"Apa kamu tanya identitasnya? Jangan-jangan kamu malah kasih mereka uang lagi.!" Ucap Azzam dengan wajah sinisnya.
"Tapi, lelaki itu jujur kok, dia bilang kamu di tabrak. Maafkan aku Zam.. Aku tidak teliti untuk menanyakan hal seperti itu, kemarin aku hanya ingin mengucapkan terimakasih sama orang yang menyelamatkan kamu, tapi jangan-jangan dia menipu." Ucap Rain.
"Hehe, kamu itu gimana sih, jangan sampai lupa kalau kamu itu punya batin yang berbeda dengan yang lain, kamu harus bisa merasakan yang benar dan yang salah, tenang saja yang kamu ucapkan semua itu benar, aku hanya bercanda." Ucap Azzam sambil menahan tawanya.
"Hmm, Azzam kamu jahat, tapi syukurlah aku ngga salah kasih uang ke orang..." Ucap Rain mengelus dadanya.
"Iya, kemarin malam aku lihat kok, siapa yang kamu kasih." Ucap Azzam sambil menahan tawanya.
"Azzam, kamu jadi.. Jadi kamu sudah sadar dari semalam?" Tanya Rain.
"Iya aku sudah sadar dari semalam, sudah jangan marah-marah, cepat tua nanti kamu." Jawab Azzam.
"Hmmm, syukur kalau kamu masih sadar, aku kira kamu akan amnesia." Ucap Rain.
"Kalau bicara itu jangan kemana-mana Ren, ngawur banget." Ucap Azzam.
"Hmm. alhamdulilah kamu sadar." Ucap Rain.
"Semalem tadinya aku mau kasih selimut ke kamu, tapi sofa nya terlalu jauh, kaki aku kan di gantung seperti ini." Ucap Azzam.
"Kamu ini pikirkan saja diri kamu." Ucap Rain.
"Kamu sendiri? Itu tangan kenapa bisa didiemin kaya gitu udah melepuh kaya gitu, kemarin kehujanan dimana?" Tanya azzam.
"Hmm, anu.. aku saja tidak sadar, iya nanti aku obatin." Ucap Rain.
"Mana tas kamu? kamu kan selalu bawa obat salepnya, sini cepat bawakan tas kamu!" Ucap Azzam dengan nada marah.
"Iya , ini." Jawab Rain sambil membawa tas nya.
Azzam pun mengeluarkan salep di tas Rain dan mengoleskannya pada Rain.
Azzampun hanya menatap Rain yang berjalan keluar. Sedangkan Rain memendam perasaan tidak enak, dalam dirinya hanya terpikirkan, 'Mungkinkah aku memanggilnya kakak?'
"Tangan aku pasti bersih karena tidak memegang apapun. Sini." Ucap Azzam sambil menarik tangan Rain dan memberinya obat salep.
"Kemarin aku khawatir kamu kenapa-kenapa." Ucap Rain.
"Aku tahu." Jawab Azzam.
"Tapi aku senang kamu ngga kenapa-kenapa." Ucap Rain.
"Ngga kenapa-kenapa gimana, kaki retak gini." Ucap Azzam sambil konsentrasi mengoleskan obat.
"Ya, setidaknya aku masih bisa lihat senyum kamu hari ini." Ucap Rain.
"Kamu terus, kapan manggil aku dengan sebutan kakak?" Tanya Azzam sambil menatap Rain.
"Hmmm, ngga mau, sudah ah, aku mau pulang, mau mandi." Ucap Rain sambil menutup obat oles untuk di masukkan ke tas, dan segera pulang.
"Susah banget manggil aku kakak." Ucap Azzam.
"Nanti aku panggilkan Rony kesini, Bye~" Jawab Rain.
Azzampun hanya menatap Rain yang berjalan keluar. Sedangkan Rain memendam perasaan tidak enak, dalam dirinya hanya terpikirkan, 'Mungkinkah aku memanggilnya kakak?'
Comments
Post a Comment