Dania - Mas, jangan berubah, kamu harta ku, keluarga ku (Cerbung ke-6)
Hujan terus turun sore itu, Dania duduk di ruang tamu, bapa dan ibu Dania sedang keluar kota sehingga Dania hanya seorang diri di rumah, Dania menunggu Mas Ridwan pulang, ya Mas Ridwan kakak satu-satunya Dania itu sudah membuat janji akan menjemput Dania di rumah sakit sehabis menjenguk temannya, Dania merasa bersalah karena tidak menunggu mas Ridwan yang akan menjemputnya.
Tak lama suara pintu gerbang berbunyi, pertanda ada yang masuk, saat mengintip di jendela ternyata mas Ridwan pulang. Dania segera membukakan pintu rumahnya.
"Mas, maafkan Dania tak menunggu mas menjemput, karena hari sudah semakin sore dan takut hujan semakin deras mas!"
"Sudah tidak apa-apa de, mas juga lupa tidak memberitahu de Nia, mas sebenarnya menjemput mba Puspa de, dia baru pulang dari Jerman dan berlibur disini" Jawab Mas Ridwan.
Tiba-tiba wajah Dania berubah, yang awalnya memelas meminta maaf kini wajahnya nampak kemerahan menunjukkan dirinya sedang kesal, Dania pun segera masuk ke dalam kamarnya.
Puspa adalah teman dekat Ridwan, yang sangat Ridwan sayangi, mereka berteman dari mereka SMP, hingga akhirnya Puspa harus mengikuti ayahnya yang bekerja di luar negeri dan Puspa sekeluargapun pindah ke Jerman, nampaknya Dania tidak menyukai sosok Puspa, karena Dania berpikir bahwa Puspa akan merebut Ridwan darinya.
Hari semakin larut, Dania terus di dalam kamarnya sambil membaca-baca buku untuk ujian tes masuk perguruan tinggi, Dania bercita-cita ingin menjadi Dokter, jadi dia sangat gigih untuk memperoleh cita-citanya.
Tok.. Tok.. Tok.. Sura pintu kamar Dania ada yang mengetuk, ya Ridwan lah yang mengetuk pintu kamarnya.
"Masuk Mas!"
Mas Ridwan pun masuk ke dalam kamar, "De, kamu udah sholat?", Tanya Ridwan.
"Sudah Maass.." Jawab Dania.
"De, kok kamu tumben ga masak, Mas sudah laper ini, kita bikin nasi goreng yuk?" Ajak Ridwan.
"Ga mau mas, nia lagi belajar" Jawab Dania ketus.
"Ayolah de, kalo ga mas yang bikin, tapi de nia temenin mas di dapur, kasih tau apa aja bumbunya, yuk!" Bujuk Ridwan.
"Gak mau mas, ajak saja sana mba Puspa!" Jawab Dania sedikit marah.
"Loh, De kok bawa-bawa mba Puspa? Oh iya de, kamu sekarang kan lagi libur nunggu seleksi perguruan tinggi, Mba Puspa ingin di antar jalan-jalan de, jadi kita jalan-jalan bertiga besok, gimana de, mau? mba Puspa cuma seminggu soalnya disini" Bujuk Ridwan.
"Kenapa harus sama ade mas? Kenapa ga mas aja berdua? Jawab Dania dengan nada tinggi.
"Ya gapapa, mas cuma mau ngenalin aja sama Mba Puspa, kalo ade nya mas ini sekarang udah gede dan sangat pinter, kalo ade gamau , yaudah mas ga akan maksa, mas juga mau beli makan saja di luar, habisnya de Nia gitu gamau masakin mas." Mas Ridwan pun keluar dari kamar Dania.
Dania pun segera memanggil mas Ridwan, " mas, iya Dania besok ikut mas jalan-jalan ya mas!"
Ridwan pun langsung merangkul Dania, "Nah ini baru ade nya mas yang paling cantik, yaudah kamu belajar lagi, mas belikan makanan ya keluar, kamu jaga pintu hati-hati ada yang masuk!".
"Iya siap mas!" Dania pun kembali ke kamar.
Esok harinya..
"De Nia, tolong buka kan pintu, sepertinya Mba Puspa udah di depan rumah!" teriak Ridwan yang masih di kamar mandi, rumah mereka tidak begitu jauh sehingga Puspa yang menjemput Ridwan menggunakan mobil ayah Puspa, keluarga mereka sudah saling mengenal sehingga Puspa pergi kemanapun ayah Pusma tak khawatir jika perginya bersama Ridwan dan keluarganya.
Srreeeeettt..... Pintu pun di buka oleh Dania.
"Assalamualaikum De Nia!" Salam yang pertama kali di berikan oleh Puspa.
" Wa... Waalaikum Salam mba, ini betul Mba Puspa? Ya ampun, Dania sampe pangling gini, Mba Puspa cantik pakai jilbab! Ayo masuk mba, rumahnya sedikit berantakan, hhihi" Jawab Dania sambil berpelukan dengan Puspa.
"Iya alhamdulillah de, mba pakai jilbab, sebagai identitas mba di Jerman. Gima mas Ridwan dah siap?".
Tidak lama mas Ridwan keluar kamar dan sudah berpakain rapi.
"Ayo, aku udah siap kok ini!" Jawab Ridwan.
Merekapun segera masuk ke dalam mobil, yang membawa mobil Puspa adalah Ridwan, Puspa duduk di depan dan Nia duduk di belakang. Rencana mereka jalan-jalan hari ini adalah ke Kebun Binatang, karena saat itu adalah hari libur sekolah maka tempat wisata pun sangat dipenuhi oleh pengunjung.
Saat tiba di kebun binatang Puspa dan Ridwan langsung masuk ke dalam, dan Nia berjalan sendiri di balakang. Nampak wajah kesal pada diri Dania, dalam hatinya bergumam bahwa Dania tidak di ajak bicara oleh mereka berdua.
"Mas, Dania ingin eskrim, mas belikan ya?" Manja Dania.
"Kamu mau beli apa Pus? Iya De, nanti kita beli ya." Jawab Ridwan
" Aku mau beli air minum saja Mas." Jawab Psupa.
"Yaudah yuk kita beli minum dulu Pus"
"Loh Mas, kan tadi Dania yang minta lebih dulu!" Tanya Dania kesal.
"ya de, Tempat eskrim kan masih jauh, kalo air itu dekat tempat belinya, jadi kita belli air aja dulu ya de?" Ridwan menawar pada adiknya.
"Iya kak!" Jawan Dania dengan nada yang lemas.
Sekitar 3 jam mereka berkeliling, mereka memutuskan untuk keluar dari tempat wisata tersebut. Mereka keluar dan membeli makan, berkeliling mencari tempat makan, dalam perjalanan Dania dan Puspa berbeda pendapat hendak makan di tempat makan mana. Semakin lama Dania semakin kesal namun Dania menahan kesalnya, mau bagaimanapun Puspa usianya lebih tua di banding dirinya. Akhirnya tempat makan yang mereka datangi adalah tempat makan yang di pilih oleh Puspa, setelah makan bersama mereka hendak berjalan-jalan lagi, namun Dania ingin pulang ke rumahnya.
"De, kok pulang? kita rencananya mau ke pasar malam de! Mas dah minta izin pada ibu da bapa juga kok!" Ridwan membujuk Dania.
"Dania sedang tidak enak badan mas, jadi ingin pulang saja, Mba Puspa gapapa kan kalo aku pulang?" Tanya Dania pada Puspa.
"Ngga apa-apa kok, tapi Dania besok harus ikut ya, kita besok bakal ikutin ke tempat apa yang Dania mau!" Jawab Puspa.
"Serius mba? Dania besok ingin nonton bioskop, bukannya mba Puspa takut gelap? pasti ga mau kan?", jawab Dania ketus.
"Dania mau nonton bioskop? Okeh, besok mba jemput ya, sekarang mba dan Mas Ridwan mau ke pasar malam dulu."
"Iya mba.." Jawab Dania heran karena Puspa menyanggupi ajakannya.
Dania pun turun di depan rumahnya, Ridwan dan Puspa melanjutkan perjalanannya.
Sampai di rumah, entah kenapa Dania merasa sangat sedih, sikap mas Ridwan yang biasanya memanjakan Dania tapi berubah ketika ada Puspa. Dania pun segera masuk ke dalam kamar dan bersiap untuk belajar sambil menunggu Ridwan pulang.
Esok hari nya...
"De, bangun.. Sholat de!" Ridwan membangunkan Dania dari luar kamarnya.
Daniapun terbangun dan segera sholat. Selesai sholat Dania segera ke dapur untuk membersihkan dapur, menyapu dan mengepel lantai rumah sudah jadi tugasnya Dania, dikarenakan kemarin jalan-jalan, jadi Dania belum sempat melakukan itu semua.
"De, memang De Nia mau nonton film apa?" Tanya Ridwan.
"Emang jadi mas?" Tanya Dania.
"Iya jadi lah de, ga mungkin mba Puspa nanya gitu kemarin kalo ga beneran, jadi de Nia mau nonton film apa? jangan horor ya, mba Puspa ga suka soalnya." Tawar Ridwan.
"Yaah, mas, Dania ingin film horor, film itu baru muncul kemarin, jadi Dania mau nonton itu mas!" Jawab Dania sambil menguji mas Ridwan apakah mas Ridwan berpihak padanya atau pada Puspa.
"Ya sudah kita lihat saja nanti siang ya de!" Jawab Ridwan.
Hari semakin siang, Puspa tiba di rumah Dania, mereka bertiga pun bergegas pergi. Di dalam perjalanan mereka berbincang tempat bioskop mana yang mau di kunjungi dan film apa yang akan di tonton, akhirnya mereka bertiga sepakat untuk menonton film horor.
Entah apa yang di inginkan Dania, intinya Dania ingin membuat Puspa merasa tidak nyaman.
Sesampai di bioskop, Ridwan dan Puspa pun membeli tiket, sedangkan Dania menunggu di kursi tunggu. Dalam hatinya Dania sudah tak sabar menunggu reaksi apa yang akan terjadi, mungkin dengan memilih film ini Puspa akan berubah sikapnya dan tidak akan merebut Mas Ridwan darinya.
Merekapun memasuki bioskop, dan mencari tempat duduk. Posisi Dania tepat duduk di tengah antara Puspa dan Ridwan, Dania sendiri yang memilih tempat duduk di situ agar Puspa dan Ridwan tidak duduk berdekatan. Dania terus memperhatikan Puspa, menunggu reaksi Puspa. Film pun segera di putar, di tengah film tersebut nampak wajah Puspa yang ketakutan, Dania terus saja asyik menonton filmnya. Sampai akhir filmnya selesai, Puspa tidak menunjukkan ia ketakutan, namun wajahnya tampak pucat. Merekapun berjalan meninggalkan ruangan.
"Mba Puspa kenapa? Kok wajahnya pucat begitu, takut ya nonton film itu?? hhehehe", tanya Dania sambil meledek.
"Jangan seperti itu De!! Pus, kamu kenapa? Kok pucat gitu, kita pulang ya?" Bujuk Ridwan karena khawatir.
"Loh kok pulang mas? kita kan belum main ke tempat lain, itu karena Mba Puspa takut nonton film itu mungkin mas!" Dania mulai memaksa.
"Aku ga kenapa-kenapa kok, iya kayanya aku tadi takut jadi pucat, yuk kita cari tempat lain, kasian De Nia ingin bermain!" Jawab Puspa lemas.
Saat mereka melanjutkan jalan menuju basement.
BBRrrruuuukk!!!
"Mass!!!!! Mba Puspa mas!!" Dania panik.
"Diem de! ini semua karena De Nia! Udah biar mas aja yang urus dan gendong Puspa, kamu coba cari mobil Puspa ya!" Jawab Ridwan panik.
Puspa tak sadarkan diri, sambil mencari mobil Dania semakin cemas apakah karena Puspa merasa sangat ketakutan sehingga dia pingsan. Mobil pun sudah di dapatkan, Ridwan langsung memasukkan Puspa ke dalam mobil, tak lama Ridwan pun masuk ke dalam mobil. Entah bagaimana ceritanya tak sadar Ridwan meninggalkan Dania di basement.
Dania merasa bersalah yang amat sangat, dia mulai menangis dan berjalan keluar, hari semakin malam dan saat itu gerimis, Dania tak henti menangis sambil berjalan karena tidak ada angkutan umum yang melewati jalan tersebut, sejenak Dania berhenti di pinggir jalan.
Dia merenung, bahwa mas Ridwan sudah jelas berubah, ia meninggalkan Dania seorang diri dalam keadaan malam, meskipun sedang keadaan genting dengan kondisi Puspa pingsan seharusnya Ridwan tak melupakannya, itulah yang Dania pikirkan.
Kemudian Dania melanjutkan perjalanannya, Mas Ridwan meneleponnya namun tak di jawab oleh Dania.
Tiba-tiba kaki Dania tersandung pecahan batu di jalan, dan sepatu Dania sobek sehingga tak dapat di gunakan lagi, dengan beralas kaos kaki Dania terus berjalan sambil menangis dan melamun.
Tidak lama dari belakang Dania muncul seseorang yang menggunakan jaketnya untuk menutupi kepala Dania dari air hujan, Dania langsung menghindar, karena dia berpikir bahwa itu adalah Mas Ridwan, namun orang di belakangnya itu langsung menutupi kepala Dania lagi dan segera menarik tangan Dania untuk berbalik arah jalan.
Saat tangan Dania di tarik, Dania tersentak ketika melihat sosok yang sudah lama tidak ada kabar kini ada di hadapannya. "Kak Dhika?" sambil mengusap air matanya Dania menyebut nama Dhika dengan lirih.
"Yuk, Kakak anter kamu pulang De, kamu bisa sakit kalo kaya gini, aku kan dah bilang kalo aku ga ada, kamu ga boleh hujan-hujanan sendiri kaya gini." Dhika sedikit menegur Dania.
"Dania gamau pulang Kak, Mas Ridwan sepertinya tidak mau bertemu Dania, Dania menyebabkan mba Puspa pingsan karena nonton film horor kak, mba Puspa itu takut gelap juga Kak, dan tadi Mas Ridwan meninggalkan Dania karena kesal Kak, dia meninggalan Dania malam-malam sendiri, sungguh Kak, Dania menyesal sudah mengajak Mba Puspa nonton bioskop, Dania semata-mata hanya ingin Mas Ridwan tak berubah kak! itu aja.! " Jawab Dania sambil menangis.
"Terus De Nia mau kemana sekarang kalo ga ke rumah?". Tanya Dhika.
"Gatau Ka, Dania malu sama Mas Ridwan, Dania merasa salah pada Mba Puspa, Dania malu sama diri sendiri kak!" Dania menjawab sambil menahan tangisnya.
"Yuk, masuk mobil kakak dulu, Kak Dhika jamin semua bakal baik-baik aja".
Dhika dan Dania pun berjalan menuju mobil Dhika, Dania yang nampak menangis sangat terlihat manja karena merasa kehilangan Mas Ridwan kakak yang sangat dia sayangi terus menangis mengeluarkan air mata, Dhika yang dari tadi mencoba menenangkan nampaknya tak di dengar oleh Dania pada saat itu. Tiba-tiba Dhika mengatakan sesuatu pada Dania,
"De Nia, Mas Ridwan tidak mungkin meninggalkan De Nia, Mas Ridwan pasti sekarang sedang mengkhawatirkan Dania, kalo tidak percaya coba lihat ponselmu de, pasti Mas Ridwan menghubungimu beberapa kali. Dhika pun mencoba memulai bicara.
Dania pun segera mengambil ponselnya, nanpak 22 kali panggilan dari Mas Ridwan yang tidak terangkat. "Kak, mungkin saja Mas Ridwan menelepon karena akan memarahiku karena ulah ku hari ini kak." Dania pun melamun dan menahan air matanya.
"Gak mungkin de, kakak saja yang bukan kakak kandungmu selalu memperhatikanmu dari jauh, kakak memperhatikanmu dari kamu nangis keluar basement, jalan kaki di bawah hujan dan di tengah gelap, ga mungkin Mas Ridwan akan memarahimu setelah kejadian ini" Dhika mencoba menyadarkan Dania.
"hmmm, kakak memperhatikan Dania dari tadi?.. Hmm, Tapi kak, Mba Puspa tadi pingsan karena Dania Kak, Mas pasti marah sangat pada Dania!!" Dania pun mencoba menepis apa yang di katakan Dhika padanya.
"Kita gakan tau kalo kita ga pulang sekarang, apalgi dengan posisi mba Puspa adalah teman dekat Mas Ridwan, Mas Ridwan yang di percayai oleh orang tua Mba puspa untuk menjaga mba Puspa, jadi kalo ada apa-apa wajar Mas Ridwan bertanggung jawab penuh untuk mba Puspa, jadi biarin kakak jaga de Nia sampe rumah ya? kakak janji, kakak ga akan minta apa-apa lagi selain de nia sekarang pulang ke rumah."
Dania pun mengangguk sebagai tanda Dania setuju untuk pulang.
Mobil pun melaju kencang. Tiba lah Dhika dan Dania di depan rumah nampak mobil Puspa masih terparkir di depan rumah. Dania nampak ragu untuk masuk ke dalam rumah, tapi Dhika mencoba meyakinkan Dania untuk masuk.
"Kak Dhika ga akan masuk temenin Dania?" Tanya Dania.
"Alasan kakak disini hanya untuk mengantar De Nia ke rumah, dan memastikan De Nia ke rumah selamat, Kak Dhika pamit ya de, mungkin de Nia bakal ga ketemu Kak Dhika dalam waktu yang lama, jangan jalan di bawah hujan lagi ya de, kalo masih mau ketemu kakak." Jawab Dhika.
Dalam hati, Dania berpikir bahwa pertemuannya kali ini saja sangat jarang karena setelah lama tak bertemu, baru kali ini bertemu lagi, dan Dhika bicara seperti itu, berarti Dhika akan meninggalkan Dania lagi. Dania pun mengangguk dan segera masuk, saat Dania hendak berbalik badan untuk melihat Dhika, ternyata mobil Dhika sudah melaju kencang.
Saat masuk ke dalam rumah,
"Assalamualaikum" Salam Dania.
Tiba-tiba sosok yang dia takutkan langsung memeluknya erat.
"Waalaikum salam, kemana aja De, mas khawatir, maafkan mas yang tadi panik jadi lupa sama kamu de, mas daritadi nelepon De Nia tapi tidak di angkat, hari sudah semakin malam, sekarang sudah pukul 11 malam, kemana aja kamu de, entah apa jadinya mas kalo kamu ngga ada". Ucap Ridwan.
"Mas, maafkan Dania mas, Mba Puspa pingsan karena Dania mas, Dania sengaja ngajak nontok Mba Puspa biar mba Puspa benci Dania dan Mas, Mas berubah saat ada Mba Puspa Mas, Dania gamau kehilangan Mas, perhatian Mas Ridwan dari kemarin hanya untuk mba Puspa Mas, maafkan Dania mas" Dania menangis tidak berhenti.
Sambil mengusap kepala Dania, Ridwanpun menjawab, "Iya de, ini juga salah Mas, Mas berlebihan perhatian pada mba Puspa, ini semua karena ayah Puspa mempercayai mas untuk jaga mba Puspa, Mas ga mungkin ninggalin De Nia kok ya, sudah jangan nangis ya, ini juga semua bukan salah De Nia, Mba Puspa Pingsan karena sakit vertigonya kambuh, dia juga belum sarapan ternyata de tadi pagi!" Jawab Ridwan.
"Loh jadi bukan karena takut nonton Mas? Terus sekarang mba Puspa kemana Mas?" Tanya Dania.
"Iya bukan De, maafin mas yah tadi dah nyalahin De Nia, Mas gakan tinggalin adek mas yang paling cantik ini..... hhehe" Mas Ridwan mulai mencairkan suasana dan Dania mulai bisa tersenyum.
"Oh iya, Mba Puspa sekarang sudah di rumahnya, mobilnya Mas bawa dulu karena tadi ayahnya Mba Puspa minta Mas yang bawa, besok kita jenguk mba Puspa ya De!" Ajak Ridwan.
"Iya Mas, De Nia pasti ikut Mas!".
Harta yang paling berharga setelah orang tua
Ialah Mas ku, harta ku, keluarga ku
Mas yang selalu menjaga adiknya
Dari saat adiknya kecil hingga dewasa
Kelak Mas tak akan bisa menjaga adiknya lagi
Kelak Mas tak akan bisa memeluk adiknya lagi
Kelak adiknya akan cemburu menggebu
Karena Mas akan menikah dengan pilihannya
Ada sesuatu perasaan
Dimana orang baru merebut kebahagiaan
Dimana orang baru akan menempatkan posisinya
Dimana orang baru akan menjadi pembatas
Tapi Mas, tolong jangan berubah
Aku selalu menunggu perhatian Mas
Perhatian yang selalu Mas berikan
Ketika kita sama-sama masih kecil
Aku akan selalu merindukan Mas
Mas tolong jangan berubah
Bagaimanapun aku selalu membutuhkan Mas
Disaat orang tua kita tak ada
Sosok yang menjadi panutanku adalah Mas
Sosok yang aku banggakan adalah Mas
Mas, jangan berubah ya Mas
Selagi kita masih se atap
Kita manfaatkan waktu untuk berbagi bahagia
Sebelum kalimat perpisahan ada
Kelak ketika Mas dengan pilihannya
Dan aku dengan pilihanku
Mas tetap jangan berubah
Karena Mas tetap jadi hartaku yang paling berharga
(Bersambung....)
Tak lama suara pintu gerbang berbunyi, pertanda ada yang masuk, saat mengintip di jendela ternyata mas Ridwan pulang. Dania segera membukakan pintu rumahnya.
"Mas, maafkan Dania tak menunggu mas menjemput, karena hari sudah semakin sore dan takut hujan semakin deras mas!"
"Sudah tidak apa-apa de, mas juga lupa tidak memberitahu de Nia, mas sebenarnya menjemput mba Puspa de, dia baru pulang dari Jerman dan berlibur disini" Jawab Mas Ridwan.
Tiba-tiba wajah Dania berubah, yang awalnya memelas meminta maaf kini wajahnya nampak kemerahan menunjukkan dirinya sedang kesal, Dania pun segera masuk ke dalam kamarnya.
Puspa adalah teman dekat Ridwan, yang sangat Ridwan sayangi, mereka berteman dari mereka SMP, hingga akhirnya Puspa harus mengikuti ayahnya yang bekerja di luar negeri dan Puspa sekeluargapun pindah ke Jerman, nampaknya Dania tidak menyukai sosok Puspa, karena Dania berpikir bahwa Puspa akan merebut Ridwan darinya.
Hari semakin larut, Dania terus di dalam kamarnya sambil membaca-baca buku untuk ujian tes masuk perguruan tinggi, Dania bercita-cita ingin menjadi Dokter, jadi dia sangat gigih untuk memperoleh cita-citanya.
Tok.. Tok.. Tok.. Sura pintu kamar Dania ada yang mengetuk, ya Ridwan lah yang mengetuk pintu kamarnya.
"Masuk Mas!"
Mas Ridwan pun masuk ke dalam kamar, "De, kamu udah sholat?", Tanya Ridwan.
"Sudah Maass.." Jawab Dania.
"De, kok kamu tumben ga masak, Mas sudah laper ini, kita bikin nasi goreng yuk?" Ajak Ridwan.
"Ga mau mas, nia lagi belajar" Jawab Dania ketus.
"Ayolah de, kalo ga mas yang bikin, tapi de nia temenin mas di dapur, kasih tau apa aja bumbunya, yuk!" Bujuk Ridwan.
"Gak mau mas, ajak saja sana mba Puspa!" Jawab Dania sedikit marah.
"Loh, De kok bawa-bawa mba Puspa? Oh iya de, kamu sekarang kan lagi libur nunggu seleksi perguruan tinggi, Mba Puspa ingin di antar jalan-jalan de, jadi kita jalan-jalan bertiga besok, gimana de, mau? mba Puspa cuma seminggu soalnya disini" Bujuk Ridwan.
"Kenapa harus sama ade mas? Kenapa ga mas aja berdua? Jawab Dania dengan nada tinggi.
"Ya gapapa, mas cuma mau ngenalin aja sama Mba Puspa, kalo ade nya mas ini sekarang udah gede dan sangat pinter, kalo ade gamau , yaudah mas ga akan maksa, mas juga mau beli makan saja di luar, habisnya de Nia gitu gamau masakin mas." Mas Ridwan pun keluar dari kamar Dania.
Dania pun segera memanggil mas Ridwan, " mas, iya Dania besok ikut mas jalan-jalan ya mas!"
Ridwan pun langsung merangkul Dania, "Nah ini baru ade nya mas yang paling cantik, yaudah kamu belajar lagi, mas belikan makanan ya keluar, kamu jaga pintu hati-hati ada yang masuk!".
"Iya siap mas!" Dania pun kembali ke kamar.
Esok harinya..
"De Nia, tolong buka kan pintu, sepertinya Mba Puspa udah di depan rumah!" teriak Ridwan yang masih di kamar mandi, rumah mereka tidak begitu jauh sehingga Puspa yang menjemput Ridwan menggunakan mobil ayah Puspa, keluarga mereka sudah saling mengenal sehingga Puspa pergi kemanapun ayah Pusma tak khawatir jika perginya bersama Ridwan dan keluarganya.
Srreeeeettt..... Pintu pun di buka oleh Dania.
"Assalamualaikum De Nia!" Salam yang pertama kali di berikan oleh Puspa.
" Wa... Waalaikum Salam mba, ini betul Mba Puspa? Ya ampun, Dania sampe pangling gini, Mba Puspa cantik pakai jilbab! Ayo masuk mba, rumahnya sedikit berantakan, hhihi" Jawab Dania sambil berpelukan dengan Puspa.
"Iya alhamdulillah de, mba pakai jilbab, sebagai identitas mba di Jerman. Gima mas Ridwan dah siap?".
Tidak lama mas Ridwan keluar kamar dan sudah berpakain rapi.
"Ayo, aku udah siap kok ini!" Jawab Ridwan.
Merekapun segera masuk ke dalam mobil, yang membawa mobil Puspa adalah Ridwan, Puspa duduk di depan dan Nia duduk di belakang. Rencana mereka jalan-jalan hari ini adalah ke Kebun Binatang, karena saat itu adalah hari libur sekolah maka tempat wisata pun sangat dipenuhi oleh pengunjung.
Saat tiba di kebun binatang Puspa dan Ridwan langsung masuk ke dalam, dan Nia berjalan sendiri di balakang. Nampak wajah kesal pada diri Dania, dalam hatinya bergumam bahwa Dania tidak di ajak bicara oleh mereka berdua.
"Mas, Dania ingin eskrim, mas belikan ya?" Manja Dania.
"Kamu mau beli apa Pus? Iya De, nanti kita beli ya." Jawab Ridwan
" Aku mau beli air minum saja Mas." Jawab Psupa.
"Yaudah yuk kita beli minum dulu Pus"
"Loh Mas, kan tadi Dania yang minta lebih dulu!" Tanya Dania kesal.
"ya de, Tempat eskrim kan masih jauh, kalo air itu dekat tempat belinya, jadi kita belli air aja dulu ya de?" Ridwan menawar pada adiknya.
"Iya kak!" Jawan Dania dengan nada yang lemas.
Sekitar 3 jam mereka berkeliling, mereka memutuskan untuk keluar dari tempat wisata tersebut. Mereka keluar dan membeli makan, berkeliling mencari tempat makan, dalam perjalanan Dania dan Puspa berbeda pendapat hendak makan di tempat makan mana. Semakin lama Dania semakin kesal namun Dania menahan kesalnya, mau bagaimanapun Puspa usianya lebih tua di banding dirinya. Akhirnya tempat makan yang mereka datangi adalah tempat makan yang di pilih oleh Puspa, setelah makan bersama mereka hendak berjalan-jalan lagi, namun Dania ingin pulang ke rumahnya.
"De, kok pulang? kita rencananya mau ke pasar malam de! Mas dah minta izin pada ibu da bapa juga kok!" Ridwan membujuk Dania.
"Dania sedang tidak enak badan mas, jadi ingin pulang saja, Mba Puspa gapapa kan kalo aku pulang?" Tanya Dania pada Puspa.
"Ngga apa-apa kok, tapi Dania besok harus ikut ya, kita besok bakal ikutin ke tempat apa yang Dania mau!" Jawab Puspa.
"Serius mba? Dania besok ingin nonton bioskop, bukannya mba Puspa takut gelap? pasti ga mau kan?", jawab Dania ketus.
"Dania mau nonton bioskop? Okeh, besok mba jemput ya, sekarang mba dan Mas Ridwan mau ke pasar malam dulu."
"Iya mba.." Jawab Dania heran karena Puspa menyanggupi ajakannya.
Dania pun turun di depan rumahnya, Ridwan dan Puspa melanjutkan perjalanannya.
Sampai di rumah, entah kenapa Dania merasa sangat sedih, sikap mas Ridwan yang biasanya memanjakan Dania tapi berubah ketika ada Puspa. Dania pun segera masuk ke dalam kamar dan bersiap untuk belajar sambil menunggu Ridwan pulang.
Esok hari nya...
"De, bangun.. Sholat de!" Ridwan membangunkan Dania dari luar kamarnya.
Daniapun terbangun dan segera sholat. Selesai sholat Dania segera ke dapur untuk membersihkan dapur, menyapu dan mengepel lantai rumah sudah jadi tugasnya Dania, dikarenakan kemarin jalan-jalan, jadi Dania belum sempat melakukan itu semua.
"De, memang De Nia mau nonton film apa?" Tanya Ridwan.
"Emang jadi mas?" Tanya Dania.
"Iya jadi lah de, ga mungkin mba Puspa nanya gitu kemarin kalo ga beneran, jadi de Nia mau nonton film apa? jangan horor ya, mba Puspa ga suka soalnya." Tawar Ridwan.
"Yaah, mas, Dania ingin film horor, film itu baru muncul kemarin, jadi Dania mau nonton itu mas!" Jawab Dania sambil menguji mas Ridwan apakah mas Ridwan berpihak padanya atau pada Puspa.
"Ya sudah kita lihat saja nanti siang ya de!" Jawab Ridwan.
Hari semakin siang, Puspa tiba di rumah Dania, mereka bertiga pun bergegas pergi. Di dalam perjalanan mereka berbincang tempat bioskop mana yang mau di kunjungi dan film apa yang akan di tonton, akhirnya mereka bertiga sepakat untuk menonton film horor.
Entah apa yang di inginkan Dania, intinya Dania ingin membuat Puspa merasa tidak nyaman.
Sesampai di bioskop, Ridwan dan Puspa pun membeli tiket, sedangkan Dania menunggu di kursi tunggu. Dalam hatinya Dania sudah tak sabar menunggu reaksi apa yang akan terjadi, mungkin dengan memilih film ini Puspa akan berubah sikapnya dan tidak akan merebut Mas Ridwan darinya.
Merekapun memasuki bioskop, dan mencari tempat duduk. Posisi Dania tepat duduk di tengah antara Puspa dan Ridwan, Dania sendiri yang memilih tempat duduk di situ agar Puspa dan Ridwan tidak duduk berdekatan. Dania terus memperhatikan Puspa, menunggu reaksi Puspa. Film pun segera di putar, di tengah film tersebut nampak wajah Puspa yang ketakutan, Dania terus saja asyik menonton filmnya. Sampai akhir filmnya selesai, Puspa tidak menunjukkan ia ketakutan, namun wajahnya tampak pucat. Merekapun berjalan meninggalkan ruangan.
"Mba Puspa kenapa? Kok wajahnya pucat begitu, takut ya nonton film itu?? hhehehe", tanya Dania sambil meledek.
"Jangan seperti itu De!! Pus, kamu kenapa? Kok pucat gitu, kita pulang ya?" Bujuk Ridwan karena khawatir.
"Loh kok pulang mas? kita kan belum main ke tempat lain, itu karena Mba Puspa takut nonton film itu mungkin mas!" Dania mulai memaksa.
"Aku ga kenapa-kenapa kok, iya kayanya aku tadi takut jadi pucat, yuk kita cari tempat lain, kasian De Nia ingin bermain!" Jawab Puspa lemas.
Saat mereka melanjutkan jalan menuju basement.
BBRrrruuuukk!!!
"Mass!!!!! Mba Puspa mas!!" Dania panik.
"Diem de! ini semua karena De Nia! Udah biar mas aja yang urus dan gendong Puspa, kamu coba cari mobil Puspa ya!" Jawab Ridwan panik.
Puspa tak sadarkan diri, sambil mencari mobil Dania semakin cemas apakah karena Puspa merasa sangat ketakutan sehingga dia pingsan. Mobil pun sudah di dapatkan, Ridwan langsung memasukkan Puspa ke dalam mobil, tak lama Ridwan pun masuk ke dalam mobil. Entah bagaimana ceritanya tak sadar Ridwan meninggalkan Dania di basement.
Dania merasa bersalah yang amat sangat, dia mulai menangis dan berjalan keluar, hari semakin malam dan saat itu gerimis, Dania tak henti menangis sambil berjalan karena tidak ada angkutan umum yang melewati jalan tersebut, sejenak Dania berhenti di pinggir jalan.
Dia merenung, bahwa mas Ridwan sudah jelas berubah, ia meninggalkan Dania seorang diri dalam keadaan malam, meskipun sedang keadaan genting dengan kondisi Puspa pingsan seharusnya Ridwan tak melupakannya, itulah yang Dania pikirkan.
Kemudian Dania melanjutkan perjalanannya, Mas Ridwan meneleponnya namun tak di jawab oleh Dania.
Tiba-tiba kaki Dania tersandung pecahan batu di jalan, dan sepatu Dania sobek sehingga tak dapat di gunakan lagi, dengan beralas kaos kaki Dania terus berjalan sambil menangis dan melamun.
Tidak lama dari belakang Dania muncul seseorang yang menggunakan jaketnya untuk menutupi kepala Dania dari air hujan, Dania langsung menghindar, karena dia berpikir bahwa itu adalah Mas Ridwan, namun orang di belakangnya itu langsung menutupi kepala Dania lagi dan segera menarik tangan Dania untuk berbalik arah jalan.
Saat tangan Dania di tarik, Dania tersentak ketika melihat sosok yang sudah lama tidak ada kabar kini ada di hadapannya. "Kak Dhika?" sambil mengusap air matanya Dania menyebut nama Dhika dengan lirih.
"Yuk, Kakak anter kamu pulang De, kamu bisa sakit kalo kaya gini, aku kan dah bilang kalo aku ga ada, kamu ga boleh hujan-hujanan sendiri kaya gini." Dhika sedikit menegur Dania.
"Dania gamau pulang Kak, Mas Ridwan sepertinya tidak mau bertemu Dania, Dania menyebabkan mba Puspa pingsan karena nonton film horor kak, mba Puspa itu takut gelap juga Kak, dan tadi Mas Ridwan meninggalkan Dania karena kesal Kak, dia meninggalan Dania malam-malam sendiri, sungguh Kak, Dania menyesal sudah mengajak Mba Puspa nonton bioskop, Dania semata-mata hanya ingin Mas Ridwan tak berubah kak! itu aja.! " Jawab Dania sambil menangis.
"Terus De Nia mau kemana sekarang kalo ga ke rumah?". Tanya Dhika.
"Gatau Ka, Dania malu sama Mas Ridwan, Dania merasa salah pada Mba Puspa, Dania malu sama diri sendiri kak!" Dania menjawab sambil menahan tangisnya.
"Yuk, masuk mobil kakak dulu, Kak Dhika jamin semua bakal baik-baik aja".
Dhika dan Dania pun berjalan menuju mobil Dhika, Dania yang nampak menangis sangat terlihat manja karena merasa kehilangan Mas Ridwan kakak yang sangat dia sayangi terus menangis mengeluarkan air mata, Dhika yang dari tadi mencoba menenangkan nampaknya tak di dengar oleh Dania pada saat itu. Tiba-tiba Dhika mengatakan sesuatu pada Dania,
"De Nia, Mas Ridwan tidak mungkin meninggalkan De Nia, Mas Ridwan pasti sekarang sedang mengkhawatirkan Dania, kalo tidak percaya coba lihat ponselmu de, pasti Mas Ridwan menghubungimu beberapa kali. Dhika pun mencoba memulai bicara.
Dania pun segera mengambil ponselnya, nanpak 22 kali panggilan dari Mas Ridwan yang tidak terangkat. "Kak, mungkin saja Mas Ridwan menelepon karena akan memarahiku karena ulah ku hari ini kak." Dania pun melamun dan menahan air matanya.
"Gak mungkin de, kakak saja yang bukan kakak kandungmu selalu memperhatikanmu dari jauh, kakak memperhatikanmu dari kamu nangis keluar basement, jalan kaki di bawah hujan dan di tengah gelap, ga mungkin Mas Ridwan akan memarahimu setelah kejadian ini" Dhika mencoba menyadarkan Dania.
"hmmm, kakak memperhatikan Dania dari tadi?.. Hmm, Tapi kak, Mba Puspa tadi pingsan karena Dania Kak, Mas pasti marah sangat pada Dania!!" Dania pun mencoba menepis apa yang di katakan Dhika padanya.
"Kita gakan tau kalo kita ga pulang sekarang, apalgi dengan posisi mba Puspa adalah teman dekat Mas Ridwan, Mas Ridwan yang di percayai oleh orang tua Mba puspa untuk menjaga mba Puspa, jadi kalo ada apa-apa wajar Mas Ridwan bertanggung jawab penuh untuk mba Puspa, jadi biarin kakak jaga de Nia sampe rumah ya? kakak janji, kakak ga akan minta apa-apa lagi selain de nia sekarang pulang ke rumah."
Dania pun mengangguk sebagai tanda Dania setuju untuk pulang.
Mobil pun melaju kencang. Tiba lah Dhika dan Dania di depan rumah nampak mobil Puspa masih terparkir di depan rumah. Dania nampak ragu untuk masuk ke dalam rumah, tapi Dhika mencoba meyakinkan Dania untuk masuk.
"Kak Dhika ga akan masuk temenin Dania?" Tanya Dania.
"Alasan kakak disini hanya untuk mengantar De Nia ke rumah, dan memastikan De Nia ke rumah selamat, Kak Dhika pamit ya de, mungkin de Nia bakal ga ketemu Kak Dhika dalam waktu yang lama, jangan jalan di bawah hujan lagi ya de, kalo masih mau ketemu kakak." Jawab Dhika.
Dalam hati, Dania berpikir bahwa pertemuannya kali ini saja sangat jarang karena setelah lama tak bertemu, baru kali ini bertemu lagi, dan Dhika bicara seperti itu, berarti Dhika akan meninggalkan Dania lagi. Dania pun mengangguk dan segera masuk, saat Dania hendak berbalik badan untuk melihat Dhika, ternyata mobil Dhika sudah melaju kencang.
Saat masuk ke dalam rumah,
"Assalamualaikum" Salam Dania.
Tiba-tiba sosok yang dia takutkan langsung memeluknya erat.
"Waalaikum salam, kemana aja De, mas khawatir, maafkan mas yang tadi panik jadi lupa sama kamu de, mas daritadi nelepon De Nia tapi tidak di angkat, hari sudah semakin malam, sekarang sudah pukul 11 malam, kemana aja kamu de, entah apa jadinya mas kalo kamu ngga ada". Ucap Ridwan.
"Mas, maafkan Dania mas, Mba Puspa pingsan karena Dania mas, Dania sengaja ngajak nontok Mba Puspa biar mba Puspa benci Dania dan Mas, Mas berubah saat ada Mba Puspa Mas, Dania gamau kehilangan Mas, perhatian Mas Ridwan dari kemarin hanya untuk mba Puspa Mas, maafkan Dania mas" Dania menangis tidak berhenti.
Sambil mengusap kepala Dania, Ridwanpun menjawab, "Iya de, ini juga salah Mas, Mas berlebihan perhatian pada mba Puspa, ini semua karena ayah Puspa mempercayai mas untuk jaga mba Puspa, Mas ga mungkin ninggalin De Nia kok ya, sudah jangan nangis ya, ini juga semua bukan salah De Nia, Mba Puspa Pingsan karena sakit vertigonya kambuh, dia juga belum sarapan ternyata de tadi pagi!" Jawab Ridwan.
"Loh jadi bukan karena takut nonton Mas? Terus sekarang mba Puspa kemana Mas?" Tanya Dania.
"Iya bukan De, maafin mas yah tadi dah nyalahin De Nia, Mas gakan tinggalin adek mas yang paling cantik ini..... hhehe" Mas Ridwan mulai mencairkan suasana dan Dania mulai bisa tersenyum.
"Oh iya, Mba Puspa sekarang sudah di rumahnya, mobilnya Mas bawa dulu karena tadi ayahnya Mba Puspa minta Mas yang bawa, besok kita jenguk mba Puspa ya De!" Ajak Ridwan.
"Iya Mas, De Nia pasti ikut Mas!".
Harta yang paling berharga setelah orang tua
Ialah Mas ku, harta ku, keluarga ku
Mas yang selalu menjaga adiknya
Dari saat adiknya kecil hingga dewasa
Kelak Mas tak akan bisa menjaga adiknya lagi
Kelak Mas tak akan bisa memeluk adiknya lagi
Kelak adiknya akan cemburu menggebu
Karena Mas akan menikah dengan pilihannya
Ada sesuatu perasaan
Dimana orang baru merebut kebahagiaan
Dimana orang baru akan menempatkan posisinya
Dimana orang baru akan menjadi pembatas
Tapi Mas, tolong jangan berubah
Aku selalu menunggu perhatian Mas
Perhatian yang selalu Mas berikan
Ketika kita sama-sama masih kecil
Aku akan selalu merindukan Mas
Mas tolong jangan berubah
Bagaimanapun aku selalu membutuhkan Mas
Disaat orang tua kita tak ada
Sosok yang menjadi panutanku adalah Mas
Sosok yang aku banggakan adalah Mas
Mas, jangan berubah ya Mas
Selagi kita masih se atap
Kita manfaatkan waktu untuk berbagi bahagia
Sebelum kalimat perpisahan ada
Kelak ketika Mas dengan pilihannya
Dan aku dengan pilihanku
Mas tetap jangan berubah
Karena Mas tetap jadi hartaku yang paling berharga
(Bersambung....)
Dibaca dari awal sampe akhir...
ReplyDeleteSuka ceritanya... Vivie... Terus nulis yaaa... Buat yg baru setiap hari...
hhihi, alhamdulillah kalo suka buu..
Deleteterimakasih ibuu,, tapi ini masih tahap belajar buu... hhihi :D